Polisi Myanmar Tembakkan Peluru Karet untuk Bubarkan Demonstrasi, 1 Kritis
loading...
A
A
A
NAYPYITAW - Polisi Myanmar menembakkan peluru karet dan meriam air untuk membubarkan aksi demonstrasi yang menentang larangan aksi protes menolak kudeta militer .
Empat orang terluka terkena peluru karet di ibu kota Naypyitaw. Salah satu korban, seorang perempuan, dalam kondisi kritis dengan luka di kepala, kata seorang dokter.
Kudeta militer pada 1 Februari dan penahanan pemimpin sipil terpilih Aung San Suu Kyi telah membawa aksi demonstrasi terbesar dalam lebih dari satu dekade dan gerakan pembangkangan sipil yang berkembang mempengaruhi rumah sakit, sekolah dan kantor pemerintahan.
Saksi mata mengatakan polisi menembakkan senjata ke udara di Naypyitaw ketika kerumunan menolak untuk membubarkan aksi protes yang memasuki hari keempat berturut-turut. Seorang saksi mata mengatakan bahwa para demonstran melarikan diri saat senjata ditembakkan ke udara.
"Polisi sebelumnya menembakkan meriam air ke arah para pengunjuk rasa, yang menanggapi dengan melemparkan proyektil," kata saksi tersebut seperti dilansir dari Reuters, Selasa (9/2/2021).
Seorang dokter mengatakan empat orang, termasuk wanita dengan luka di kepala, dibawa ke rumah sakitnya setelah terkena peluru karet.
Video dari kota Bago, timur laut dari pusat komersial Yangon, menunjukkan polisi menghadapi kerumunan besar dan membubarkan mereka dengan jet dari meriam air.
Polisi menangkap sedikitnya 27 demonstran di kota terbesar kedua Mandalay, termasuk seorang jurnalis, kata organisasi media domestik.
Jam malam dari jam 20.00 sampai jam 4 pagi telah diberlakukan di Yangon dan Mandalay.
Media pemerintah mengisyaratkan kemungkinan tindakan terhadap aksi demonstrasi pada hari Senin ketika mengatakan publik ingin menyingkirkan "pelaku kesalahan" dan sementara perintah yang melarang pertemuan lebih dari empat orang telah diberlakukan, belum ada penjelasan dari pihak berwenang.
Kerusuhan telah menghidupkan kembali ingatan hampir setengah abad pemerintahan junta militer sampai akhirnya memulai proses penarikan diri dari politik sipil pada tahun 2011, meskipun tidak pernah menyerahkan kendali sepenuhnya kepada pemerintahan sipil Suu Kyi setelah memenangkan pemilu tahun 2015.
Transformasi itu terhenti oleh kudeta yang menggulingkan pemerintahan sipil ketika sedang bersiap untuk memulai masa jabatan keduanya setelah Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi menyapu pemilu November lalu.
"Kami sangat kecewa dan sedih setiap kali kami memikirkan mengapa ini menimpa kami lagi," kata penduduk Yangon Khin Min Soe tentang kembalinya kekuasaan militer.
Janji pemimpin junta Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, untuk menggelar pemilihan umum baru dalam pidato pertamanya sejak merebut kekuasaan pada awal pekan ini menuai cemoohan. Dia juga mengulangi kembali tuduhan penipuan yang tidak terbukti dalam pemilu yang digunakannya untuk membenarkan aksi kudeta militer.
"Kami akan terus berjuang," kata aktivis pemuda Maung Saungkha dalam sebuah pernyataan, menyerukan pembebasan tahanan politik dan diakhirinya "kediktatoran".
Aktivis juga mengupayakan penghapusan konstitusi 2008 yang dibuat di bawah pengawasan militer yang memberikan hak veto kepada para jenderal di parlemen dan kendali beberapa kementerian, serta untuk sistem federal di Myanmar yang beraneka ragam etnis.
Seorang aktivis generasi tua yang menentang militer dalam protes berdarah 1988 menyerukan aksi mogok oleh pegawai pemerintah selama tiga minggu lagi.
Gerakan pembangkangan sipil, yang dipimpin oleh pekerja rumah sakit, telah mengakibatkan penurunan tes virus Corona, angka pengujian resmi menunjukkan.
Myanmar telah menderita salah satu wabah virus Corona terburuk di Asia Tenggara dengan 31.177 kematian dari lebih dari 141.000 kasus.
Empat orang terluka terkena peluru karet di ibu kota Naypyitaw. Salah satu korban, seorang perempuan, dalam kondisi kritis dengan luka di kepala, kata seorang dokter.
Kudeta militer pada 1 Februari dan penahanan pemimpin sipil terpilih Aung San Suu Kyi telah membawa aksi demonstrasi terbesar dalam lebih dari satu dekade dan gerakan pembangkangan sipil yang berkembang mempengaruhi rumah sakit, sekolah dan kantor pemerintahan.
Saksi mata mengatakan polisi menembakkan senjata ke udara di Naypyitaw ketika kerumunan menolak untuk membubarkan aksi protes yang memasuki hari keempat berturut-turut. Seorang saksi mata mengatakan bahwa para demonstran melarikan diri saat senjata ditembakkan ke udara.
"Polisi sebelumnya menembakkan meriam air ke arah para pengunjuk rasa, yang menanggapi dengan melemparkan proyektil," kata saksi tersebut seperti dilansir dari Reuters, Selasa (9/2/2021).
Seorang dokter mengatakan empat orang, termasuk wanita dengan luka di kepala, dibawa ke rumah sakitnya setelah terkena peluru karet.
Video dari kota Bago, timur laut dari pusat komersial Yangon, menunjukkan polisi menghadapi kerumunan besar dan membubarkan mereka dengan jet dari meriam air.
Polisi menangkap sedikitnya 27 demonstran di kota terbesar kedua Mandalay, termasuk seorang jurnalis, kata organisasi media domestik.
Jam malam dari jam 20.00 sampai jam 4 pagi telah diberlakukan di Yangon dan Mandalay.
Media pemerintah mengisyaratkan kemungkinan tindakan terhadap aksi demonstrasi pada hari Senin ketika mengatakan publik ingin menyingkirkan "pelaku kesalahan" dan sementara perintah yang melarang pertemuan lebih dari empat orang telah diberlakukan, belum ada penjelasan dari pihak berwenang.
Kerusuhan telah menghidupkan kembali ingatan hampir setengah abad pemerintahan junta militer sampai akhirnya memulai proses penarikan diri dari politik sipil pada tahun 2011, meskipun tidak pernah menyerahkan kendali sepenuhnya kepada pemerintahan sipil Suu Kyi setelah memenangkan pemilu tahun 2015.
Transformasi itu terhenti oleh kudeta yang menggulingkan pemerintahan sipil ketika sedang bersiap untuk memulai masa jabatan keduanya setelah Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi menyapu pemilu November lalu.
"Kami sangat kecewa dan sedih setiap kali kami memikirkan mengapa ini menimpa kami lagi," kata penduduk Yangon Khin Min Soe tentang kembalinya kekuasaan militer.
Janji pemimpin junta Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, untuk menggelar pemilihan umum baru dalam pidato pertamanya sejak merebut kekuasaan pada awal pekan ini menuai cemoohan. Dia juga mengulangi kembali tuduhan penipuan yang tidak terbukti dalam pemilu yang digunakannya untuk membenarkan aksi kudeta militer.
"Kami akan terus berjuang," kata aktivis pemuda Maung Saungkha dalam sebuah pernyataan, menyerukan pembebasan tahanan politik dan diakhirinya "kediktatoran".
Aktivis juga mengupayakan penghapusan konstitusi 2008 yang dibuat di bawah pengawasan militer yang memberikan hak veto kepada para jenderal di parlemen dan kendali beberapa kementerian, serta untuk sistem federal di Myanmar yang beraneka ragam etnis.
Seorang aktivis generasi tua yang menentang militer dalam protes berdarah 1988 menyerukan aksi mogok oleh pegawai pemerintah selama tiga minggu lagi.
Gerakan pembangkangan sipil, yang dipimpin oleh pekerja rumah sakit, telah mengakibatkan penurunan tes virus Corona, angka pengujian resmi menunjukkan.
Myanmar telah menderita salah satu wabah virus Corona terburuk di Asia Tenggara dengan 31.177 kematian dari lebih dari 141.000 kasus.
(ber)