29 Kelompok HAM Desak Kongres AS Blokir Penjualan 50 Jet F-35 ke UEA

Selasa, 01 Desember 2020 - 14:47 WIB
loading...
29 Kelompok HAM Desak...
Pesawat jet tempur siluman F-35 Lightning II Lockheed Martin Amerika Serikat. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Sebanyak 29 organisasi kontrol senjata dan hak asasi manusia (HAM) telah menandatangani surat yang menentang penjualan rudal, 50 unit jet tempur siluman F-35 , dan drone Amerika Serikat (AS) senilai USD 23 miliar ke Uni Emirat Arab (UEA). Mereka mendesak Kongres AS untuk memblokir kesepakatan penjualan tersebut.

“Harapannya adalah menghentikan penjualan ini sama sekali,” kata Seth Binder, petugas advokasi di Project on Middle East Democracy, yang memelopori upaya tersebut. (Baca: Tiga Senator AS Coba Cegah Penjualan 50 Jet Tempur F-35 ke UEA )

"Tetapi jika itu tidak mungkin dalam jangka pendek, ini mengirimkan sinyal penting kepada pemerintahan Biden yang akan datang bahwa ada berbagai kelompok organisasi yang menentang pengiriman senjata ini," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Selasa (1/12/2020).

Tiga Senator AS awal bulan ini mengusulkan undang-undang untuk menghentikan penjualan, yang mencakup drone dari General Atomics, jet tempur siluman F-35 dari Lockheed Martin Corp dan rudal yang dibuat oleh Raytheon. Langkah ketiga Senator ini akan menjadi pertarungan dengan Presiden Donald Trump sebelum dia akan meninggalkan Gedung Putih.

Hukum AS mengizinkan senator untuk memaksakan pemungutan suara pada resolusi ketidaksetujuan atas kesepakatan senjata utama. Namun, untuk menjadi resolusi yang efektif, pertama-tama harus lolos dari Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Langkah itu juga membutuhkan dua pertiga mayoritas di Senat yang dipimpin Partai Republik dan DPR yang dipimpin Partai Demokrat untuk bertahan dari veto presiden. (Baca: Ilmuwan Nuklirnya Dibunuh, Iran Didesak Serang Haifa Israel )

Pejabat administrasi Trump telah memberi pengarahan kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat tentang kesepakatan itu pada Senin malam.

Senator Demokrat Chris Murphy, sponsor resolusi ketidaksetujuan, menanggapi kemudian di Twitter: “Hanya sejumlah besar masalah yang belum terselesaikan dan pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh Pemerintah. Sulit untuk melebih-lebihkan bahaya terburu-buru ini."

Penjualan itu disetujui menyusul perjanjian yang ditengahi AS pada September di mana UEA setuju untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.

Surat dari kelompok HAM, dikirim ke anggota parlemen dan Departemen Luar Negeri, mengatakan penjualan senjata yang direncanakan akan terus merugikan warga sipil dan memperburuk krisis kemanusiaan karena konflik di Yaman dan Libya. (Baca juga: UMLWP Calonkan Benny Wenda sebagai Presiden Interim Papua Barat )

Penandatangan surat termasuk organisasi HAM dari wilayah Timur Tengah dan sekitarnya, termasuk Cairo Institute for Human Rights Studies dan Mwatana for Human Rights.

Kedutaan UEA mengatakan dalam sebuah pernyataanl "Selaras erat dengan kepentingan dan nilai-nilai AS, militer UEA yang berkemampuan tinggi adalah pencegah yang kuat untuk agresi dan respons yang efektif terhadap ekstremisme kekerasan."
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
AS Bukan Lagi Penguasa...
AS Bukan Lagi Penguasa dan Pemimpin NATO, Siapa Penggantinya?
Keluarga Donald Trump...
Keluarga Donald Trump Fokus Tambang Kripto dengan Keuntungan Rp16,7 Triliun, Berikut 6 Faktanya
Siapa Haj Hasan Ibrahim...
Siapa Haj Hasan Ibrahim Al Fardan? Pengusaha Mutiara yang Jadi Inspirasi Arah Kemajuan Uni Emirat Arab
Jepang Harus Bayar Mahal...
Jepang Harus Bayar Mahal untuk Aliansi dengan AS! Bukan Ancaman dari Musuh, tapi Terlalu Banyak Kasus Pemerkosaan
Perundingan AS dan Iran...
Perundingan AS dan Iran Berlansung Konstruktif dan Positif, Akankah Konflik Timur Tengah Mereda?
Trump Copot Potret Obama...
Trump Copot Potret Obama di Gedung Putih, Diganti dengan Potretnya yang Lolos dari upaya Pembunuhan
YouTuber Ini Usik Suku...
YouTuber Ini Usik Suku Paling Terasing di Dunia, Ulahnya Dicap Ceroboh dan Bodoh
Serangan Rudal Balistik...
Serangan Rudal Balistik Rusia Tewaskan Setidaknya 21 Orang di Ukraina
Miris! Dokter Spesialis...
Miris! Dokter Spesialis Jantung Gadungan Buka Praktik, 7 Pasien Tewas Pasca-Operasi
Rekomendasi
Prabowo dan Emir Qatar...
Prabowo dan Emir Qatar Saksikan Penandatanganan MoU Dialog Strategis RI-Qatar
Hakim Djuyamto Dijemput...
Hakim Djuyamto Dijemput Paksa Kejagung terkait Vonis Lepas Kasus CPO
2 Hakim Pemvonis Lepas...
2 Hakim Pemvonis Lepas Kasus CPO Masih Diperiksa Intensif Kejagung
Berita Terkini
China Paksa Warga yang...
China Paksa Warga yang Memiliki Berat Badan di Bawah 50 Kg untuk Tetap Di rumah, Ada Apa Gerangan?
1 jam yang lalu
Negara Eropa Timur Ini...
Negara Eropa Timur Ini Undang 150.000 Pekerja Migran Asal Pakistan
2 jam yang lalu
Senjata Makan Tuan!...
Senjata Makan Tuan! Tentara Israel Injak Ranjau Darat yang Dipasang Kawannya Sendiri
3 jam yang lalu
Meski Mesra dengan Putin,...
Meski Mesra dengan Putin, 3 Alasan Donald Trump Perpanjang Sanksi untuk Rusia selama 12 Bulan
5 jam yang lalu
Pengantin Pria India...
Pengantin Pria India Kawin Lari dengan Calon Ibu Mertuanya Hanya 9 Hari Sebelum Pernikahannya
6 jam yang lalu
AS Bukan Lagi Penguasa...
AS Bukan Lagi Penguasa dan Pemimpin NATO, Siapa Penggantinya?
6 jam yang lalu
Infografis
Ukraina Akui Jet tempur...
Ukraina Akui Jet tempur F-16 AS Tak Bisa Tandingi Su-35 Rusia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved