Terungkap, 13 Pesawat Tempur China Berpura-pura Serang Kapal Induk AS
loading...
A
A
A
TAIPEI - Teka-teki rombongan 13 pesawat tempur China , termasuk delapan pembom H-6, memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Taiwan Sabtu pekan lalu terungkap. Pesawat-pesawat itu ternyata melakukan simulasi serangan terhadap kapal induk Amerika Serikat (AS); USS Theodore Roosevelt.
Baca Juga: Spotify Kembangkan Fitur Pengenalan Suara yang Bisa Deteksi Mood
Secara rinci, total ada 28 pesawat—termasuk delapan pembom H-6 PLAAF (Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat), menyusup ke ADIZ Taiwan antara 23 dan 24 Januari 2021.
Misi pada hari Sabtu 23 Januari, dilakukan ketika Kelompok Tempur Theodore Roosevelt (TRCSG) yang dipimpin oleh kapal induk USS Theodore Roosevelt memasuki Laut China Selatan untuk melakukan operasi rutin.
Konfirmasi bahwa misi yang diterbangkan pada 23 Januari itu mensimulasikan serangan udara terhadap kapal induk AS berasal dari Financial Times dalam laporannya hari Jumat kemarin.
"Orang-orang yang mengetahui informasi intelijen yang dikumpulkan oleh AS dan sekutunya mengatakan para pembom dan beberapa pesawat tempur yang terlibat sedang melakukan latihan yang menggunakan sekelompok kapal Angkatan Laut AS yang dipimpin oleh kapal induk USS Theodore Roosevelt di area yang sama dengan target simulasi," tulis media tersebut dalam laporannya.
Baca Juga: BlackBerry Pakai 'Jurus Kungfu' Melawan Mobil Otonom Tesla
"Pilot pembom H-6 dapat didengar dalam percakapan kokpit mengonfirmasikan perintah untuk simulasi penargetan dan pelepasan rudal anti-kapal terhadap kapal induk," tulis media tersebut dalam laporannya yang dilansir The Aviationist, Sabtu (30/1/2021).
Meskipun tidak dilaporkan menjadi bagian dari misi minggu lalu, perlu disebutkan bahwa Angkatan Udara PLA juga telah mengembangkan varian lebih lanjut dari H-6K, yang disebut H-6N, yang secara khusus dirancang sebagai peluncur rudal balistik.
Senjata utama pesawat pembom China itu adalah CH-AS-X-13, juga dikenal sebagai DF-21D, versi peluncuran udara dari Rudal Balistik Anti-Kapal (AShBM) DF-21. Misil tersebut dijuluki sebagai rudal "pembunuh kapal induk".
Meskipun para ahli China mengatakan bahwa Beijing tidak mau mengambil risiko konflik terbuka dengan AS, langkah Beijing selama ini dirancang untuk memaksa AS menyesuaikan posturnya di Asia.
Pemerintahan AS yang baru memperingatkan Beijing untuk berhenti mengintimidasi Taiwan. "Kami mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan militer, diplomatik dan ekonomi terhadap Taiwan," kata Departemen Luar Negeri AS.
Baca Juga: Nyamar Agar Bisa Dapat Vaksin COVID-19, Jutawan Kanada Terancam Dibui
Meskipun diharapkan bahwa pemerintahan AS yang baru tidak semrawut seperti pendahulunya, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, minggu ini setuju dengan pemerintahan Trump bahwa pemerintah China melalukan penindasan terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.
Dia mengatakan bahwa apa yang terjadi dengan komunitas Muslim Uighur itu harus dianggap sebagai "genosida" dan setuju dengan "pendekatan yang lebih keras" terhadap China.
Lihat Juga: 5 Drama China Terpopuler pada November 2024, Rekomendasi Terbaik untuk Pecinta Serial Asia
Baca Juga: Spotify Kembangkan Fitur Pengenalan Suara yang Bisa Deteksi Mood
Secara rinci, total ada 28 pesawat—termasuk delapan pembom H-6 PLAAF (Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat), menyusup ke ADIZ Taiwan antara 23 dan 24 Januari 2021.
Misi pada hari Sabtu 23 Januari, dilakukan ketika Kelompok Tempur Theodore Roosevelt (TRCSG) yang dipimpin oleh kapal induk USS Theodore Roosevelt memasuki Laut China Selatan untuk melakukan operasi rutin.
Konfirmasi bahwa misi yang diterbangkan pada 23 Januari itu mensimulasikan serangan udara terhadap kapal induk AS berasal dari Financial Times dalam laporannya hari Jumat kemarin.
"Orang-orang yang mengetahui informasi intelijen yang dikumpulkan oleh AS dan sekutunya mengatakan para pembom dan beberapa pesawat tempur yang terlibat sedang melakukan latihan yang menggunakan sekelompok kapal Angkatan Laut AS yang dipimpin oleh kapal induk USS Theodore Roosevelt di area yang sama dengan target simulasi," tulis media tersebut dalam laporannya.
Baca Juga: BlackBerry Pakai 'Jurus Kungfu' Melawan Mobil Otonom Tesla
"Pilot pembom H-6 dapat didengar dalam percakapan kokpit mengonfirmasikan perintah untuk simulasi penargetan dan pelepasan rudal anti-kapal terhadap kapal induk," tulis media tersebut dalam laporannya yang dilansir The Aviationist, Sabtu (30/1/2021).
Meskipun tidak dilaporkan menjadi bagian dari misi minggu lalu, perlu disebutkan bahwa Angkatan Udara PLA juga telah mengembangkan varian lebih lanjut dari H-6K, yang disebut H-6N, yang secara khusus dirancang sebagai peluncur rudal balistik.
Senjata utama pesawat pembom China itu adalah CH-AS-X-13, juga dikenal sebagai DF-21D, versi peluncuran udara dari Rudal Balistik Anti-Kapal (AShBM) DF-21. Misil tersebut dijuluki sebagai rudal "pembunuh kapal induk".
Meskipun para ahli China mengatakan bahwa Beijing tidak mau mengambil risiko konflik terbuka dengan AS, langkah Beijing selama ini dirancang untuk memaksa AS menyesuaikan posturnya di Asia.
Pemerintahan AS yang baru memperingatkan Beijing untuk berhenti mengintimidasi Taiwan. "Kami mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan militer, diplomatik dan ekonomi terhadap Taiwan," kata Departemen Luar Negeri AS.
Baca Juga: Nyamar Agar Bisa Dapat Vaksin COVID-19, Jutawan Kanada Terancam Dibui
Meskipun diharapkan bahwa pemerintahan AS yang baru tidak semrawut seperti pendahulunya, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, minggu ini setuju dengan pemerintahan Trump bahwa pemerintah China melalukan penindasan terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.
Dia mengatakan bahwa apa yang terjadi dengan komunitas Muslim Uighur itu harus dianggap sebagai "genosida" dan setuju dengan "pendekatan yang lebih keras" terhadap China.
Lihat Juga: 5 Drama China Terpopuler pada November 2024, Rekomendasi Terbaik untuk Pecinta Serial Asia
(min)