Studi WHO: Remdesivir Tidak Mempan Obati Covid-19
loading...
A
A
A
“Ini hanya studi dengan kekuatan yang jauh lebih tinggi,” ujarnya.
“Jumlah orang di semua penelitian empat kali lipat lebih banyak,” ungkapnya.
Namun, Dr. Andre Kalil, spesialis penyakit menular dari Universitas Nebraska yang membantu memimpin penelitian Remdesivir di AS, mengatakan penelitian WHO dirancang dengan buruk, yang membuat kesimpulannya kurang dapat diandalkan.
Ia mengatakan pasien dan dokter tahu pengobatan apa yang mereka gunakan, tidak ada infus plasebo untuk membantu menghindari pelaporan risiko atau manfaat yang bias, hanya ada sedikit informasi tentang keparahan gejala pasien saat pengobatan dimulai dan banyak data yang hilang.(Baca juga: Eropa dan Korsel Bersaing Dapatkan Remdesivir )
"Desain studi yang berkualitas buruk tidak dapat diperbaiki dengan ukuran sampel yang besar, tidak peduli seberapa besar," tulis Kalil dalam email.
Lebih lanjut, penelitian WHO menguji remdesivir 10 hari, sehingga beberapa pasien mungkin dirawat di rumah sakit lebih lama dari yang mereka butuhkan hanya untuk menyelesaikan pengobatan, membuat lama rawat mereka terlihat buruk dibandingkan dengan pasien lain yang mendapatkan perawatan biasa.
Pembuat Remdesivir, Gilead Sciences, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa hasilnya tidak konsisten dengan penelitian yang lebih ketat dan belum sepenuhnya ditinjau atau dipublikasikan.(Lihat video: Kabupaten Sitaro Raih Penghargaan Wilayah Zero Covid-19 dari BNPB )
“Jumlah orang di semua penelitian empat kali lipat lebih banyak,” ungkapnya.
Namun, Dr. Andre Kalil, spesialis penyakit menular dari Universitas Nebraska yang membantu memimpin penelitian Remdesivir di AS, mengatakan penelitian WHO dirancang dengan buruk, yang membuat kesimpulannya kurang dapat diandalkan.
Ia mengatakan pasien dan dokter tahu pengobatan apa yang mereka gunakan, tidak ada infus plasebo untuk membantu menghindari pelaporan risiko atau manfaat yang bias, hanya ada sedikit informasi tentang keparahan gejala pasien saat pengobatan dimulai dan banyak data yang hilang.(Baca juga: Eropa dan Korsel Bersaing Dapatkan Remdesivir )
"Desain studi yang berkualitas buruk tidak dapat diperbaiki dengan ukuran sampel yang besar, tidak peduli seberapa besar," tulis Kalil dalam email.
Lebih lanjut, penelitian WHO menguji remdesivir 10 hari, sehingga beberapa pasien mungkin dirawat di rumah sakit lebih lama dari yang mereka butuhkan hanya untuk menyelesaikan pengobatan, membuat lama rawat mereka terlihat buruk dibandingkan dengan pasien lain yang mendapatkan perawatan biasa.
Pembuat Remdesivir, Gilead Sciences, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa hasilnya tidak konsisten dengan penelitian yang lebih ketat dan belum sepenuhnya ditinjau atau dipublikasikan.(Lihat video: Kabupaten Sitaro Raih Penghargaan Wilayah Zero Covid-19 dari BNPB )
(ber)