Ungkap Kematian Pramugari Cantik Dacera, Keluarganya Minta CCTV Tambahan

Jum'at, 08 Januari 2021 - 13:23 WIB
loading...
Ungkap Kematian Pramugari Cantik Dacera, Keluarganya Minta CCTV Tambahan
Rekaman CCTV menunjukkan pramugari cantik Filipina, Christine Angelica Dacera, bersama salah satu dari 11 pria yang berpesta dengannya di Malam Tahun Baru. Foto/Viral Press
A A A
MAKATI - Keluarga pramugari Filipina Christine Angelica Dacera menuntut rekaman CCTV tambahan dari hotel tempat dia diduga diperkosa dan dibunuh setelah pesta Malam Tahun Baru. Sudah 11 pria dinyatakan sebagai tersangka dalam kematian pramugari cantik itu, namun tiga di antaranya dibebaskan.

Sebuah rekaman CCTV menunjukkan pramugari berusia 23 tahun itu berada di lorong City Garden Grand Hotel, di mana dia berciuman dengan salah satu dari 11 pria yang berpesta dengannya malam itu. (Baca: Pramugari Cantik Tewas di Bak Mandi Hotel, Diduga usai Diperkosa Beramai-ramai )

Pengacara untuk keluarga—yang masih percaya pramugari Philippine Airlines (PAL) Express diperkosa dan dibunuh—sekarang menuntut semua rekaman CCTV, termasuk sudut pandang lain selain yang sudah bocor secara online.

"Rekaman sejauh ini tidak menceritakan keseluruhan cerita," kata pengacara keluarga korban, Jose Ledda III, kepada ABS-CBN News yang dilansir Jumat (8/1/2021).

"Posisi kami saat ini adalah bahwa kami memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang apa yang sebenarnya terjadi selama masa itu dan bahwa kami harus dilengkapi dengan rekaman CCTV yang tidak eksklusif pada sudut tertentu itu," ujarnya.

Dacera ditemukan tidak sadarkan diri di bak mandi kosong kamar hotelnya pada 1 Januari dan dinyatakan meninggal setelah teman dan staf hotel membawanya ke rumah sakit Kota Makati. (Baca juga: Tersangka Pemerkosa Pramugari Cantik Christine Dacera Mengaku Gay )
Ungkap Kematian Pramugari Cantik Dacera, Keluarganya Minta CCTV Tambahan

Polisi Kota Makati, yang mengaku menemukan bukti fisik pemerkosaan, untuk sementara mendakwa 11 pria yang bersamanya atas pemerkosaan dan pembunuhan.

Tetapi jaksa pada hari Rabu membebaskan tiga dari 11 tersangka, dengan bersikeras bahwa polisi belum membuktikan bahwa korban diperkosa. Hasil autopsi awal mengatakan dia meninggal karena "aneurisma aorta pecah."

Pada hari Kamis, Kepala Polisi Ibu Kota setempat Brigadir Jenderal Vicente Danao Jr mengakui bahwa tidak ada cukup bukti untuk menuntut para tersangka. Dia menyalahkan keinginan polisi setempat yang mengajukan kasus tersebut.

"Yang penting kita menetapkan penyebab kematian untuk menghindari kejadian seperti ini," katanya.

Ahli patologi forensik, Dr Raquel Fortun mengatakan CNN Philippines pada Kamis bahwa kerangka waktu kritis 72 jm telah berlalu dan pengumpuln sampel penting sudah terlambat.

"Jika Anda akan memeriksa kembali jenazah untuk mengumpulkan bahan-bahan seperti ini, sudah larut malam," kata Fortun, yang tidak terlibat dalam kasus tersebut.

“Apa yang masih bisa Anda dapatkan? Anda sudah mencuci (tubuhnya), jadi Anda mungkin sudah kehilangan materi di sana," ujarnya.

“Dan ada kemungkinan kontaminasi. Segala sesuatu yang berpotensi terkena tubuh dapat ditinggalkan di atasnya. Sangat bijak, bagi saya, ini sudah terlambat."
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1831 seconds (0.1#10.140)