Pelantikan Biden Dihantui Kekacauan, AS Bersiap untuk yang Terburuk

Selasa, 19 Januari 2021 - 06:35 WIB
loading...
A A A
"Ini adalah kesempatan terakhir kita untuk menghindari pemerintahan tirani atau perang saudara yang berdarah dan tidak ada gunanya di antara orang-orang Amerika, yang tidak memiliki banyak hal melawan satu sama lain dan memiliki lebih banyak kesamaan daripada yang mereka sadari," kata seorang milisi bersenjata, yang bersekutu dengan kelompok anti-pelantikan Biden; Boogaloo Boys, di tangga Gedung Kongres Michigan.



“Pesan kami kepada pemerintah adalah, kami datang dengan damai. Kami tidak bermaksud untuk melakukan kekerasan, tapi saya memohon dengan air mata berlinang dan suara saya pecah, jika Anda terus menindas rakyat Amerika, mereka tidak akan rasional lagi," ujarnya.

Dalam peringatan buletin intelijen bersama pekan lalu, otoritas federal memperingatkan pelanggaran mematikan 6 Januari di Washington D.C. akan berfungsi sebagai "pendorong kekerasan yang signifikan" bagi kelompok milisi bersenjata dan ekstremis rasis yang menargetkan pelantikan Biden.

"Para ekstremis yang bertujuan untuk memicu perang ras dapat mengeksploitasi akibat pelanggaran Capitol dengan melakukan serangan untuk mengacaukan dan memaksa konflik klimaks di Amerika Serikat", tulis para pejabat dalam buletin yang dikeluarkan oleh Pusat Kontra-Terorisme Nasional dan Departemen Kehakiman dan Keamanan Dalam Negeri.



Ibu kota di negara bagian medan pertempuran utama—di mana Presiden Donald Trump yang lengser mengarahkan tuduhan tak berdasarnya tentang kecurangan pemilu—dalam siaga tinggi. Gedung-gedung Capitol ditutup, dipagari dan dibatasi oleh polisi dan pasukan militer.

"Ini mengguncang semua orang, Anda tahu, melihat apa yang terjadi di Capitol," kata Kepala Departemen Kepolisian Miami Jorge Colina kepada The New York Times.

Baca juga: Viral, Sindiran Nakal Keponakan Kamala Harris pada Trump Bikin Tertawa

“Ini memberi Anda perasaan tidak nyaman yang mengerikan, dan karena itu, mereka khawatir dengan itu. Mereka prihatin dengan pola pikir, 'Apakah kita aman di sini, di negara ini?'."
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1268 seconds (0.1#10.140)