Bukan Invasi, China Bisa Pakai Taktik Kejam Ini untuk Hancurkan Taiwan
loading...
A
A
A
Meskipun demikian, lanjut dia, Beijing tidak ingin berperang atas Taiwan.
"Skenario yang jauh lebih mungkin memerlukan paksaan langkah demi langkah di Taiwan— penggunaan 'segala cara tanpa perang'—untuk mengacaukan masyarakat Taiwan dan memaksanya untuk menerima pembicaraan unifikasi," imbuh dia.
Kampanye untuk menghancurkan Taiwan ini akan mencakup campuran agresif antara teknologi baru dan metode konvensional, dari tekanan ekonomi hingga tindakan rahasia dan penggunaan kekuatan militer yang terbatas.
Makalah tersebut, yang sebagian didanai oleh pemerintah Australia melalui hibah Departemen Pertahanan, menguraikan skenario terperinci di mana China, daripada menginvasi Taiwan, akan berusaha menciptakan kekacauan total di Taiwan dan memaksa pemerintah untuk memenuhi tuntutan Republik Rakyat China (RRC).
“Awalnya, tidak mungkin untuk menunjukkan dengan tepat siapa yang berada di balik banyak tindakan provokatif,” tulis Jakobson.
“Beberapa tembakan akan dilepaskan selain kemungkinan pembunuhan politik. Angkatan bersenjata Taiwan akan berjuang untuk melawan tindakan Beijing. Jika tidak ada kecaman keras terhadap Beijing dan penerapan sanksi ekonomi terhadap RRC, AS dan lainnya, termasuk Australia, akan merasa sulit untuk membantu Taiwan," paparnya.
China kemudian dapat menekan investor utama Taiwan di China untuk menandatangani surat kepada pemerintah Taiwan yang menyerukan pembicaraan politik lintas-Selat—penolakan untuk menandatangani akan mengakibatkan "kesulitan bisnis".
Beijing kemudian dapat tiba-tiba memotong rute udara Taiwan ke China, memaksa maskapai penerbangan internasional untuk memilih antara melayani kedua negara tersebut.
"Pesawat-pesawat tempur China, yang telah terlibat dalam unjuk kekuatan yang meningkat di wilayah udara Taiwan sejak pelantikan Presiden AS Joe Biden, akan melakukan serangan tidak hanya melintasi garis median Selat Taiwan, seperti yang mereka lakukan hari ini, tetapi juga di Taiwan sendiri," sambung Jakobson.
Saat ketegangan meningkat, pasar saham Taiwan akan anjlok. Partai Progresif Demokratik yang berkuasa di negara Taiwan akan mendapat tekanan secara internal dari outlet media dan pengunjuk rasa jalanan yang didukung RRC.
"Skenario yang jauh lebih mungkin memerlukan paksaan langkah demi langkah di Taiwan— penggunaan 'segala cara tanpa perang'—untuk mengacaukan masyarakat Taiwan dan memaksanya untuk menerima pembicaraan unifikasi," imbuh dia.
Kampanye untuk menghancurkan Taiwan ini akan mencakup campuran agresif antara teknologi baru dan metode konvensional, dari tekanan ekonomi hingga tindakan rahasia dan penggunaan kekuatan militer yang terbatas.
Makalah tersebut, yang sebagian didanai oleh pemerintah Australia melalui hibah Departemen Pertahanan, menguraikan skenario terperinci di mana China, daripada menginvasi Taiwan, akan berusaha menciptakan kekacauan total di Taiwan dan memaksa pemerintah untuk memenuhi tuntutan Republik Rakyat China (RRC).
“Awalnya, tidak mungkin untuk menunjukkan dengan tepat siapa yang berada di balik banyak tindakan provokatif,” tulis Jakobson.
“Beberapa tembakan akan dilepaskan selain kemungkinan pembunuhan politik. Angkatan bersenjata Taiwan akan berjuang untuk melawan tindakan Beijing. Jika tidak ada kecaman keras terhadap Beijing dan penerapan sanksi ekonomi terhadap RRC, AS dan lainnya, termasuk Australia, akan merasa sulit untuk membantu Taiwan," paparnya.
China kemudian dapat menekan investor utama Taiwan di China untuk menandatangani surat kepada pemerintah Taiwan yang menyerukan pembicaraan politik lintas-Selat—penolakan untuk menandatangani akan mengakibatkan "kesulitan bisnis".
Beijing kemudian dapat tiba-tiba memotong rute udara Taiwan ke China, memaksa maskapai penerbangan internasional untuk memilih antara melayani kedua negara tersebut.
"Pesawat-pesawat tempur China, yang telah terlibat dalam unjuk kekuatan yang meningkat di wilayah udara Taiwan sejak pelantikan Presiden AS Joe Biden, akan melakukan serangan tidak hanya melintasi garis median Selat Taiwan, seperti yang mereka lakukan hari ini, tetapi juga di Taiwan sendiri," sambung Jakobson.
Saat ketegangan meningkat, pasar saham Taiwan akan anjlok. Partai Progresif Demokratik yang berkuasa di negara Taiwan akan mendapat tekanan secara internal dari outlet media dan pengunjuk rasa jalanan yang didukung RRC.