Ribuan Pesepeda Protes Pembatasan Virus Corona oleh Pemerintah Slovenia
loading...
A
A
A
LJUBLJANA - Ribuan pesepeda turun ke jalanan di pusat ibu kota Slovenia, Ljubljana, pada Jumat (9/5) sore untuk menolak pemerintahan Perdana Menteri (PM) Janez Jansa.
Mereka juga menolak pembatasan untuk mencegah penyebaran virus corona. Peserta protes membunyikan bel dan klakson sambil meneriakkan “pencuri, pencuri”.
Pengunjuk rasa menuduh pemerintah korupsi dalam pembelian masker wajbah dan ventilator, seperti dilaporkan TV Slovenia bulan lalu.
Pemerintah menyangkal tuduhan itu. Pemerintahan sayap kanan-tengah kini berkuasa setelah pemerintahan kiri-tengah mengundurkan diri karena kurang dukungan di parlemen.
Unjuk rasa yang digelar sejumlah kelompok civil society itu merupakan yang terbesar dalam beberapa pekan terakhir. Pesepeda juga menggelar unjuk rasa lebih kecil di Maribor, kota terbesar kedua di Slovenia.
Para pesepeda membawa bendera Slovenia dan spanduk bertuliskan “Naikkan gaji pekerja”, “Hati-hati, pemerintah jatuh”, dan “Lebih kuat bersama”.
Sebagian besar demonstran memakai masker wajah. “Saya ingin pemerintah pergi. Mereka mengambil masa depan kami,” ungkap seorang demonstran.
Polisi memblokir gedung parlemen dan satu helikopter polisi terbang di atas para peserta unjuk rasa.
“Kami meminta orang-orang menghormati perintah yang bertujuan melindungi kesehatan publik,” papar pernyataan kepolisian.
Kepolisian tidak memberikan perkiraan jumlah pengunjuk rasa tapi menyatakan aksi berjalan damai.
Slovenia menerapkan lockdown pada pertengahan Maret. Sejauh ini ada 1.450 kasus virus corona dan 100 orang meninggal akibat wabah itu.
Pemerintah mulai mencabut pembatasan pada 20 April saat pusat service mobil dan beberapa toko dibuka lagi. Bar dan restoran diizinkan menyajikan makanan di luar ruangan sejak awal pekan ini.
Pekan depan, transportasi publik akan kembali beroperasi secara bertahap dan beberapa murid akan kembali ke sekolah pada 18 Mei.
Warga masih memakai masker di tempat publik dalam ruangan dan berdiri dengan jarak 1,5 meter di tempat publik manapun. (Baca Juga: HRW: Otoritas Arab Saudi Menahan Pangeran Faisal bin Abdullah)
Mereka juga menolak pembatasan untuk mencegah penyebaran virus corona. Peserta protes membunyikan bel dan klakson sambil meneriakkan “pencuri, pencuri”.
Pengunjuk rasa menuduh pemerintah korupsi dalam pembelian masker wajbah dan ventilator, seperti dilaporkan TV Slovenia bulan lalu.
Pemerintah menyangkal tuduhan itu. Pemerintahan sayap kanan-tengah kini berkuasa setelah pemerintahan kiri-tengah mengundurkan diri karena kurang dukungan di parlemen.
Unjuk rasa yang digelar sejumlah kelompok civil society itu merupakan yang terbesar dalam beberapa pekan terakhir. Pesepeda juga menggelar unjuk rasa lebih kecil di Maribor, kota terbesar kedua di Slovenia.
Para pesepeda membawa bendera Slovenia dan spanduk bertuliskan “Naikkan gaji pekerja”, “Hati-hati, pemerintah jatuh”, dan “Lebih kuat bersama”.
Sebagian besar demonstran memakai masker wajah. “Saya ingin pemerintah pergi. Mereka mengambil masa depan kami,” ungkap seorang demonstran.
Polisi memblokir gedung parlemen dan satu helikopter polisi terbang di atas para peserta unjuk rasa.
“Kami meminta orang-orang menghormati perintah yang bertujuan melindungi kesehatan publik,” papar pernyataan kepolisian.
Kepolisian tidak memberikan perkiraan jumlah pengunjuk rasa tapi menyatakan aksi berjalan damai.
Slovenia menerapkan lockdown pada pertengahan Maret. Sejauh ini ada 1.450 kasus virus corona dan 100 orang meninggal akibat wabah itu.
Pemerintah mulai mencabut pembatasan pada 20 April saat pusat service mobil dan beberapa toko dibuka lagi. Bar dan restoran diizinkan menyajikan makanan di luar ruangan sejak awal pekan ini.
Pekan depan, transportasi publik akan kembali beroperasi secara bertahap dan beberapa murid akan kembali ke sekolah pada 18 Mei.
Warga masih memakai masker di tempat publik dalam ruangan dan berdiri dengan jarak 1,5 meter di tempat publik manapun. (Baca Juga: HRW: Otoritas Arab Saudi Menahan Pangeran Faisal bin Abdullah)
(sya)