Lebih dari 500 Ribu Muslim Uighur Kerja Paksa Jadi Pemetik Kapas

Selasa, 15 Desember 2020 - 15:58 WIB
loading...
A A A
"Beberapa minoritas mungkin menunjukkan tingkat persetujuan sehubungan dengan proses ini, dan mereka mungkin mendapatkan keuntungan secara finansial. Namun tidak mungkin untuk menentukan di mana paksaan berakhir dan di mana persetujuan lokal dapat dimulai," sambungnya seperti dikutip dari Straits Times, Selasa (15/12/2020).

Laporan itu juga mengatakan ada insentif ideologis yang kuat untuk menegakkan skema tersebut, karena peningkatan pendapatan pedesaan memungkinkan para pejabat mencapai target pengentasan kemiskinan yang diamanatkan negara.(Baca juga: Tiga Tahun Berpisah, Keluarga Muslim Uighur Bersatu Kembali di Australia )

China membantah keras tuduhan kerja paksa yang melibatkan etnis Uighur di Xinjiang, dan menuduh AS ingin menekan perusahaan Xinjiang.

Beijing juga mengatakan program pelatihan, skema kerja, dan pendidikan yang lebih baik telah membantu memberantas ekstremisme di wilayah tersebut.

Awal bulan ini, AS melarang impor kapas yang diproduksi oleh Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang, sebuah entitas paramiliter utama, yang mencakup sekitar sepertiga dari tanaman yang diproduksi di seluruh wilayah itu.

RUU lain yang diusulkan melarang semua impor dari Xinjiang belum lolos ke Senat AS.(Baca juga: Pertama Kalinya, Paus Francis Sebut Muslim Uighur Teraniaya )

Beberapa merek internasional termasuk Adidas, GAP dan Nike telah dituduh menggunakan tenaga kerja paksa Uighur dalam rantai pasokan tekstil mereka, menurut laporan bulan Maret oleh Australian Strategic Policy Institute.
(ber)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0876 seconds (0.1#10.140)