Gagal Bayar Utang Akibat Covid-19, Maskapai Tertua Kedua di Dunia Bangkrut
loading...
A
A
A
Sebelumnya, pendapatan maskapai penerbangan dunia diperkirakan akan anjlok sebesar USD314 miliar pada 2020. Hal itu disebabkan lockdown dan larangan bepergian setelah mewabahnya virus corona (Covid-19) di seluruh dunia sejak awal tahun ini.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (ATUI) mengatakan, pasar penerbangan kian memburuk. Sebagian maskapai bahkan terancam bangkrut jika wabah Covid-19 terus berlangsung sampai beberapa bulan ke depan.
"Kami pernah mengeluarkan estimasi serupa lima pekan yang lalu dan kini melihat situasinya tiga kali lebih buruk dibandingkan estimasi sebelumnya," ungkap ATUI. Lalu lintas penerbangan dunia telah menurun hingga 95% pada bulan lalu. (Baca juga: Tunisia Gagalkan Serangan Teroris yang Targetkan Militer)
Estimasi terbaru ATUI menunjukkan pendapatan maskapai penerbangan dunia turun 55% dibandingkan setahun yang lalu. ATUI juga menganalisis perpanjangan larangan bepergian, resesi, dan perseberan Covid-19 ke Amerika Latin dan Afrika.
Direktur Jenderal (Dirjen) ATUI Alexandre de Juniac mengatakan, prospek industri penerbangan kian hari kian gelap. "Skala krisis kesehatan menyebabkan dunia penerbangan terpukul keras. Tapi realistisnya, semuanya dapat pulih secara bertahap," katanya.
Juniac menambahkan, sekitar 25 karyawan yang berhubungan dengan dunia penerbangan terancam kehilangan pekerjaan. Tanpa adanya dana bantuan dan kebijakan pemerintah, sebagian maskapai penerbangan tidak akan mampu bertahan hidup. (Muh Shamil)
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (ATUI) mengatakan, pasar penerbangan kian memburuk. Sebagian maskapai bahkan terancam bangkrut jika wabah Covid-19 terus berlangsung sampai beberapa bulan ke depan.
"Kami pernah mengeluarkan estimasi serupa lima pekan yang lalu dan kini melihat situasinya tiga kali lebih buruk dibandingkan estimasi sebelumnya," ungkap ATUI. Lalu lintas penerbangan dunia telah menurun hingga 95% pada bulan lalu. (Baca juga: Tunisia Gagalkan Serangan Teroris yang Targetkan Militer)
Estimasi terbaru ATUI menunjukkan pendapatan maskapai penerbangan dunia turun 55% dibandingkan setahun yang lalu. ATUI juga menganalisis perpanjangan larangan bepergian, resesi, dan perseberan Covid-19 ke Amerika Latin dan Afrika.
Direktur Jenderal (Dirjen) ATUI Alexandre de Juniac mengatakan, prospek industri penerbangan kian hari kian gelap. "Skala krisis kesehatan menyebabkan dunia penerbangan terpukul keras. Tapi realistisnya, semuanya dapat pulih secara bertahap," katanya.
Juniac menambahkan, sekitar 25 karyawan yang berhubungan dengan dunia penerbangan terancam kehilangan pekerjaan. Tanpa adanya dana bantuan dan kebijakan pemerintah, sebagian maskapai penerbangan tidak akan mampu bertahan hidup. (Muh Shamil)
(ysw)