Pfizer-BioNTech, Moderna dan Sinovac: Sekilas Tentang Tiga Vaksin Utama COVID-19
loading...
A
A
A
Meski mempunyai khasiat hingga 95%, bukan berarti vaksin Pfizer tidak memiliki efek samping. Dua petugas kesehatan di Alaska mengalami reaksi alergi setelah menerima suntikan Pfizer minggu ini, dan reaksi alergi parah juga dilaporkan pada dua petugas kesehatan di Inggris minggu lalu.
Peristiwa tersebut masih diselidiki, dan tidak jelas apakah ada satu komponen atau bahan dalam vaksin Pfizer yang dapat menyebabkan reaksi tersebut.
Untuk vaksin Moderna sendiri, FDA baru saja mengeluarkan rekomendasi penggunaannya seperti dikutip dari NBC News.(Baca juga: Viral! Video Pekerja Medis Menari Rayakan Kedatangan Vaksin Covid )
Vaksin Moderna bekerja dengan cara yang sama dengan vaksin Pfizer, menggunakan potongan kecil kode genetik yang disebut messenger RNA, atau mRNA, untuk mendorong sistem kekebalan memproduksi antibodi terhadap virus corona, tanpa menggunakan potongan-potongan virus itu sendiri.
Uji klinis menunjukkan vaksin itu 94 persen efektif dalam mencegah gejala penyakit dalam dua minggu setelah dosis kedua.
Dalam rapat dewan penasihat hari Kamis, perwakilan dari Moderna mengatakan bahwa di antara lebih dari 30.000 peserta uji klinis, tidak ada kasus anafilaksis yang tampaknya terkait. (Seorang peserta mengembangkan anafilaksis 63 hari setelah mendapatkan dosis kedua. Reaksi biasanya terjadi segera setelah terpapar alergen.)
Ada juga diskusi tentang apakah orang yang baru saja menjalani kosmetik filler berisiko lebih besar mengalami pembengkakan wajah sementara setelah penyuntikan.
Tiga orang dalam uji klinis Moderna yang mengalami pembengkakan di wajah juga memiliki pengisi, baik di pipi atau bibir. Prosedur tersebut telah diselesaikan antara dua minggu dan enam bulan sebelum vaksinasi.(Baca juga: Jerman Mulai Vaksinasi COVID-19 Pekan Depan setelah Persetujuan Eropa )
Sedangkan Sinovac saat ini masih menjalani uji klinis fase 3. Di Indonesia, uji klinis ini masih dilaksanakan oleh PT Biofarma dan Sinovac Biotech yang menggandeng Tim Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Lebih dari 1.600 relawan terlibat dalam uji klinis ini. Mereka telah disuntik dengan vaksin Sinovac. Saat ini BPOM tengah menunggu hasil uji tersebut.
Bila tahap ketiga ini hasilnya baik, maka vaksin ini bisa segera digunakan. Sesuai anjuran WHO, vaksin ini aman digunakan bila minimal ada data hasil uji klinis fase 1 dan fase 2, ditambah analisis sebagian (interim) fase 3, yang saat ini masih berlangsung di lima negara untuk mengeluarkan ijin penggunaan darurat (EUA).
Peristiwa tersebut masih diselidiki, dan tidak jelas apakah ada satu komponen atau bahan dalam vaksin Pfizer yang dapat menyebabkan reaksi tersebut.
Untuk vaksin Moderna sendiri, FDA baru saja mengeluarkan rekomendasi penggunaannya seperti dikutip dari NBC News.(Baca juga: Viral! Video Pekerja Medis Menari Rayakan Kedatangan Vaksin Covid )
Vaksin Moderna bekerja dengan cara yang sama dengan vaksin Pfizer, menggunakan potongan kecil kode genetik yang disebut messenger RNA, atau mRNA, untuk mendorong sistem kekebalan memproduksi antibodi terhadap virus corona, tanpa menggunakan potongan-potongan virus itu sendiri.
Uji klinis menunjukkan vaksin itu 94 persen efektif dalam mencegah gejala penyakit dalam dua minggu setelah dosis kedua.
Dalam rapat dewan penasihat hari Kamis, perwakilan dari Moderna mengatakan bahwa di antara lebih dari 30.000 peserta uji klinis, tidak ada kasus anafilaksis yang tampaknya terkait. (Seorang peserta mengembangkan anafilaksis 63 hari setelah mendapatkan dosis kedua. Reaksi biasanya terjadi segera setelah terpapar alergen.)
Ada juga diskusi tentang apakah orang yang baru saja menjalani kosmetik filler berisiko lebih besar mengalami pembengkakan wajah sementara setelah penyuntikan.
Tiga orang dalam uji klinis Moderna yang mengalami pembengkakan di wajah juga memiliki pengisi, baik di pipi atau bibir. Prosedur tersebut telah diselesaikan antara dua minggu dan enam bulan sebelum vaksinasi.(Baca juga: Jerman Mulai Vaksinasi COVID-19 Pekan Depan setelah Persetujuan Eropa )
Sedangkan Sinovac saat ini masih menjalani uji klinis fase 3. Di Indonesia, uji klinis ini masih dilaksanakan oleh PT Biofarma dan Sinovac Biotech yang menggandeng Tim Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Lebih dari 1.600 relawan terlibat dalam uji klinis ini. Mereka telah disuntik dengan vaksin Sinovac. Saat ini BPOM tengah menunggu hasil uji tersebut.
Bila tahap ketiga ini hasilnya baik, maka vaksin ini bisa segera digunakan. Sesuai anjuran WHO, vaksin ini aman digunakan bila minimal ada data hasil uji klinis fase 1 dan fase 2, ditambah analisis sebagian (interim) fase 3, yang saat ini masih berlangsung di lima negara untuk mengeluarkan ijin penggunaan darurat (EUA).