Pencipta Racun Novichok Buat Obat yang Manjur untuk COVID-19
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia disebut dapat memproduksi obat baru yang mampu secara efektif mengobati COVID-19 dan penyakit virus lainnya dalam waktu dekat. Hal itu diungkapkan oleh ahli biokimia Rusia, Leonid Rink, salah satu pengembang racun saraf Novichok .
Menurut Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ), Tedros Adhanom Ghebreyesus, Dexamethasone saat ini menjadi satu-satunya obat yang menunjukkan kemanjuran dalam mengobati bentuk yang parah dari COVID-19. Namun Rink mengungkapkan bahwa ada obat baru yang secara efektif dapat menangani COVID-19.
Pria yang bekerja di Institut Riset Kimia Organik dan Teknologi Negara Rusia dan saat ini memimpin perdagangan antar wilayah serta asosiasi industri InterVita itu mengidentifikasi obat tersebut sebagai obat antivirus dan imunomodulasi Immofon.
"Ia (Immofon) bekerja melawan penyakit virus, dan dengan sempurna memulihkan sel setelah sistem kekebalan bekerja, yaitu, menghilangkan badai sitokin (proses ketika sistem kekebalan mulai menghancurkan tubuh manusia selama gangguan inflamasi), yang menurut banyak ahli, adalah salah satu penyebab kematian akibat virus Corona," ungkap ilmuwan Rusia itu seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (27/1/2021).
Menurutnya, obat tersebut didasarkan pada obat Diucifon yang disintesis di Uni Soviet pada tahun 1967 untuk mengobati kusta dan masuk dalam daftar obat esensial hingga tahun 2000-an.
"Immofon mengandung sebagian dari agen antivirus yang kuat Dapsone dan dua molekul methyluracil, yang dirancang untuk mengaktifkan metabolisme di jaringan dan merangsang proses regenerasi," jelas Link.
Link menambahkan bahwa selain COVID-19, obat baru ini efektif melawan lupus erythematosus, skleroderma, rheumatoid arthritis, psoriasis, alergi, leukemia, dan penyakit paru-paru.
Dia menunjukkan bahwa obat tersebut telah diuji pada sekitar 700 sukarelawan lansia, dengan mengatakan tidak ada satu tahap pun yang parah dan tidak ada satu pun kematian setelah terinfeksi.
Ahli biokimia tersebut mengatakan bahwa perusahaannya terlibat dalam pembuatan batch percontohan obat baru itu untuk menguji keefektifannya terhadap berbagai patologi. Dia menambahkan bahwa negosiasi sedang berlangsung dengan Kementerian Kesehatan Rusia dan regulator lainnya tentang produksi jarum suntik serta pipet yang sebelumnya sudah diisi, dan bahwa satu dosis Immunofon akan menelan biaya sekitar USD13,20 atau sekitar Rp185 ribu
Rink dikenal sebagai ilmuwan yang memainkan peran utama dalam penciptaan senjata kimia Novichok di era Uni Soviet.
Topik terkait Novichok menjadi berita utama global tahun lalu, ketika pihak berwenang Jerman menuduh tanpa memberikan bukti apa pun bahwa racun tingkat senjata digunakan untuk menyerang tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny.
Sebelumnya, London mengklaim bahwa Moskow berada di belakang penggunaan Novichok untuk meracuni mantan perwira intelijen Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia pada tahun 2018, tuduhan yang ditolak dengan tegas oleh otoritas Rusia sebagai tuduhan yang tidak berdasar.
Kepala Badan Intelijen Luar Negeri (SVR) Rusia, Sergei Naryshkin, pada bagiannya, menggarisbawahi bahwa semua stok negara dari racun saraf Novichok telah dihilangkan sesuai dengan protokol dari Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW).
"(Penghapusan) ini dicatat pada masanya. Oleh karena itu, mengatakan bahwa ada fasilitas produksi atau stok lama senjara perang kimia di wilayah Rusia, tentu saja adalah disinformasi," kata Naryshkin kepada wartawan tahun lalu ketika ditanya apakah Rusia memiliki stok Novichok.
Menurut Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ), Tedros Adhanom Ghebreyesus, Dexamethasone saat ini menjadi satu-satunya obat yang menunjukkan kemanjuran dalam mengobati bentuk yang parah dari COVID-19. Namun Rink mengungkapkan bahwa ada obat baru yang secara efektif dapat menangani COVID-19.
Pria yang bekerja di Institut Riset Kimia Organik dan Teknologi Negara Rusia dan saat ini memimpin perdagangan antar wilayah serta asosiasi industri InterVita itu mengidentifikasi obat tersebut sebagai obat antivirus dan imunomodulasi Immofon.
"Ia (Immofon) bekerja melawan penyakit virus, dan dengan sempurna memulihkan sel setelah sistem kekebalan bekerja, yaitu, menghilangkan badai sitokin (proses ketika sistem kekebalan mulai menghancurkan tubuh manusia selama gangguan inflamasi), yang menurut banyak ahli, adalah salah satu penyebab kematian akibat virus Corona," ungkap ilmuwan Rusia itu seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (27/1/2021).
Menurutnya, obat tersebut didasarkan pada obat Diucifon yang disintesis di Uni Soviet pada tahun 1967 untuk mengobati kusta dan masuk dalam daftar obat esensial hingga tahun 2000-an.
"Immofon mengandung sebagian dari agen antivirus yang kuat Dapsone dan dua molekul methyluracil, yang dirancang untuk mengaktifkan metabolisme di jaringan dan merangsang proses regenerasi," jelas Link.
Link menambahkan bahwa selain COVID-19, obat baru ini efektif melawan lupus erythematosus, skleroderma, rheumatoid arthritis, psoriasis, alergi, leukemia, dan penyakit paru-paru.
Dia menunjukkan bahwa obat tersebut telah diuji pada sekitar 700 sukarelawan lansia, dengan mengatakan tidak ada satu tahap pun yang parah dan tidak ada satu pun kematian setelah terinfeksi.
Ahli biokimia tersebut mengatakan bahwa perusahaannya terlibat dalam pembuatan batch percontohan obat baru itu untuk menguji keefektifannya terhadap berbagai patologi. Dia menambahkan bahwa negosiasi sedang berlangsung dengan Kementerian Kesehatan Rusia dan regulator lainnya tentang produksi jarum suntik serta pipet yang sebelumnya sudah diisi, dan bahwa satu dosis Immunofon akan menelan biaya sekitar USD13,20 atau sekitar Rp185 ribu
Rink dikenal sebagai ilmuwan yang memainkan peran utama dalam penciptaan senjata kimia Novichok di era Uni Soviet.
Topik terkait Novichok menjadi berita utama global tahun lalu, ketika pihak berwenang Jerman menuduh tanpa memberikan bukti apa pun bahwa racun tingkat senjata digunakan untuk menyerang tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny.
Sebelumnya, London mengklaim bahwa Moskow berada di belakang penggunaan Novichok untuk meracuni mantan perwira intelijen Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia pada tahun 2018, tuduhan yang ditolak dengan tegas oleh otoritas Rusia sebagai tuduhan yang tidak berdasar.
Kepala Badan Intelijen Luar Negeri (SVR) Rusia, Sergei Naryshkin, pada bagiannya, menggarisbawahi bahwa semua stok negara dari racun saraf Novichok telah dihilangkan sesuai dengan protokol dari Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW).
"(Penghapusan) ini dicatat pada masanya. Oleh karena itu, mengatakan bahwa ada fasilitas produksi atau stok lama senjara perang kimia di wilayah Rusia, tentu saja adalah disinformasi," kata Naryshkin kepada wartawan tahun lalu ketika ditanya apakah Rusia memiliki stok Novichok.
(ber)