China Akhirnya Akui 4 Perwiranya Tewas saat Bentrok dengan Tentara India
loading...
A
A
A
BEIJING - China , untuk pertama kalinya, mengakui ada empat perwira Tentara Pembebasan Rakyat (PLA)-nya yang tewas saat bentrok dengan tentara India di Lembah Galwan pada Juni 2020. Melalui surat kabar PLA Daily, Jumat (19/2/2021), Komisi Militer Pusat China mengungkap jumlah korban tewas tersebut.
Menurut komisi itu, ada lima perwira dan beberapa tentara perbatasan China yang konfrontasi dengan tentara India. Empat dari mereka tewas. Sedangkan India sejak awal sudah mengonfirmasi ada 20 tentaranya yang terbunuh.
Komisi Militer Pusat menganugerahi Qi Fabao, komandan resimen dari Komando Militer PLA Xinjiang, dengan gelar "Komandan resimen heroik untuk mempertahankan perbatasan", Chen Hongjun dengan gelar "Pahlawan untuk mempertahankan perbatasan", dan memberikan penghargaan kelas satu kepada Chen Xiangrong, Xiao Siyuan dan Wang Zhuoran.
Ini untuk pertama kalinya China mengungkap korban dan rincian perwira serta tentara tersebut.
Laporan media militer China meninjau kembali keseluruhan insiden—bagaimana militer India mengerahkan sejumlah besar tentara yang sebelumnya bersembunyi, mencoba memaksa militer China untuk menyerah. Laporan tersebut juga menyoroti bagaimana tentara China mempertahankan kedaulatan negara di tengah serangan tabung baja, pentungan dan batu.
Itu merupakan konflik perbatasan terburuk antara kedua negara dalam hampir 45 tahun. Media India sebelumnya sesumbar bahwa militer China menderita lebih banyak kematian di wilayah tersebut.
Laporan PLA Daily menggunakan "militer asing" untuk merujuk pada militer India, sebuah langkah yang menunjukkan pengekangan China untuk tidak menghasut sentimen publik dengan latar belakang pelepasan pasukan Beijing dan New Delhi saat ini di sepanjang daerah perbatasan.
"Sejak April 2020, militer asing terkait melanggar perjanjian sebelumnya...mereka melanggar garis perbatasan untuk membangun jalan dan jembatan dan dengan sengaja menghasut masalah, mengubah status quo di sepanjang perbatasan...mereka bahkan menyerang dengan kejam tentara China yang dikirim untuk komunikasi," bunyi laporan PLA Daily yang dilansir Global Times.
Ketika menghadapi pelanggaran dan provokasi militer India pada Mei 2020, Chen Xiangrong dan tentara China lainnya melawan dan memaksa para tentara India mundur.
Menurut komisi itu, ada lima perwira dan beberapa tentara perbatasan China yang konfrontasi dengan tentara India. Empat dari mereka tewas. Sedangkan India sejak awal sudah mengonfirmasi ada 20 tentaranya yang terbunuh.
Komisi Militer Pusat menganugerahi Qi Fabao, komandan resimen dari Komando Militer PLA Xinjiang, dengan gelar "Komandan resimen heroik untuk mempertahankan perbatasan", Chen Hongjun dengan gelar "Pahlawan untuk mempertahankan perbatasan", dan memberikan penghargaan kelas satu kepada Chen Xiangrong, Xiao Siyuan dan Wang Zhuoran.
Ini untuk pertama kalinya China mengungkap korban dan rincian perwira serta tentara tersebut.
Laporan media militer China meninjau kembali keseluruhan insiden—bagaimana militer India mengerahkan sejumlah besar tentara yang sebelumnya bersembunyi, mencoba memaksa militer China untuk menyerah. Laporan tersebut juga menyoroti bagaimana tentara China mempertahankan kedaulatan negara di tengah serangan tabung baja, pentungan dan batu.
Itu merupakan konflik perbatasan terburuk antara kedua negara dalam hampir 45 tahun. Media India sebelumnya sesumbar bahwa militer China menderita lebih banyak kematian di wilayah tersebut.
Laporan PLA Daily menggunakan "militer asing" untuk merujuk pada militer India, sebuah langkah yang menunjukkan pengekangan China untuk tidak menghasut sentimen publik dengan latar belakang pelepasan pasukan Beijing dan New Delhi saat ini di sepanjang daerah perbatasan.
"Sejak April 2020, militer asing terkait melanggar perjanjian sebelumnya...mereka melanggar garis perbatasan untuk membangun jalan dan jembatan dan dengan sengaja menghasut masalah, mengubah status quo di sepanjang perbatasan...mereka bahkan menyerang dengan kejam tentara China yang dikirim untuk komunikasi," bunyi laporan PLA Daily yang dilansir Global Times.
Ketika menghadapi pelanggaran dan provokasi militer India pada Mei 2020, Chen Xiangrong dan tentara China lainnya melawan dan memaksa para tentara India mundur.