Akun Twitter Digembok, China Mengaku Jadi Korban Misinformasi

Jum'at, 22 Januari 2021 - 03:43 WIB
loading...
A A A
"Genosida ini sedang berlangsung, dan kami menyaksikan upaya sistematis untuk menghancurkan Uighur oleh negara-partai China," kata mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, pada hari terakhir pemerintahan Trump.



Berita tentang pembatasan Twitter pertama kali dilaporkan oleh Bloomberg.

Seorang juru bicara Twitter mengatakan bahwa tweet tersebut telah melanggar kebijakan konten perusahaan, yang melarang dehumanisasi sekelompok orang berdasarkan agama, kasta, usia, kecacatan, penyakit serius, asal negara, ras, atau etnis.

Tweet tersebut sekarang "tidak lagi tersedia" di platform media sosial itu.

Sementara itu, akun Kedutaan Besar China akan tetap terkunci hingga Tweet dihapus, menurut Twitter. Dalam kasus serupa - termasuk yang melibatkan akun mantan Presiden Donald Trump - Twitter meminta pengguna untuk menghapus postingan yang dipermasalahkan secara manual agar bisa membuat postingan.



Kedutaan China, pada bagiannya, belum men-tweet sejak 9 Januari.

Tidak jelas apakah Kedutaan China bermaksud menghapus postingan tersebut untuk memulihkan akunnya. Delegasi di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Twitter adalah salah satu dari beberapa platform media sosial yang berbasis di AS yang diblokir di China, bersama dengan Facebook dan Instagram. Meskipun demikian, diplomat dan agensi China semakin banyak menggunakan Twitter untuk mempromosikan kepentingan Beijing di seluruh dunia.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3131 seconds (0.1#10.140)