Pakar: Vaksinasi Tidak Serta Merta Buat Kehidupan Kembali Normal
loading...
A
A
A
SINGAPURA - Alex Cook, seorang pakar dari National University of Singapore (NUS) menuturkan, mereka yang "beruntung" menjadi orang pertama yang mendapatkan vaksinasi mungkin berharap untuk segera kembali ke cara hidup normal. Tapi, menurutnya mungkin masih butuh waktu berbulan-bulan bagi kehidupan untuk kembali normal.
Cook menuturkan, dibutuhkan waktu untuk bisa menciptakan kekebalan kawanan, sebagai dampak dari vaksin. Dia menyebut, jika belum banyak orang yang melakukan vaksinasi, maka ancaman penularan Covid-19 masih sangat tinggi, karena belum banyak yang memiliki perlindungan.
"Pada tahap awal, mereka yang divaksinasi akan dilindungi dan mereka yang belum melakukan vaksinasi belum mendapatkan perlindungan sama sekali," ucap Cook, seperti dilansir Channel News Asia.
"Nanti, setelah cukup banyak orang yang divaksinasi, maka mereka yang divaksinasi memiliki perlindungan langsung dan mereka yang belum divaksinasi akan mendapatkan perlindungan tidak langsung, karena mereka akan dilindungi oleh orang lain dalam populasi yang telah divaksinasi," sambungnya.
Tetapi, jelasnya, ini semua tergantung pada keefektifan vaksin. Misalnya, situasi yang digariskan mengasumsikan bahwa vaksin melindungi dari infeksi, dan bukan hanya penyakit.
Cook menuturkan, untuk saat ini tindakan pembatasan dan penggunaan masker masih akan tetap diberlakukan hingga ada cukup orang yang divaksinasi untuk mencapai kekebalan kawananan.
Dia menuturkan, massa kritis, atau jumlah orang yang perlu divaksinasi untuk mencegah penyebaran Covid-19 lebih lanjut di masyarakat juga tergantung pada keefektifan vaksin.
Dale Fisher, konsultan senior di NUS dan Ketua Jaringan Siaga dan Respons Wabah Global WHO mencatat bahwa 70 persen adalah "angka yang umum digunakan".
Bila berkaca pada Singapura, Fisher menyebut, ini berarti bahwa jika vaksin 90 persen efektif, 80 persen warga Singapura perlu divaksinasi. Meski dia menyarankan lebih banyak orang yang divaksin.
Sedangkan menurut Cook, jika satu orang terinfeksi Covid-19 dan menularkannya ke dua orang lain, ini adalah reproduksi 2. Dengan jumlah reproduksi 2, 50 persen dari populasi perlu dilindungi, yang berarti 55 hingga 60 persen perlu divaksinasi berdasarkan kemanjuran vaksin dari uji coba.
"Jika angka reproduksinya 3, maka 66 persen populasi perlu dilindungi, sehingga 75 persen hingga 80 persen perlu divaksinasi. Mengingat kebutuhan untuk konservatif, saya membayangkan Depkes menargetkan lebih tinggi, bahkan mungkin 90 persen, tetapi saya pikir beberapa dampak kekebalan kelompok akan mulai terasa pada cakupan yang lebih rendah," tambahnya.
Cook menuturkan, dibutuhkan waktu untuk bisa menciptakan kekebalan kawanan, sebagai dampak dari vaksin. Dia menyebut, jika belum banyak orang yang melakukan vaksinasi, maka ancaman penularan Covid-19 masih sangat tinggi, karena belum banyak yang memiliki perlindungan.
"Pada tahap awal, mereka yang divaksinasi akan dilindungi dan mereka yang belum melakukan vaksinasi belum mendapatkan perlindungan sama sekali," ucap Cook, seperti dilansir Channel News Asia.
"Nanti, setelah cukup banyak orang yang divaksinasi, maka mereka yang divaksinasi memiliki perlindungan langsung dan mereka yang belum divaksinasi akan mendapatkan perlindungan tidak langsung, karena mereka akan dilindungi oleh orang lain dalam populasi yang telah divaksinasi," sambungnya.
Tetapi, jelasnya, ini semua tergantung pada keefektifan vaksin. Misalnya, situasi yang digariskan mengasumsikan bahwa vaksin melindungi dari infeksi, dan bukan hanya penyakit.
Cook menuturkan, untuk saat ini tindakan pembatasan dan penggunaan masker masih akan tetap diberlakukan hingga ada cukup orang yang divaksinasi untuk mencapai kekebalan kawananan.
Dia menuturkan, massa kritis, atau jumlah orang yang perlu divaksinasi untuk mencegah penyebaran Covid-19 lebih lanjut di masyarakat juga tergantung pada keefektifan vaksin.
Dale Fisher, konsultan senior di NUS dan Ketua Jaringan Siaga dan Respons Wabah Global WHO mencatat bahwa 70 persen adalah "angka yang umum digunakan".
Bila berkaca pada Singapura, Fisher menyebut, ini berarti bahwa jika vaksin 90 persen efektif, 80 persen warga Singapura perlu divaksinasi. Meski dia menyarankan lebih banyak orang yang divaksin.
Sedangkan menurut Cook, jika satu orang terinfeksi Covid-19 dan menularkannya ke dua orang lain, ini adalah reproduksi 2. Dengan jumlah reproduksi 2, 50 persen dari populasi perlu dilindungi, yang berarti 55 hingga 60 persen perlu divaksinasi berdasarkan kemanjuran vaksin dari uji coba.
"Jika angka reproduksinya 3, maka 66 persen populasi perlu dilindungi, sehingga 75 persen hingga 80 persen perlu divaksinasi. Mengingat kebutuhan untuk konservatif, saya membayangkan Depkes menargetkan lebih tinggi, bahkan mungkin 90 persen, tetapi saya pikir beberapa dampak kekebalan kelompok akan mulai terasa pada cakupan yang lebih rendah," tambahnya.
(esn)