Trump Surati Iran, Beri Ultimatum 2 Bulan untuk Kesepakatan Nuklir Baru
loading...

Presiden AS Donald Trump. Foto/Xinhua/Hu Yousong
A
A
A
WASHINGTON - Surat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei mencantumkan batas waktu dua bulan untuk mencapai kesepakatan nuklir baru, menurut laporan Axios.
Seorang pejabat AS dan dua sumber yang diberi pengarahan tentang surat tersebut mengonfirmasi batas waktu tersebut, meskipun masih belum jelas apakah waktu dimulai dari pengiriman surat atau awal negosiasi.
Surat tersebut dikirimkan kepada Khamenei melalui rantai diplomatik yang melibatkan Utusan Trump untuk Timur Tengah Steve Witkoff dan Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed Bin Zayed.
Witkoff menyerahkan surat tersebut kepada Zayed selama pertemuan di Abu Dhabi, setelah itu utusan UEA Anwar Gargash pergi ke Teheran untuk menyerahkannya kepada Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi.
Khamenei mengecam apa yang disebutnya "taktik intimidasi" setelah ancaman Trump.
Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan awal pekan ini bahwa surat tersebut masih dalam peninjauan dan tanggapan sedang disusun. Trump menegaskan niatnya mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.
"Kita tidak bisa membiarkan mereka memiliki senjata nuklir. Sesuatu akan segera terjadi. Saya lebih suka kesepakatan damai daripada opsi lainnya, tetapi opsi lainnya akan menyelesaikan masalah," tegas Trump sebelumnya.
Pada tahun 2018, Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran.
Meskipun mematuhi perjanjian tersebut selama lebih dari setahun setelah penarikan AS, Iran secara bertahap mengurangi komitmennya, dengan alasan kegagalan penandatangan kesepakatan yang tersisa untuk melindungi kepentingannya.
Pemerintahan Trump telah mengisyaratkan kembalinya strategi "tekanan maksimum", dengan fokus pada sanksi ketat untuk mengekang program rudal balistik dan nuklir Iran.
Trump menuntut Iran menghentikan dukungan untuk Houthi Yaman, dan bersumpah "menghancurkan" kelompok tersebut.
Seorang pejabat AS dan dua sumber yang diberi pengarahan tentang surat tersebut mengonfirmasi batas waktu tersebut, meskipun masih belum jelas apakah waktu dimulai dari pengiriman surat atau awal negosiasi.
Surat tersebut dikirimkan kepada Khamenei melalui rantai diplomatik yang melibatkan Utusan Trump untuk Timur Tengah Steve Witkoff dan Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed Bin Zayed.
Witkoff menyerahkan surat tersebut kepada Zayed selama pertemuan di Abu Dhabi, setelah itu utusan UEA Anwar Gargash pergi ke Teheran untuk menyerahkannya kepada Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi.
Khamenei mengecam apa yang disebutnya "taktik intimidasi" setelah ancaman Trump.
Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan awal pekan ini bahwa surat tersebut masih dalam peninjauan dan tanggapan sedang disusun. Trump menegaskan niatnya mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.
"Kita tidak bisa membiarkan mereka memiliki senjata nuklir. Sesuatu akan segera terjadi. Saya lebih suka kesepakatan damai daripada opsi lainnya, tetapi opsi lainnya akan menyelesaikan masalah," tegas Trump sebelumnya.
Pada tahun 2018, Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran.
Meskipun mematuhi perjanjian tersebut selama lebih dari setahun setelah penarikan AS, Iran secara bertahap mengurangi komitmennya, dengan alasan kegagalan penandatangan kesepakatan yang tersisa untuk melindungi kepentingannya.
Pemerintahan Trump telah mengisyaratkan kembalinya strategi "tekanan maksimum", dengan fokus pada sanksi ketat untuk mengekang program rudal balistik dan nuklir Iran.
Trump menuntut Iran menghentikan dukungan untuk Houthi Yaman, dan bersumpah "menghancurkan" kelompok tersebut.
(sya)
Lihat Juga :