Telepon Netanyahu, Biden Serukan Perdamaian dengan Palestina

Kamis, 18 Februari 2021 - 16:58 WIB
loading...
Telepon Netanyahu, Biden Serukan Perdamaian dengan Palestina
Biden menggarisbawahi pentingnya bekerja untuk memajukan perdamaian di seluruh kawasan, termasuk antara Israel dan Palestina. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) , Joe Biden mendesak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk "memajukan perdamaian" di kawasan itu. Hal itu disampaikan Biden dalam pembicaraan pertama dengan Netanyahu.

Dalam pembicaraan tersebut, Biden menekankan dukungan AS untuk normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara di dunia Arab dan Muslim.

Dia kemudian kemudian menggarisbawahi pentingnya bekerja untuk memajukan perdamaian di seluruh kawasan, termasuk antara Israel dan Palestina.

"Presiden menegaskan sejarah pribadinya tentang komitmen teguh terhadap keamanan Israel dan menyampaikan niatnya untuk memperkuat semua aspek kemitraan AS-Israel, termasuk kerja sama pertahanan kami yang kuat," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

"Bersama-sama, para pemimpin membahas pentingnya konsultasi yang berkelanjutan tentang masalah keamanan regional, termasuk Iran," sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis (18/2/2021).

Sementara itu, kantor Perdana Menteri Israel mengatakan Biden dan Netanyahu berbicara selama sekitar satu jam tentang berbagai masalah termasuk ancaman Iran dan hubungan Israel dengan negara-negara Arab dan Muslim.

"Kedua pemimpin itu mencatat hubungan pribadi mereka yang sudah berlangsung lama," kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

Biden sendiri baru menelepon Netanyahu hampir sebulan setelah dia resmi menjabat sebagai Presiden AS. Penundaan untuk menelepon dianggap sejumlah pihak sebagai penghinaan dan bentuk ketidaksenangan pemimpin baru Amerika kepada Netanyahu.

Penundaan dalam panggilan telepon kehormatan tradisional secara luas dianggap oleh para analis sebagai tanda bahwa Biden tidak ingin terlihat mendukung Netanyahu menjelang pemilihan umum Israel pada 23 Maret.

Beberapa orang mengatakan itu bisa menandakan hubungan yang lebih dingin jika Netanyahu kembali memenangkan pemilu, tetapi tidak ada tanda-tanda ketegangan langsung dalam laporan yang relatif hambar tentang seruan yang dikeluarkan oleh kedua pemerintah.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1979 seconds (0.1#10.140)