Bukan Lagi Sampah, Bulu Ayam Bisa Jadi Makanan Berprotein Tinggi

Jum'at, 18 Desember 2020 - 00:00 WIB
loading...
Bukan Lagi Sampah, Bulu Ayam Bisa Jadi Makanan Berprotein Tinggi
Peneliti asal Thailand menilai bulu ayam yang biasanya menjadi sampah bisa diolah menjadi makanan berprotein tinggi. Foto/REUTERS
A A A
BANGKOK - Ketika Sorawut Kittibanthorn mencari jenis sampah baru untuk didaur ulang, mahasiswa Thailand yang tinggal di London ini tertarik pada jutaan ton bulu ayam yang dibuang setiap tahun.

Sekarang kembali ke Tanah Air-nya di Thailand , peneliti berusia 30 tahun itu mencari dana untuk melanjutkan penelitiannya tentang cara terbaik untuk mengubah komponen nutrisi yang ditemukan pada bulu menjadi bubuk yang dapat diubah menjadi sumber makanan yang kaya protein dan tidak berlemak.

"Bulu ayam mengandung protein dan jika kita dapat menyajikan protein ini kepada orang lain di dunia, permintaan dari semua orang...akan membantu mengurangi limbah," kata Sorawut kepada Reuters, Kamis (17/12/2020). (Baca: Latihan Rudal Rusia Picu Kebingungan di Pangkalan Militer AS di Jerman )

Memang potensinya tampak sangat besar, mengingat Sorawut memperhitungkan sekitar 2,3 juta ton bulu dibuang di Eropa saja setiap tahun.

Dan dengan konsumsi unggas yang umumnya lebih tinggi di Asia, dia yakin akan ada hingga 30 persen lebih banyak limbah bulu yang dapat dieksploitasi di kawasan tersebut.

Sorawut, yang belajar untuk Master of Material Futures di London, mengatakan ide tersebut masih perlu melalui tahap penelitian dan pengembangan lainnya.

Tetapi prototipe termasuk pendapatnya tentang chicken nugget dan pengganti steak telah menerima ulasan positif dari beberapa pihak.

“Anda tahu teksturnya sangat kompleks dan canggih. Anda tidak akan membayangkan bulu ayam dapat berimprovisasi menjadi hidangan seperti ini," kata blogger makanan, Cholrapee Asvinvichit, setelah menyantap "steak" yang disajikan dengan saus, kentang tumbuk, dan salad. (Baca juga: Jumlah Pemeluk Islam Meningkat di Israel, Ini Penyebabnya )

"Saya benar-benar bisa membayangkan ini (disajikan) bagi saya di beberapa tempat seperti, bintang Michelin (restoran), atau pengalaman bersantap mewah."

Hathairat Rimkeeree, seorang profesor ilmu pangan di Universitas Kasesart, juga terkejut dengan hasilnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1506 seconds (0.1#10.140)