Rusia Kerap Peringatkan Prancis Bahaya Teroris Kaukasus Utara, tapi Diabaikan
loading...
A
A
A
MOSKOW - Moskow telah berulang kali memperingatkan Paris tentang ancaman bahaya yang datang dari teroris asal Kaukasus Utara, tetapi Prancis terus menerima mereka sebagai "pejuang kebebasan" dan bahkan memberikan kewarganegaraan kepada beberapa dari mereka.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Oleg Syromolotov mengatakan hal itu dalam sebuah wawancara dengan Sputniknews, Jumat (30/10/2020), sehubungan dengan serangan teror baru-baru ini di Prancis. (Baca: Tiga Tewas dalam Serangan di Gereja Prancis, Satu Korban Dipenggal )
"Kembali ke topik radikalisasi, saya dapat memberi tahu Anda bahwa kami telah berulang kali memperingatkan mitra Prancis kami tentang bahaya yang ditimbulkan oleh teroris asal Kaukasus Utara, sementara mereka menerimanya sebagai 'pejuang kebebasan',” kata Syromolotov.
"Banyak dari pejuang palsu untuk kebebasan ini telah menemukan perlindungan di Prancis, dan beberapa dari mereka bahkan menjadi warga negara tersebut," ujarnya.
Diplomat Rusia itu menunjuk pada peran penting kerja sama anti-terorisme dalam hubungan antara Moskow dan Paris. (Baca: Begini Kronologi Serangan Teror di Gereja Prancis yang Tewaskan 3 Orang )
Syromolotov juga memuji upaya kelompok kerja Rusia-Prancis untuk memerangi tantangan dan ancaman baru yang ia pimpin bersama dan yang baru-baru ini melanjutkan aktivitasnya.
"Kami telah berhasil mengidentifikasi sejumlah area spesifik untuk memperkuat kerja sama bilateral dalam melawan terorisme, radikalisasi, kejahatan terorganisir, dan perdagangan narkoba; kami juga telah menguraikan langkah-langkah lebih lanjut untuk memastikan keamanan transportasi dan selama acara olahraga besar," kata Syromolotov.
Pada Kamis pagi, Nice dilanda serangan pisau yang menewaskan sedikitnya tiga orang. Salah satu korbannya bahkan dipenggal. (Baca juga: Inilah Reaksi Dunia atas Serangan Teroris di Gereja Nice, Prancis )
Serangan itu terjadi kurang dari dua minggu setelah guru sejarah bernama Samuel Paty dipenggal di pinggiran kota Paris setelah menunjukkan kepada murid-muridnya kartun Nabi Muhammad yang muncul di majalah satire Charlie Hebdo pada tahun 2015 saat diskusi tentang kebebasan berbicara dan berekspresi di kelas.
Penggambaran kartun Nabi Muhammad sering dianggap penistaan oleh umat Islam. Publikasi kartun tersebut pernah memicu pembantaian di kantor redaksi majalah Charlie Hebdo pada tahun 2015, dengan korban tewas 12 orang dan 11 lainnya terluka.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Oleg Syromolotov mengatakan hal itu dalam sebuah wawancara dengan Sputniknews, Jumat (30/10/2020), sehubungan dengan serangan teror baru-baru ini di Prancis. (Baca: Tiga Tewas dalam Serangan di Gereja Prancis, Satu Korban Dipenggal )
"Kembali ke topik radikalisasi, saya dapat memberi tahu Anda bahwa kami telah berulang kali memperingatkan mitra Prancis kami tentang bahaya yang ditimbulkan oleh teroris asal Kaukasus Utara, sementara mereka menerimanya sebagai 'pejuang kebebasan',” kata Syromolotov.
"Banyak dari pejuang palsu untuk kebebasan ini telah menemukan perlindungan di Prancis, dan beberapa dari mereka bahkan menjadi warga negara tersebut," ujarnya.
Diplomat Rusia itu menunjuk pada peran penting kerja sama anti-terorisme dalam hubungan antara Moskow dan Paris. (Baca: Begini Kronologi Serangan Teror di Gereja Prancis yang Tewaskan 3 Orang )
Syromolotov juga memuji upaya kelompok kerja Rusia-Prancis untuk memerangi tantangan dan ancaman baru yang ia pimpin bersama dan yang baru-baru ini melanjutkan aktivitasnya.
"Kami telah berhasil mengidentifikasi sejumlah area spesifik untuk memperkuat kerja sama bilateral dalam melawan terorisme, radikalisasi, kejahatan terorganisir, dan perdagangan narkoba; kami juga telah menguraikan langkah-langkah lebih lanjut untuk memastikan keamanan transportasi dan selama acara olahraga besar," kata Syromolotov.
Pada Kamis pagi, Nice dilanda serangan pisau yang menewaskan sedikitnya tiga orang. Salah satu korbannya bahkan dipenggal. (Baca juga: Inilah Reaksi Dunia atas Serangan Teroris di Gereja Nice, Prancis )
Serangan itu terjadi kurang dari dua minggu setelah guru sejarah bernama Samuel Paty dipenggal di pinggiran kota Paris setelah menunjukkan kepada murid-muridnya kartun Nabi Muhammad yang muncul di majalah satire Charlie Hebdo pada tahun 2015 saat diskusi tentang kebebasan berbicara dan berekspresi di kelas.
Penggambaran kartun Nabi Muhammad sering dianggap penistaan oleh umat Islam. Publikasi kartun tersebut pernah memicu pembantaian di kantor redaksi majalah Charlie Hebdo pada tahun 2015, dengan korban tewas 12 orang dan 11 lainnya terluka.
(min)