Putra Mahkota Arab Saudi MBS Dituduh Hendak Habisi Bos Hizbullah
loading...
A
A
A
BEIRUT - Pemimpin Hizbullah Lebanon, Hassan Nasrallah, menuduh Putra Mahkota Arab Sudi Mohammad bin Salman (MBS) sudah lama berusaha untuk membunuhnya. Menurutnya, Kerajaan Arab Saudi telah bersekongkol dengan Israel dan Amerika Serikat (AS) dalam rencana pembunuhan tersebut.
"Data kami menunjukkan bahwa Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman mengangkat masalah pembunuhan saya selama kunjungannya ke Washington," kata Nasrallah dalam wawancara dengan media Lebanon hari Minggu yang dikutip Times of Israel, Senin (28/12/2020). (Baca: Hizbullah Gandakan Jumlah Rudal Presisi, Klaim Dapat Serang Seluruh Israel )
"Amerika menyetujui permintaan Saudi untuk membunuh saya, bahwa Israel akan menerapkannya," ujarnya.
Mengenai keputusan baru-baru ini oleh serangkaian negara Arab untuk menormalisasi hubungan mereka dengan Israel, Nasrallah mengatakan dia tidak terkejut. "Karena sebagian besar rezim Arab dulu hanya menjual kata-kata kepada Palestina," katanya.
Dia mengatakan bahwa Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko menjalin hubungan dengan rezim Zionis berarti bahwa periode "kemunafikan" telah berakhir dan "topeng telah jatuh."
"Sebagai seorang Islamis, saya menemukan posisi Partai Keadilan dan Pembangunan di Maroko lebih menyakitkan dan lebih berbahaya daripada normalisasi rezim," papar Nasrallah. "Tidak ada di dunia ini yang membenarkan siapa pun di dunia ini untuk menyerahkan Palestina."
Dalam wawanacara itu, dia juga menuduh Arab Saudi dan Israel memprovokasi AS untuk membunuh jenderal top Iran, Qassem Soleimani, dengan serangan pesawat tak berawak di Baghdad pada 3 Januari 2020.(Baca juga: Heboh Video Menghina Lagu Indonesia Raya, Ini Respons Malaysia )
Nasrallah mengklaim pembunuhan terhadap Jenderal Soleimani bukan hanya kejahatan Amerika.
"Saya percaya bahwa Israel dan Arab Saudi juga menjadi penyebab kejahatan ini, bahkan jika peran mereka hanya untuk memprovokasi Washington agar melakukannya," kata Nasrallah.
Israel dan Arab Saudi belum menanggapi tuduhan Nasrallah. Pernyataan bos Hizbullah itu muncul setelah kantor berita Tasnim yang berbasis di Iran melaporkan bahwa nama-nama baru telah ditambahkan ke daftar individu Amerika yang dilaporkan terlibat dalam pembunuhan Soleimani.
Menurut laporan itu, jumlah individu dalam daftar telah dinaikkan dari 45 menjadi 48 orang, di mana enam negara menerima surat perintah untuk penangkapan para tersangka.
Dalam perkembangan terpisah, mantan Perdana Menteri Irak Nouri Al-Maliki menyatakan dalam sebuah wawancara dengan Al-Alam TV pada hari Minggu bahwa AS membunuh Soleimani akarena kepala Pasukan Quds IRGC itu merusak rencana AS untuk mengubah identitas wilayah tersebut, sesuatu yang "sangat mengganggu orang Amerika".
Al-Maliki juga menyamakan tindakan AS dengan tindakan gangster, ketimbang negara yang meneriakkan "slogan kebebasan dan demokrasi".
"Data kami menunjukkan bahwa Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman mengangkat masalah pembunuhan saya selama kunjungannya ke Washington," kata Nasrallah dalam wawancara dengan media Lebanon hari Minggu yang dikutip Times of Israel, Senin (28/12/2020). (Baca: Hizbullah Gandakan Jumlah Rudal Presisi, Klaim Dapat Serang Seluruh Israel )
"Amerika menyetujui permintaan Saudi untuk membunuh saya, bahwa Israel akan menerapkannya," ujarnya.
Mengenai keputusan baru-baru ini oleh serangkaian negara Arab untuk menormalisasi hubungan mereka dengan Israel, Nasrallah mengatakan dia tidak terkejut. "Karena sebagian besar rezim Arab dulu hanya menjual kata-kata kepada Palestina," katanya.
Dia mengatakan bahwa Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko menjalin hubungan dengan rezim Zionis berarti bahwa periode "kemunafikan" telah berakhir dan "topeng telah jatuh."
"Sebagai seorang Islamis, saya menemukan posisi Partai Keadilan dan Pembangunan di Maroko lebih menyakitkan dan lebih berbahaya daripada normalisasi rezim," papar Nasrallah. "Tidak ada di dunia ini yang membenarkan siapa pun di dunia ini untuk menyerahkan Palestina."
Dalam wawanacara itu, dia juga menuduh Arab Saudi dan Israel memprovokasi AS untuk membunuh jenderal top Iran, Qassem Soleimani, dengan serangan pesawat tak berawak di Baghdad pada 3 Januari 2020.(Baca juga: Heboh Video Menghina Lagu Indonesia Raya, Ini Respons Malaysia )
Nasrallah mengklaim pembunuhan terhadap Jenderal Soleimani bukan hanya kejahatan Amerika.
"Saya percaya bahwa Israel dan Arab Saudi juga menjadi penyebab kejahatan ini, bahkan jika peran mereka hanya untuk memprovokasi Washington agar melakukannya," kata Nasrallah.
Israel dan Arab Saudi belum menanggapi tuduhan Nasrallah. Pernyataan bos Hizbullah itu muncul setelah kantor berita Tasnim yang berbasis di Iran melaporkan bahwa nama-nama baru telah ditambahkan ke daftar individu Amerika yang dilaporkan terlibat dalam pembunuhan Soleimani.
Menurut laporan itu, jumlah individu dalam daftar telah dinaikkan dari 45 menjadi 48 orang, di mana enam negara menerima surat perintah untuk penangkapan para tersangka.
Dalam perkembangan terpisah, mantan Perdana Menteri Irak Nouri Al-Maliki menyatakan dalam sebuah wawancara dengan Al-Alam TV pada hari Minggu bahwa AS membunuh Soleimani akarena kepala Pasukan Quds IRGC itu merusak rencana AS untuk mengubah identitas wilayah tersebut, sesuatu yang "sangat mengganggu orang Amerika".
Al-Maliki juga menyamakan tindakan AS dengan tindakan gangster, ketimbang negara yang meneriakkan "slogan kebebasan dan demokrasi".
(min)