Ulama Turki Fethullah Gulen Kecam Aksi Kekerasan di Prancis
loading...
A
A
A
ISTANBUL - Ulama ternama asal Turki, Fethullah Gulen , mengecam pembunuhan guru di pinggiran Paris dan penikaman yang menewaskan tiga orang di sebuah gereja di Nice, Prancis . Gulen menyayangkan para pelaku yang menggunakan simbol-simbol agama karena justru tindakan mereka jelas-jelas jauh dari tuntunan Nabi Muhammad yang damai dan penuh kasih sayang.
“Saya mendengar bahwa telah terjadi sebuah pembunuhan atas Samuel Paty secara sangat sadis di sebuah daerah di (pinggiran) Paris baru-baru ini dan kabar ini amat mengguncang kedalaman hati saya," ujarnya mengacu pada sosok guru sejarah yang dipenggal pengungsi Chechnya, seperti dilansir dari tr724.com, Selasa (3/11/2020). (Baca: Putra Mahkota Abu Dhabi Telepon Macron: Kekerasan Tak Wakili Ajaran Nabi Muhammad )
Paty dibunuh secara brutal saat perjalanan pulang dari sekolah tempatnya mengajar pada 16 Oktober. Dia dibunuh setelah mempertontonkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam diskusi kebebasan berekspresi dan berbicara di kelas.
Gulen juga terkejut dan mengaku sedih dengan peristiwa penikaman secara keji di sebuah lokasi ibadah di Nice. Penyerangan dengan pisau itu menewaskan tiga orang, dua di antaranya meninggal di dalam gereja.
"Betapa pedihnya bahwa saya merasa sangat terperangah saat mendengar bahwa di sebuah kota lain di Prancis, di sebuah tempat ibadah, pada saat ibadah dilakukan, juga terjadi penyerangan dengan pisau yang berakhir dengan pembunuhan bengis," katanya. (Baca juga: Giliran Serangan Teror Guncang Wina, Macron Shock dan Ancam Musuh )
"Saya ingin mengungkapkan secara terbuka, bahwa kenyataan ketika para pelaku pelanggaran pada dua peristiwa ini menggunakan argumen-argumen Islami sebagai slogan-slogan agama, lebih membuat kesedihan saya semakin dalam," ujarnya lagi.
Menurutnya, dapat dipahami bahwa kaum muslimin yang meyakini dan menghormati semua nabi dan rasul yang datang dan pergi sejak zaman Nabi Adam. Umat Muslim mengharapkan adanya sikap penghormatan dari lawan bicaranya terhadap Nabi Muhammad SAW.
Sebuah hal khusus yang dapat dipahami jika ada rasa terganggu saat mendapati ungkapan dan tindakan tak pantas terhadap Nabi Muhammad dan tentu saja selalu ada cara-cara positif untuk mengungkapkan perasaan terganggu ini pada dasar, diplomasi dan aturan-aturan hukum kemanusiaan.
"Dalam hal ini, sampai kapan pun terlibat dalam kekerasan sama sekali tak bisa disetujui," katanya. Gulen saat ini masih tinggal di pengasingan di Amerika Serikat (AS). Dia dimusuhi rezim Erdogan dengan dituduh sebagai salah satu dalang kudeta yang gagal beberapa tahun lalu. Gulen telah berkali-kali membantah tuduhan itu.
Apapun keyakinannya, manusia adalah seorang makhluk yang terhormat; dan kehidupan manusia adalah sesuatu yang mulia. "Meremehkan kemuliaan kehidupan manusia ini, sama sekali tak bisa dipantaskan untuk dikaitkan baik pada Islam maupun pada kemanusiaan," katanya.
Ditegaskannya, kekasaran dan kebrutalan bukanlah jalan nabi. Terutama apapun sebabnya, kekasaran dan kebrutalan bukanlah jalan para nabi dan sekalipun terkelabui di balik kiswah agama sekalipun hal itu tak mungkin dipandang sebagai sebuah aktivitas yang akan dikabulkan oleh Islam.
"Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu bersikap penuh cinta kasih dan toleransi pada mereka yang menghina serta melecehkan dirinya, dan beliau pernah menghadapi segala macam bentuk musuh," katanya.
Ketika keadaan seperti itu, lanjut dia, menunjukkan kekejaman atas nama Rasulullah, adalah ungkapan paling jelas atas ketidakmampuan untuk mengambil manfaat dari pesan-pesan Nabi Muhammad yang mencakup seluruh kemanusiaan, dan pada saat yang sama adalah sebuah penghinaan besar di hadapan warisan Nabi Agung.
"Dengan perantaraan kejadian ini, sekali lagi saya melaknat segala bentuk teror, pada siapa pun yang melakukan dan dengan maksud apapun," tegasnya.
Gulen menyampaikan belasungkawa pada kerabat dari mereka yang kehilangan nyawa. "Saya ingin berbagi kesedihan terutama bagi rakyat Prancis serta dengan semua yang memandang dirinya sebagai individu dari keluarga kemanusiaan,” tuturnya.
“Saya mendengar bahwa telah terjadi sebuah pembunuhan atas Samuel Paty secara sangat sadis di sebuah daerah di (pinggiran) Paris baru-baru ini dan kabar ini amat mengguncang kedalaman hati saya," ujarnya mengacu pada sosok guru sejarah yang dipenggal pengungsi Chechnya, seperti dilansir dari tr724.com, Selasa (3/11/2020). (Baca: Putra Mahkota Abu Dhabi Telepon Macron: Kekerasan Tak Wakili Ajaran Nabi Muhammad )
Paty dibunuh secara brutal saat perjalanan pulang dari sekolah tempatnya mengajar pada 16 Oktober. Dia dibunuh setelah mempertontonkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam diskusi kebebasan berekspresi dan berbicara di kelas.
Gulen juga terkejut dan mengaku sedih dengan peristiwa penikaman secara keji di sebuah lokasi ibadah di Nice. Penyerangan dengan pisau itu menewaskan tiga orang, dua di antaranya meninggal di dalam gereja.
"Betapa pedihnya bahwa saya merasa sangat terperangah saat mendengar bahwa di sebuah kota lain di Prancis, di sebuah tempat ibadah, pada saat ibadah dilakukan, juga terjadi penyerangan dengan pisau yang berakhir dengan pembunuhan bengis," katanya. (Baca juga: Giliran Serangan Teror Guncang Wina, Macron Shock dan Ancam Musuh )
"Saya ingin mengungkapkan secara terbuka, bahwa kenyataan ketika para pelaku pelanggaran pada dua peristiwa ini menggunakan argumen-argumen Islami sebagai slogan-slogan agama, lebih membuat kesedihan saya semakin dalam," ujarnya lagi.
Menurutnya, dapat dipahami bahwa kaum muslimin yang meyakini dan menghormati semua nabi dan rasul yang datang dan pergi sejak zaman Nabi Adam. Umat Muslim mengharapkan adanya sikap penghormatan dari lawan bicaranya terhadap Nabi Muhammad SAW.
Sebuah hal khusus yang dapat dipahami jika ada rasa terganggu saat mendapati ungkapan dan tindakan tak pantas terhadap Nabi Muhammad dan tentu saja selalu ada cara-cara positif untuk mengungkapkan perasaan terganggu ini pada dasar, diplomasi dan aturan-aturan hukum kemanusiaan.
"Dalam hal ini, sampai kapan pun terlibat dalam kekerasan sama sekali tak bisa disetujui," katanya. Gulen saat ini masih tinggal di pengasingan di Amerika Serikat (AS). Dia dimusuhi rezim Erdogan dengan dituduh sebagai salah satu dalang kudeta yang gagal beberapa tahun lalu. Gulen telah berkali-kali membantah tuduhan itu.
Apapun keyakinannya, manusia adalah seorang makhluk yang terhormat; dan kehidupan manusia adalah sesuatu yang mulia. "Meremehkan kemuliaan kehidupan manusia ini, sama sekali tak bisa dipantaskan untuk dikaitkan baik pada Islam maupun pada kemanusiaan," katanya.
Ditegaskannya, kekasaran dan kebrutalan bukanlah jalan nabi. Terutama apapun sebabnya, kekasaran dan kebrutalan bukanlah jalan para nabi dan sekalipun terkelabui di balik kiswah agama sekalipun hal itu tak mungkin dipandang sebagai sebuah aktivitas yang akan dikabulkan oleh Islam.
"Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu bersikap penuh cinta kasih dan toleransi pada mereka yang menghina serta melecehkan dirinya, dan beliau pernah menghadapi segala macam bentuk musuh," katanya.
Ketika keadaan seperti itu, lanjut dia, menunjukkan kekejaman atas nama Rasulullah, adalah ungkapan paling jelas atas ketidakmampuan untuk mengambil manfaat dari pesan-pesan Nabi Muhammad yang mencakup seluruh kemanusiaan, dan pada saat yang sama adalah sebuah penghinaan besar di hadapan warisan Nabi Agung.
"Dengan perantaraan kejadian ini, sekali lagi saya melaknat segala bentuk teror, pada siapa pun yang melakukan dan dengan maksud apapun," tegasnya.
Gulen menyampaikan belasungkawa pada kerabat dari mereka yang kehilangan nyawa. "Saya ingin berbagi kesedihan terutama bagi rakyat Prancis serta dengan semua yang memandang dirinya sebagai individu dari keluarga kemanusiaan,” tuturnya.
(min)