China Bikin Joe Biden Murka di Hari Pelantikan

Kamis, 21 Januari 2021 - 23:01 WIB
loading...
China Bikin Joe Biden Murka di Hari Pelantikan
Jatuhkan sanksi kepada puluhan pejabat era Trump, China membuat pemerintahan Joe Biden murka di hari pelantikan. Foto/Ilustrasi/Sindonews
A A A
WASHINGTON - China telah membuat pemerintahan Joe Biden murka, hanya beberapa jam presiden Amerika Serikat (AS) terpilih itu dilantik. Tim kebijakan luar negeri Biden mengecam sanksi yang dijatuhkan Beijing terhadap sejumlah pejabat AS era Donald Trump .

Baca Juga: Dehumanisasi Wanita Uighur, Twitter Gembok Akun Kedubes China

Pemerintahan Biden mencap sanksi yang dijatuhkan tepat saat pelantikan sedang berlangsung itu sebagai tindakan tidak produktif dan sinis.

"Menerapkan sanksi ini pada Hari Pelantikan tampaknya merupakan upaya untuk memainkan perpecahan partisan," kata Emily Horne, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Presiden Biden.

Baca Juga: Akun Twitter Digembok, China Mengaku Jadi Korban Misinformasi



"Presiden Biden berharap dapat bekerja dengan para pemimpin di kedua belah pihak untuk memposisikan Amerika untuk mengalahkan China," imbuhnya seperti dikutip dari NBC News, Kamis (21/1/2021).

Baca Juga: Eks Bos Program Kapal Induk China Bakal Ditangkap karena Korupsi

China kemudian menanggapinya dengan mengkritik pemerintahan Trump, dan menyerukan penyembuhan dan hubungan yang lebih baik antara kedua negara. China bahkan mengutip kalimat pidato pelantikan Biden.

"Saya yakin jika kedua negara bekerja sama, malaikat yang lebih baik dalam hubungan AS-China dapat mengalahkan kekuatan jahat," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying pada jumpa pers hari ini di Beijing, mengutip pidato Biden.

China Bikin Joe Biden Murka di Hari Pelantikan


Dalam pidatonya yang menekankan perlunya persatuan agar bisa menang atas perpecahan, Biden mengatakan: "Melalui perjuangan, pengorbanan dan kemunduran, malaikat kita yang lebih baik selalu menang."

Perang retoris itu menyusul empat tahun memburuknya hubungan AS-China, dengan Trump dan anggota timnya menyalahkan China atas pandemi COVID-19 , menggunakan istilah rasis untuk menggambarkan virus tersebut dan mengkritik perlakuan Beijing terhadap pengunjuk rasa Hong Kong serta minoritas Muslim Uighur .

Selama waktu itu, dua ekonomi terbesar di dunia tersebut juga terjebak dalam perang dagang yang merusak.

Duta Besar de facto Taiwan untuk Washington menghadiri pelantikan Biden dengan undangan resmi, untuk pertama kalinya. Ini dapat mengindikasikan bahwa presiden baru AS itu akan melanjutkan peningkatan dukungan yang dilakukan Trump terhadap pulau dengan pemerintahan sendiri itu, yang diklaim Beijing sebagai bagian dari China.

Namun, meski telah mengisyaratkan akan mempertahankan tekanan pada Beijing, tim Biden secara luas diharapkan untuk mengambil pendekatan yang lebih tradisional, diplomatik, dan multilateral daripada yang dilakukan Trump.

China menjatuhkan sanksi pada 28 pejabat Trump pada hari Rabu, termasuk mantan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo , penasihat perdagangan Trump Peter Navarro dan Alex Azar, Menteri Kesehatan dan Kemanusiaan. Menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China langkah-langkah tersebut termasuk melarang perjalanan ke Hong Kong, Makau, atau China daratan, dan membatasi organisasi apa pun yang mereka jalankan untuk melakukan bisnis di sana.

Dalam minggu-minggu terakhirnya menjabat, Pompeo melancarkan rentetan tindakan terhadap China, dan pada Selasa lalu mengatakan bahwa Beijing telah melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap populasi Muslim Uighur.



China telah berulang kali menolak tuduhan pelecehan di wilayah Xinjiang, di mana PBB mengatakan setidaknya 1 juta orang Uighur dan komunitas Muslim lainnya telah ditahan di kamp-kamp internir.

Menteri Luar Negeri AS pilihan Biden untuk menggantikan Pompeo, Antony Blinken, pada Selasa mengatakan bahwa dia setuju dengan penilaian Pompeo. Dia mengatakan pada sidang konfirmasi Senatnya bahwa tidak ada keraguan jika China merupakan tantangan paling signifikan bagi Amerika Serikat di negara mana pun.

(ber)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1139 seconds (0.1#10.140)