Trump Bisa Tarik Pasukan dari Somalia sebagai Bagian Penarikan Global
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mungkin menarik hampir semua pasukan AS dari Somalia sebagai bagian dari penarikan global.
Kebijakan ini dapat mengakibatkan pengurangan pasukan dalam jumlah besar di Afghanistan dan Irak. Pejabat AS mengungkapkan hal itu di tengah meningkatnya spekulasi bahwa perintah penarikan itu akan segera diumumkan.
Pentagon menolak mengomentari keputusan tentang penarikan pasukan. Reuters melaporkan pada Senin bahwa Trump diperkirakan menarik sebagian pasukan dari Afghanistan, meskipun dia berjanji menarik semua pasukan pada hari Natal.
“Trump juga diperkirakan memerintahkan penarikan kecil di Irak, dari 3.000 menjadi 2.500 tentara,” papar sumber pejabat AS, yang berbicara tanpa menyebut nama. (Baca Juga: Trump Diprediksi akan Kembali Nyapres pada 2024)
Amerika Serikat memiliki sekitar 700 tentara di Somalia yang difokuskan untuk membantu pasukan lokal mengalahkan pemberontakan al-Shabaab yang terkait al-Qaeda. Misi itu hanya mendapat sedikit perhatian di Amerika Serikat tetapi dianggap sebagai landasan upaya global Pentagon memerangi al-Qaeda. (Lihat Infografis: Aplikasi MuslimPro Jual Data Lokasi 100 Juta Muslim ke Militer AS)
Penjabat pelaksana Menteri Pertahanan yang baru dilantik, Christopher Miller, melihat Somalia dengan cermat dan dapat memilih mempertahankan kehadiran minimal di sana dan tidak mengandalkan pasukan besar untuk memerangi kelompok tersebut. (Lihat Video: Terkait Kerumunan FPI, Anies Diperiksa 9 Jam dan Dicecar 33 Pertanyaan)
Pengkritik mengatakan perubahan radikal seperti itu membawa risiko yang besar.
Kolonel Ahmed Abdullahi Sheikh, yang menjabat selama tiga tahun sebagai komandan pasukan khusus Danab hingga 2019, mengatakan keputusan penarikan pasukan itu tidak akan didasarkan pada ancaman kontra-terorisme di Somalia dan dapat merusak kepercayaan pada AS. “Ini ditentukan oleh politik,” ungkap dia.
AS sudah menarik diri dari Bossaso dan Galkayo sekitar tiga pekan lalu. “Mereka tetap berada di kota pelabuhan selatan Kismayo, pangkalan udara pasukan khusus di Baledogle dan di ibu kota Mogadishu, tetapi penarikan yang cepat berisiko menyerahkan wilayah pada al Shabaab,” papar Sheikh.
“Itu akan menciptakan ruang hampa. Pasukan keamanan Somalia memiliki moral yang baik karena pasukan AS, ada kemungkinan dukungan udara jika mereka diserang, mereka dapat memperoleh bantuan medis," ujar Sheikh.
Somalia telah terpecah akibat perang saudara sejak 1991, tetapi selama dekade terakhir pasukan penjaga perdamaian yang didukung Uni Afrika telah merebut kembali kendali atas ibu kota dan sebagian besar negara itu dari al Shabaab.
Kebijakan ini dapat mengakibatkan pengurangan pasukan dalam jumlah besar di Afghanistan dan Irak. Pejabat AS mengungkapkan hal itu di tengah meningkatnya spekulasi bahwa perintah penarikan itu akan segera diumumkan.
Pentagon menolak mengomentari keputusan tentang penarikan pasukan. Reuters melaporkan pada Senin bahwa Trump diperkirakan menarik sebagian pasukan dari Afghanistan, meskipun dia berjanji menarik semua pasukan pada hari Natal.
“Trump juga diperkirakan memerintahkan penarikan kecil di Irak, dari 3.000 menjadi 2.500 tentara,” papar sumber pejabat AS, yang berbicara tanpa menyebut nama. (Baca Juga: Trump Diprediksi akan Kembali Nyapres pada 2024)
Amerika Serikat memiliki sekitar 700 tentara di Somalia yang difokuskan untuk membantu pasukan lokal mengalahkan pemberontakan al-Shabaab yang terkait al-Qaeda. Misi itu hanya mendapat sedikit perhatian di Amerika Serikat tetapi dianggap sebagai landasan upaya global Pentagon memerangi al-Qaeda. (Lihat Infografis: Aplikasi MuslimPro Jual Data Lokasi 100 Juta Muslim ke Militer AS)
Penjabat pelaksana Menteri Pertahanan yang baru dilantik, Christopher Miller, melihat Somalia dengan cermat dan dapat memilih mempertahankan kehadiran minimal di sana dan tidak mengandalkan pasukan besar untuk memerangi kelompok tersebut. (Lihat Video: Terkait Kerumunan FPI, Anies Diperiksa 9 Jam dan Dicecar 33 Pertanyaan)
Pengkritik mengatakan perubahan radikal seperti itu membawa risiko yang besar.
Kolonel Ahmed Abdullahi Sheikh, yang menjabat selama tiga tahun sebagai komandan pasukan khusus Danab hingga 2019, mengatakan keputusan penarikan pasukan itu tidak akan didasarkan pada ancaman kontra-terorisme di Somalia dan dapat merusak kepercayaan pada AS. “Ini ditentukan oleh politik,” ungkap dia.
AS sudah menarik diri dari Bossaso dan Galkayo sekitar tiga pekan lalu. “Mereka tetap berada di kota pelabuhan selatan Kismayo, pangkalan udara pasukan khusus di Baledogle dan di ibu kota Mogadishu, tetapi penarikan yang cepat berisiko menyerahkan wilayah pada al Shabaab,” papar Sheikh.
“Itu akan menciptakan ruang hampa. Pasukan keamanan Somalia memiliki moral yang baik karena pasukan AS, ada kemungkinan dukungan udara jika mereka diserang, mereka dapat memperoleh bantuan medis," ujar Sheikh.
Somalia telah terpecah akibat perang saudara sejak 1991, tetapi selama dekade terakhir pasukan penjaga perdamaian yang didukung Uni Afrika telah merebut kembali kendali atas ibu kota dan sebagian besar negara itu dari al Shabaab.
(sya)