Iran Balas Kecam Raja Saudi: Pembunuh Rakyat Yaman, Penyebar Wahhabisme
loading...
A
A
A
TEHERAN - Kementerian Luar Negeri Iran membalas kecaman Raja Arab Saudi; Salman bin Abdulaziz al-Saud , yang menyerukan tindakan global terhadap Teheran. Pemerintah negara para Mullah itu balik mengecam rezim Riyadh yang membunuh rakyat Yaman dan menyebarkan Wahhabisme dan kelompok takfiri di kawasan.
Teheran menyerukan Kerajaan Arab Saudi untuk menahan diri dari membuat tuduhan tidak berdasar dan penyebaran kebencian.
Reaksi itu muncul sehari setelah Raja Salman mendesak dunia internasional untuk mengambil sikap tegas guna mengatasi upaya Iran untuk mengembangkan program senjata nuklir dan rudal balistiknya. (Baca: Raja Salman Serukan Dunia Akui Iran sebagai Negara Sponsor Terorisme )
"Kerajaan ini menekankan bahaya proyek regional Iran, campur tangannya di negara lain, pengembangan terorisme, mengipasi api sektarianisme dan seruan untuk sikap tegas dari komunitas internasional terhadap Iran yang menjamin penanganan drastis dari upayanya untuk mendapatkan senjata pemusnah massal dan mengembangkan program rudal balistiknya," kata raja tersebut dalam pidato tahunannya di hadapan badan penasihat tertinggi pemerintah.
Dalam konferensi pers virtual di Teheran, juru bicara Kementerian Luar Negeri Saeed Khatibzadeh mengatakan pada hari Senin itu bukan "tidak wajar" bagi penguasa Arab Saudi untuk membuat pernyataan seperti itu.
“Tapi saya yakin pesan Iran sudah jelas....rezim Saudi harus tahu bahwa perdamaian tidak dapat dicapai dengan membunuh rakyat Yaman, kawasan itu tidak dapat diatur melalui penyebaran Wahhabisme dan kelompok takfiri, uang tidak dapat digunakan untuk melobi, dan sumber daya Dunia Muslim tidak bisa dihabiskan untuk mengkhianati Palestina," katanya, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (17/11/2020). (Baca juga: Raja Salman Suarakan Dukungan untuk Rakyat Yamann Melawan Houthi )
“Selama penguasa Saudi tidak berbalik dari jalan yang salah ini, tidak akan ada prospek untuk memperbaiki situasi Saudi yang terisolasi bahkan di kawasan Teluk Persia," ujarnya.
Penguasa Saudi berusia 84 tahun itu juga mengatakan kepada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan September bahwa dunia perlu memerangi "ekspansionisme" Iran.
Arab Saudi dan Iran telah terlibat dalam beberapa perang proksi di wilayah tersebut selama bertahun-tahun. Di Yaman, koalisi yang dipimpin Arab Saudi telah memerangi kelompok Houthi yang berpihak pada Teheran selama lebih dari lima tahun.
Khatibzadeh mengirimkan pesan persatuan kepada negara-negara Muslim di kawasan itu. Dia mengatakan "menyakitkan" bahwa wilayah itu berada dalam situasi di mana mereka yang seharusnya membantu dan memajukannya telah mengkhianatinya.
“Berdasarkan keyakinan kami, tangan persahabatan Republik Islam masih terbuka untuk semua negara Islam,” ujarnya.
“Kami semua akrab dengan rencana dan skema Saudi. Kami tidak memilih untuk menjadi tetangga, tetapi kami adalah tetangga. Mereka tidak punya pilihan, dan kita semua tidak punya pilihan, selain bersatu untuk memajukan wilayah ini."
Ketegangan di kawasan itu terus meningkat sejak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Mei 2018 menarik Amerika keluar dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 dan secara sepihak menjatuhkan sanksi terhadap Iran.
Arab Saudi dan sejumlah negara Arab lainnya sangat mendukung sanksi terhadap Iran.
Presiden terpilih AS Joe Biden telah berjanji untuk membawa AS kembali ke kesepakatan nuklir Iran, tetapi dia juga akan berusaha untuk menekan kegiatan regional Iran dan program rudal negara tersebut.
Teheran menyerukan Kerajaan Arab Saudi untuk menahan diri dari membuat tuduhan tidak berdasar dan penyebaran kebencian.
Reaksi itu muncul sehari setelah Raja Salman mendesak dunia internasional untuk mengambil sikap tegas guna mengatasi upaya Iran untuk mengembangkan program senjata nuklir dan rudal balistiknya. (Baca: Raja Salman Serukan Dunia Akui Iran sebagai Negara Sponsor Terorisme )
"Kerajaan ini menekankan bahaya proyek regional Iran, campur tangannya di negara lain, pengembangan terorisme, mengipasi api sektarianisme dan seruan untuk sikap tegas dari komunitas internasional terhadap Iran yang menjamin penanganan drastis dari upayanya untuk mendapatkan senjata pemusnah massal dan mengembangkan program rudal balistiknya," kata raja tersebut dalam pidato tahunannya di hadapan badan penasihat tertinggi pemerintah.
Dalam konferensi pers virtual di Teheran, juru bicara Kementerian Luar Negeri Saeed Khatibzadeh mengatakan pada hari Senin itu bukan "tidak wajar" bagi penguasa Arab Saudi untuk membuat pernyataan seperti itu.
“Tapi saya yakin pesan Iran sudah jelas....rezim Saudi harus tahu bahwa perdamaian tidak dapat dicapai dengan membunuh rakyat Yaman, kawasan itu tidak dapat diatur melalui penyebaran Wahhabisme dan kelompok takfiri, uang tidak dapat digunakan untuk melobi, dan sumber daya Dunia Muslim tidak bisa dihabiskan untuk mengkhianati Palestina," katanya, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (17/11/2020). (Baca juga: Raja Salman Suarakan Dukungan untuk Rakyat Yamann Melawan Houthi )
“Selama penguasa Saudi tidak berbalik dari jalan yang salah ini, tidak akan ada prospek untuk memperbaiki situasi Saudi yang terisolasi bahkan di kawasan Teluk Persia," ujarnya.
Penguasa Saudi berusia 84 tahun itu juga mengatakan kepada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan September bahwa dunia perlu memerangi "ekspansionisme" Iran.
Arab Saudi dan Iran telah terlibat dalam beberapa perang proksi di wilayah tersebut selama bertahun-tahun. Di Yaman, koalisi yang dipimpin Arab Saudi telah memerangi kelompok Houthi yang berpihak pada Teheran selama lebih dari lima tahun.
Khatibzadeh mengirimkan pesan persatuan kepada negara-negara Muslim di kawasan itu. Dia mengatakan "menyakitkan" bahwa wilayah itu berada dalam situasi di mana mereka yang seharusnya membantu dan memajukannya telah mengkhianatinya.
“Berdasarkan keyakinan kami, tangan persahabatan Republik Islam masih terbuka untuk semua negara Islam,” ujarnya.
“Kami semua akrab dengan rencana dan skema Saudi. Kami tidak memilih untuk menjadi tetangga, tetapi kami adalah tetangga. Mereka tidak punya pilihan, dan kita semua tidak punya pilihan, selain bersatu untuk memajukan wilayah ini."
Ketegangan di kawasan itu terus meningkat sejak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Mei 2018 menarik Amerika keluar dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 dan secara sepihak menjatuhkan sanksi terhadap Iran.
Arab Saudi dan sejumlah negara Arab lainnya sangat mendukung sanksi terhadap Iran.
Presiden terpilih AS Joe Biden telah berjanji untuk membawa AS kembali ke kesepakatan nuklir Iran, tetapi dia juga akan berusaha untuk menekan kegiatan regional Iran dan program rudal negara tersebut.
(min)