Virologi 'Bat Woman' Sebut Virus Corona Bukan dari Laboratorium Wuhan

Minggu, 22 November 2020 - 15:39 WIB
loading...
Virologi Bat Woman Sebut...
Ahli virus China Bat Woman menyatakan virus Corona bukan dari Laboratorium Wuhan berdasarkan hasil tes terbaru. Foto/Yicai Global
A A A
BEIJING - Seorang ahli virus China yang dijuluki "Bat Woman" mengklaim bahwa virus Corona yang kini mewabah di dunia bukan berasal dari laboratorium virologi Wuhan . Hal itu berdasarkan hasil serangkaian tes terbaru.

Shi Zhengli, yang merupakan wakil direktur Institut Virologi Wuhan dan terkenal karena karyanya tentang virus, mengatakan bahwa tes pada pekerja yang terinfeksi dari China barat daya menunjukkan bahwa tidak ada subjek yang terinfeksi Covid-19.

Tes terbaru dilakukan dari sampel darah yang diambil delapan tahun lalu dari penambang yang jatuh sakit setelah bekerja di gua kelelawar.



Temuannya diterbitkan minggu ini merupakan pembaruan dari makalah yang dia hasilkan pada Februari lalu di jurnal ilmiah Nature, seperti dikutip Sputnik dari South China Morning Post, Minggu (22/11/2020).

Dikenal sebagai 'Bat Woman' asal China karena penelitiannya tentang virus Corona pada hewan, Shi mengidentifikasi bahwa sifat genetik dari virus yang dia kerjakan tidak meniru penyebaran virus Corona yang menyebar ke seluruh dunia.(Baca juga: Hampir Satu Juta Warga China Disuntik Vaksin Covid-19 Eksperimen )

Pusat virologi Wuhan telah menjadi subjek teori yang tidak berdasar, termasuk klaim bahwa virus Corona diproduksi di laboratoriumnya dengan senjata biologis yang bocor.

Pada bulan Mei lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membantah badan intelijennya sendiri dengan mengatakan bahwa virus Corona berasal dari laboratorium China.

Trump ditanya oleh seorang reporter di Gedung Putih apakah dia telah melihat sesuatu bahwa Institut Virologi Wuhan adalah asal mula virus.

"Ya, sudah. Ya, sudah", kata Presiden. "Dan saya pikir Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seharusnya malu pada diri mereka sendiri karena mereka seperti badan hubungan masyarakat untuk China," ujar Trump kala itu.

Terlepas dari standar internasional seputar penamaan virus yang melarang pemberian nama berkaitan dengan geografi, Donald Trump berulang kali menyebut Covid-19 sebagai "Virus China" dalam upaya untuk mengaitkan pandemi dengan saingan geopolitiknya.

Baru-baru ini pada bulan November, Trump menggunakan nama tersebut saat memuji hasil vaksin Pfizer.(Baca juga: Covid-19 Muncul di Italia Oktober 2019, China Tolak Dicap Biang Keladi )

Sejauh ini, virus Corona telah menginfeksi hampir 58 juta orang di seluruh dunia dan menyebabkan kematian 1,37 juta orang, seperti diungkapkan data dari Universitas Johns Hopkins.
(ber)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1068 seconds (0.1#10.140)