Desain Baru Uang Arab Saudi Buat Marah India dan Pakistan
loading...
A
A
A
NEW DELHI - Arab Saudi telah memicu kemarahan India dan Pakistan setelah tidak memasukkan Kashmir pada peta kedua negara dalam uang kertas barunya. Ini membuat kedua negara bingung dan marah pada langkah yang memberikan kemerdekaan simbolis wilayah yang disengketakan tersebut.
Arab Saudi merilis uang kertas baru pecahan 20 Riyal yang memuat gambar peta dunia untuk memperingati kepresiden Arab Saudi pada KTT G20 tahun ini. Pada desain uang itu, Kashmir yang menjadi wilayah yang disengketakan India dan Pakistan tampak menjadi wilayah merdeka dan bukan milik dua negara Asia Selatan yang saling bersaing itu.
Kemarahan meletus di New Delhi karena desain uang baru itu. (Baca juga: Partai-partai Besar di Kashmir Bersatu Perjuangkan Otonomi )
"India telah menyampaikan keprihatinan seriusnya kepada Arab Saudi, baik melalui duta besar mereka di New Delhi maupun di Riyadh, atas kesalahan yang besar tentang batas-batas teritorial eksternal India pada uang kertas resmi dan sah Arab Saudi serta meminta pihak Saudi untuk mengambil langkah korektif yang mendesak dalam hal ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India Anurag Srivastava seperti dikutip dari Middle East Monitor, Sabtu (31/10/2020).
Uang kertas Saudi juga memindahkan wilayah Gilgit-Baltistan dan Azad Kashmir dari wilayah Pakistan, meninggalkannya kehilangan klaim kedaulatannya atas wilayah tersebut.
Langkah kontroversial Riyadh datang pada saat hubungannya dengan dua sekutunya telah bergeser secara mencolok baru-baru ini. Arab Saudi telah membangun hubungan yang lebih dekat dengan pemerintah India di bawah Perdana Menteri Narendra Modi sambil bersikap dingin terhadap Pakistan.
Riyadh dan Islamabad selama beberapa dekade memiliki kerja sama yang kuat dan hubungan bilateral di bidang keuangan, perdagangan, dan militer, tetapi sebagian besar telah rusak selama setahun terakhir. Arab Saudi, misalnya, menolak permintaan Pakistan untuk mengadakan pertemuan khusus Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengenai pendudukan India di sebagian besar Kashmir.
Menteri Luar Negeri Shah Mahmood Qureshi mengatakan pada bulan Agustus bahwa jika tetap menolak untuk mengadakan pertemuan tersebut, maka Pakistan akan mengambil tindakan sendiri.
"Jika Anda (Arab Saudi) tidak dapat mengadakannya, maka saya akan dipaksa untuk meminta Perdana Menteri Imran Khan untuk mengadakan pertemuan negara-negara Islam yang siap untuk berdiri bersama kami tentang masalah Kashmir dan mendukung orang-orang Kashmir yang tertindas," ujarnya.
Arab Saudi menanggapinya dengan mengakhiri pinjaman besar dan kesepakatan minyak dengan Pakistan, serta mengabaikan upayanya untuk memperbaiki hubungan ketika Putra Mahkota Mohammed bin Salman menolak untuk bertemu Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan ketika dia mengunjungi Arab Saudi.(Baca juga: Arab Saudi Beri Rp1,9 M untuk Keluarga Petugas Medis yang Meninggal karena Covid-19 )
Ini bukan pertama kalinya ketegangan seperti itu memengaruhi hubungan antara dua sekutu lama itu. Pakistan ditekan oleh Arab Saudi untuk tidak menghadiri KTT besar di ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur pada Desember tahun lalu karena partisipasi rival regional Arab Saudi yaitu Iran dan Turki.
Arab Saudi merilis uang kertas baru pecahan 20 Riyal yang memuat gambar peta dunia untuk memperingati kepresiden Arab Saudi pada KTT G20 tahun ini. Pada desain uang itu, Kashmir yang menjadi wilayah yang disengketakan India dan Pakistan tampak menjadi wilayah merdeka dan bukan milik dua negara Asia Selatan yang saling bersaing itu.
Kemarahan meletus di New Delhi karena desain uang baru itu. (Baca juga: Partai-partai Besar di Kashmir Bersatu Perjuangkan Otonomi )
"India telah menyampaikan keprihatinan seriusnya kepada Arab Saudi, baik melalui duta besar mereka di New Delhi maupun di Riyadh, atas kesalahan yang besar tentang batas-batas teritorial eksternal India pada uang kertas resmi dan sah Arab Saudi serta meminta pihak Saudi untuk mengambil langkah korektif yang mendesak dalam hal ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India Anurag Srivastava seperti dikutip dari Middle East Monitor, Sabtu (31/10/2020).
Uang kertas Saudi juga memindahkan wilayah Gilgit-Baltistan dan Azad Kashmir dari wilayah Pakistan, meninggalkannya kehilangan klaim kedaulatannya atas wilayah tersebut.
Langkah kontroversial Riyadh datang pada saat hubungannya dengan dua sekutunya telah bergeser secara mencolok baru-baru ini. Arab Saudi telah membangun hubungan yang lebih dekat dengan pemerintah India di bawah Perdana Menteri Narendra Modi sambil bersikap dingin terhadap Pakistan.
Riyadh dan Islamabad selama beberapa dekade memiliki kerja sama yang kuat dan hubungan bilateral di bidang keuangan, perdagangan, dan militer, tetapi sebagian besar telah rusak selama setahun terakhir. Arab Saudi, misalnya, menolak permintaan Pakistan untuk mengadakan pertemuan khusus Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengenai pendudukan India di sebagian besar Kashmir.
Menteri Luar Negeri Shah Mahmood Qureshi mengatakan pada bulan Agustus bahwa jika tetap menolak untuk mengadakan pertemuan tersebut, maka Pakistan akan mengambil tindakan sendiri.
"Jika Anda (Arab Saudi) tidak dapat mengadakannya, maka saya akan dipaksa untuk meminta Perdana Menteri Imran Khan untuk mengadakan pertemuan negara-negara Islam yang siap untuk berdiri bersama kami tentang masalah Kashmir dan mendukung orang-orang Kashmir yang tertindas," ujarnya.
Arab Saudi menanggapinya dengan mengakhiri pinjaman besar dan kesepakatan minyak dengan Pakistan, serta mengabaikan upayanya untuk memperbaiki hubungan ketika Putra Mahkota Mohammed bin Salman menolak untuk bertemu Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan ketika dia mengunjungi Arab Saudi.(Baca juga: Arab Saudi Beri Rp1,9 M untuk Keluarga Petugas Medis yang Meninggal karena Covid-19 )
Ini bukan pertama kalinya ketegangan seperti itu memengaruhi hubungan antara dua sekutu lama itu. Pakistan ditekan oleh Arab Saudi untuk tidak menghadiri KTT besar di ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur pada Desember tahun lalu karena partisipasi rival regional Arab Saudi yaitu Iran dan Turki.
(ber)