Pertaruhkan Nyawa Demi Kebenaran, Ini 10 Jurnalis Investigasi Paling Bernyali
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam jurnalistik, untuk memberitakan suatu peristiwa secara mendalam dibutuhkan usaha ekstra bukan hanya sekadar wawancara dan riset. Diperlukan nyali dan risiko berkorban untuk melakukan investigasi atau dalam hal ini penyamaran.
Berikut jurnalis dunia paling bernyali yang urat takutnya sudah putus yang rela mengorbankan hidupnya untuk mendapatkan kebenaran. (Baca: Komnas HAM Investigasi Tewasnya 6 Laskar FPI Pengawal Habib Rizieq)
1. Antonio Salas
Salas adalah jurnalis investigasi yang hanya terkenal dengan nama samarannya. Hidupnya dihabiskan dengan melakukan penyamaran. Dia pernah setahun menjadi anggota pro Nazi, satu setengah tahun sebagai pedagang wanita, dan enam tahun sebagai seorang teroris internasional.
Dalam melakukan penyamaran, Salas membuat persiapan yang amat matang dan rinci. Contohnya, ketika akan masuk grup teror jihad, Salas membuat cerita bakground tentang identitas palsunya secara rumit, ia pun belajar menulis tangan salinan Alquran serta melakukan sunat.
2. Tim Lopes
Lopes adalah jurnalis Brasil yang tumbuh di lingkungan kumuh di Rio de Janeiro. Lopes melakukan penyamaran dengan memfilmkan aktivitas ilegal dengan kamera tersembunyi di sejumlah titik yang dikuasai oleh geng kriminal
dan bos narkoba. (Baca juga: Terlupakan dan Kurang Dikenal, Ini 10 Pahlawan Super Melawan Genosida)
Tahun 2001, Lopes membantu pihak kepolisian setempat dalam mengurangi aksi jual beli narkoba. Nama Lopes menjadi populer karena hal tersebut. Ironisnya, pada 2 Juni 2002, pengedar narkoba menculiknya. Lopes dipukuli, disiksa mati-matian, dan dibakar hingga tewas.
3. Elizabeth Jane Cochrane
Elizabeth Jane Cochrane atau lebih dikenal dengan by line Nellie Bly adalah jurnalis wanita angkatan pertama di Amerika Serikat sekitar tahun 1887. Oleh editornya di New York ia ditugaskan meliput kondisi sebuah Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Blackwell Island yang diduga melakukan malpraktik.
Untuk masuk ke RSJ tersebut tak ada cara lain bagi Cochrane selain menyamar menjadi pasien sakit jiwa. Risikonya sangat besar, karena sang editor tak menjamin Cochrane bisa keluar dari RSJ tersebut.
Selama 10 hari ia berada di RSJ dan harus menjalani perlakuan medis tak semestinya. Namun pengorbanan itu terbayar. Berkat liputannya, pemerintah AS memerintahkan penyidikan RSJ tersebut dan menaikkan anggaran perbaikan dan pelayanan sebesar USD850.000. (Baca juga: 6 Kota di Dunia yang Pernah Bersalin Nama, Jakarta Paling Sering)
4. Chris Terrill
Chris Terrill merupakan pakar antropologi asal Inggris dan pembuat film dokumenter. Hasil investigasinya terentang luas di berbagai bidang, mulai dari kasus bullying di sekolah hingga penyelundupan kokain yang melibatkan
Angakatan Laut Kerajaan Inggris. Hebatnya ia bekerja seorang diri.
Tahun 1992, Terrill melakukan investigasi soal penjualan orangutan dengan menyamar sebagai perantara jual beli. Dia juga pernah menyaru menjadi penjual wanita dalam liputannya soal human traf icking di Denmark, Belgia, dan Republik Dominika.
5. Peter Warren
Warren adalah jurnalis Inggris dan pernah menjadi detektif swasta di Kanada selama hampir 50 tahun. Minatnya adalah membongkar kasus yang dipetieskan atau vonis hakim yang salah. Salah satu liputannya terkenal adalah soal vonis David Milgaard yang dijebloskan ke Penjara Stony Mountain dengan tuduhan memperkosa pada 1974.
Dari data awal, Warren mencurigai bahwa vonis hakim terhadap Milgaard keliru. Maka ia mengumpulkan berbagai bukti termasuk pembelaaan dari Milgaard. Hasilnya pada 1997 Milgaard dibebaskan setelah 23 tahun mendekam di balik jeruji besi. (Baca juga: Bikin Ciut Nyali Musuh, Ini Senapan Sniper Paling Mematikan di Dunia)
6. GĂĽnter Wallraff
Wallraff adalah penulis berkebangsaan Jerman yang sangat ahli melakukan penyamaran. Pada 1969, Wallraff memulai penyamaranya sebagai pecandu alkohol, tunawisma dan pekerja pabrik kimia. Penyamaranya tersebut menghasilkan sebuah laporan mendalam, "13 Undesired Reports."
Setelah itu pada 1974 dirinya pergi ke Yunani untuk melakukan penyamaran. Lalu pada 2007 ketika berusia 64 tahun, Wallraf juga melakukan penyamaran di pusat pelayanan telepon Jerman.
Karena prestasinya sebagai wartawan yang rela melakukan penyamaran beresiko tinggi, dirinya banyak meraih penghargaan salah satunya oleh pemerintah Swedia yang memasukkan namanya "Walraffa" dalam kamus besar Bahasa Swedia.
7 Donal MacIntyre
MacIntyre adalah jurnalis investigasi Irlandia yang selama kariernya, telah berulangkali melakukan penyamaran dalam berbagai macam situasi. Penyamarannya yang paling berani adalah ketika ia dapat masuk menjadi anggota salah satu geng Hooligans tersadis yaitu Chelsea Headhunters.
Selama melakukan penyamaran, Maclintyre mengkonfirmasi adanya keterikatan antara geng hooligans ini dengan organisasi pro Nazi, Combat 18. Investigasi yang dilakukan MacIntyre membuat sejumlah anggota Geng Chelsea Headhunters ditangkap. Salah satu anggota geng, Jason Marriner dijatuhi hukuman enam tahun penjara.
8. Stuart Goldman
Goldman adalah reporter berkebangsaan Amerika Serikat yang dikenal dengan sebutan "Jurnalis Pembunuh Bayaran" untuk sejumlah tulisan tajamnya dalam sebuah kolom di Los Angeles Times. Aksi penyamaranya meliputi investigasi mendalam terhadap penginjil di dalam acara TV, Terry-Cole Whittaker dan juga pernah masuk dalam perkumpulan Kultus pemuja UFO.
Di tahun 90-an, Goldman kembali lagi masuk ke dalam dunia penyamaran . Penyamaran tersebut dimaksudkan untuk mengetahui adanya persamaan antara dunia media baik cetak maupun televisi dengan sebuah organisasi kriminal. Selama tiga tahun menyamar, dirinya menemukan fakta bahwa tabloid memiliki mata-mata bayaran yang bekerja sebagai dokter ataupun pengawal. Dokter dan pengawal tersebut akan memberikan segala bentuk informasi mengenai kehidupan selebritis. (Baca juga: 10 Kapal Seran Penyerang Paling Mematikan di Dunia)
9. John Howard Griffin
Pada 1959, ketika isu rasis sedang mengemuka di AS, seorang novelis kulit putih bernama John Howard Griffin ingin tahu bagaimana rasanya menjadi seorang negro. Untuk mewujudkan misinya itu ia merubah warna kulitnya menjadi gelap. Caranya ia mengkonsumsi obat Oxsoralen dan memaparkan kulitnya dengan sinar lampu ultarviolet. Walhasil ia menjadi seorang negro.
Selama sebulan ia berkelana di belahan selatan AS untuk melihat secara nyata kehidupan warga kulit hitam. Sampai suatu titik tertentu, ia mempertanyakan apakah warna kulit itu hanya masalah di selatan AS atau masalah manusia secara umum.
Hasil investigasinya ia bukukan dalam novel berjudul "Black Like Me". Nahasnya setelah novelnya terbit ia sering mendapatkan ancaman dari warga kulit putih hingga akhirnya ia tewas dengan cara digantung.
10. Anas Aremeyaw Anas
Anas adalah reporter investigasi asal Ghana yang bekerja di surat kabar The Crusading Guide. Ia mengawali kariernya sebagai jurnalis sejak mahasiswa magang. Kariernya menjulang ketika ia sukses membongkar prostitusi anak bawah umur. Caranya ia berpura-pura bekerja sebagai of ice boy. (Baca juga: Persingkat Perjalanan ke Mars, NASA Lirik Teknologi Nuklir untuk Roketnya)
Selama berbulan-bulan ia menyaksikan dengan matanya sendiri bocah-bocah ingusan dijadikan budak seks hingga mereka tewas secara mengenaskan. Hasil liputannya ia jadikan bukti untuk menuntut pemerintahan yang korup.
Berikut jurnalis dunia paling bernyali yang urat takutnya sudah putus yang rela mengorbankan hidupnya untuk mendapatkan kebenaran. (Baca: Komnas HAM Investigasi Tewasnya 6 Laskar FPI Pengawal Habib Rizieq)
1. Antonio Salas
Salas adalah jurnalis investigasi yang hanya terkenal dengan nama samarannya. Hidupnya dihabiskan dengan melakukan penyamaran. Dia pernah setahun menjadi anggota pro Nazi, satu setengah tahun sebagai pedagang wanita, dan enam tahun sebagai seorang teroris internasional.
Dalam melakukan penyamaran, Salas membuat persiapan yang amat matang dan rinci. Contohnya, ketika akan masuk grup teror jihad, Salas membuat cerita bakground tentang identitas palsunya secara rumit, ia pun belajar menulis tangan salinan Alquran serta melakukan sunat.
2. Tim Lopes
Lopes adalah jurnalis Brasil yang tumbuh di lingkungan kumuh di Rio de Janeiro. Lopes melakukan penyamaran dengan memfilmkan aktivitas ilegal dengan kamera tersembunyi di sejumlah titik yang dikuasai oleh geng kriminal
dan bos narkoba. (Baca juga: Terlupakan dan Kurang Dikenal, Ini 10 Pahlawan Super Melawan Genosida)
Tahun 2001, Lopes membantu pihak kepolisian setempat dalam mengurangi aksi jual beli narkoba. Nama Lopes menjadi populer karena hal tersebut. Ironisnya, pada 2 Juni 2002, pengedar narkoba menculiknya. Lopes dipukuli, disiksa mati-matian, dan dibakar hingga tewas.
3. Elizabeth Jane Cochrane
Elizabeth Jane Cochrane atau lebih dikenal dengan by line Nellie Bly adalah jurnalis wanita angkatan pertama di Amerika Serikat sekitar tahun 1887. Oleh editornya di New York ia ditugaskan meliput kondisi sebuah Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Blackwell Island yang diduga melakukan malpraktik.
Untuk masuk ke RSJ tersebut tak ada cara lain bagi Cochrane selain menyamar menjadi pasien sakit jiwa. Risikonya sangat besar, karena sang editor tak menjamin Cochrane bisa keluar dari RSJ tersebut.
Selama 10 hari ia berada di RSJ dan harus menjalani perlakuan medis tak semestinya. Namun pengorbanan itu terbayar. Berkat liputannya, pemerintah AS memerintahkan penyidikan RSJ tersebut dan menaikkan anggaran perbaikan dan pelayanan sebesar USD850.000. (Baca juga: 6 Kota di Dunia yang Pernah Bersalin Nama, Jakarta Paling Sering)
4. Chris Terrill
Chris Terrill merupakan pakar antropologi asal Inggris dan pembuat film dokumenter. Hasil investigasinya terentang luas di berbagai bidang, mulai dari kasus bullying di sekolah hingga penyelundupan kokain yang melibatkan
Angakatan Laut Kerajaan Inggris. Hebatnya ia bekerja seorang diri.
Tahun 1992, Terrill melakukan investigasi soal penjualan orangutan dengan menyamar sebagai perantara jual beli. Dia juga pernah menyaru menjadi penjual wanita dalam liputannya soal human traf icking di Denmark, Belgia, dan Republik Dominika.
5. Peter Warren
Warren adalah jurnalis Inggris dan pernah menjadi detektif swasta di Kanada selama hampir 50 tahun. Minatnya adalah membongkar kasus yang dipetieskan atau vonis hakim yang salah. Salah satu liputannya terkenal adalah soal vonis David Milgaard yang dijebloskan ke Penjara Stony Mountain dengan tuduhan memperkosa pada 1974.
Dari data awal, Warren mencurigai bahwa vonis hakim terhadap Milgaard keliru. Maka ia mengumpulkan berbagai bukti termasuk pembelaaan dari Milgaard. Hasilnya pada 1997 Milgaard dibebaskan setelah 23 tahun mendekam di balik jeruji besi. (Baca juga: Bikin Ciut Nyali Musuh, Ini Senapan Sniper Paling Mematikan di Dunia)
6. GĂĽnter Wallraff
Wallraff adalah penulis berkebangsaan Jerman yang sangat ahli melakukan penyamaran. Pada 1969, Wallraff memulai penyamaranya sebagai pecandu alkohol, tunawisma dan pekerja pabrik kimia. Penyamaranya tersebut menghasilkan sebuah laporan mendalam, "13 Undesired Reports."
Setelah itu pada 1974 dirinya pergi ke Yunani untuk melakukan penyamaran. Lalu pada 2007 ketika berusia 64 tahun, Wallraf juga melakukan penyamaran di pusat pelayanan telepon Jerman.
Karena prestasinya sebagai wartawan yang rela melakukan penyamaran beresiko tinggi, dirinya banyak meraih penghargaan salah satunya oleh pemerintah Swedia yang memasukkan namanya "Walraffa" dalam kamus besar Bahasa Swedia.
7 Donal MacIntyre
MacIntyre adalah jurnalis investigasi Irlandia yang selama kariernya, telah berulangkali melakukan penyamaran dalam berbagai macam situasi. Penyamarannya yang paling berani adalah ketika ia dapat masuk menjadi anggota salah satu geng Hooligans tersadis yaitu Chelsea Headhunters.
Selama melakukan penyamaran, Maclintyre mengkonfirmasi adanya keterikatan antara geng hooligans ini dengan organisasi pro Nazi, Combat 18. Investigasi yang dilakukan MacIntyre membuat sejumlah anggota Geng Chelsea Headhunters ditangkap. Salah satu anggota geng, Jason Marriner dijatuhi hukuman enam tahun penjara.
8. Stuart Goldman
Goldman adalah reporter berkebangsaan Amerika Serikat yang dikenal dengan sebutan "Jurnalis Pembunuh Bayaran" untuk sejumlah tulisan tajamnya dalam sebuah kolom di Los Angeles Times. Aksi penyamaranya meliputi investigasi mendalam terhadap penginjil di dalam acara TV, Terry-Cole Whittaker dan juga pernah masuk dalam perkumpulan Kultus pemuja UFO.
Di tahun 90-an, Goldman kembali lagi masuk ke dalam dunia penyamaran . Penyamaran tersebut dimaksudkan untuk mengetahui adanya persamaan antara dunia media baik cetak maupun televisi dengan sebuah organisasi kriminal. Selama tiga tahun menyamar, dirinya menemukan fakta bahwa tabloid memiliki mata-mata bayaran yang bekerja sebagai dokter ataupun pengawal. Dokter dan pengawal tersebut akan memberikan segala bentuk informasi mengenai kehidupan selebritis. (Baca juga: 10 Kapal Seran Penyerang Paling Mematikan di Dunia)
9. John Howard Griffin
Pada 1959, ketika isu rasis sedang mengemuka di AS, seorang novelis kulit putih bernama John Howard Griffin ingin tahu bagaimana rasanya menjadi seorang negro. Untuk mewujudkan misinya itu ia merubah warna kulitnya menjadi gelap. Caranya ia mengkonsumsi obat Oxsoralen dan memaparkan kulitnya dengan sinar lampu ultarviolet. Walhasil ia menjadi seorang negro.
Selama sebulan ia berkelana di belahan selatan AS untuk melihat secara nyata kehidupan warga kulit hitam. Sampai suatu titik tertentu, ia mempertanyakan apakah warna kulit itu hanya masalah di selatan AS atau masalah manusia secara umum.
Hasil investigasinya ia bukukan dalam novel berjudul "Black Like Me". Nahasnya setelah novelnya terbit ia sering mendapatkan ancaman dari warga kulit putih hingga akhirnya ia tewas dengan cara digantung.
10. Anas Aremeyaw Anas
Anas adalah reporter investigasi asal Ghana yang bekerja di surat kabar The Crusading Guide. Ia mengawali kariernya sebagai jurnalis sejak mahasiswa magang. Kariernya menjulang ketika ia sukses membongkar prostitusi anak bawah umur. Caranya ia berpura-pura bekerja sebagai of ice boy. (Baca juga: Persingkat Perjalanan ke Mars, NASA Lirik Teknologi Nuklir untuk Roketnya)
Selama berbulan-bulan ia menyaksikan dengan matanya sendiri bocah-bocah ingusan dijadikan budak seks hingga mereka tewas secara mengenaskan. Hasil liputannya ia jadikan bukti untuk menuntut pemerintahan yang korup.
(ysw)