WHO Kembali Tolak Mentah-mentah Gagasan Herd Immunity
loading...
A
A
A
JENEWA - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) , Tedros Adhanom Ghebreyesus, menepis gagasan upaya memerangi virus Corona dengan "kekebalan kelompok" atau Herd Immunity yang dicapai dengan membiarkan Covid-19 menyebar. Ia mengatakan metode ini hanya akan menyebabkan penderitaan dan kematian.
"Tidak pernah dalam sejarah kesehatan masyarakat, kekebalan kawanan telah digunakan sebagai strategi untuk merespon wabah, apalagi pandemi. Ini bermasalah secara ilmiah dan etis," tegas Tedros dalam sambutan pembukaannya di sebuah pengarahan media WHO terkait Covid-19.
Menurut Mayo Clinic, kekebalan kelompok dicapai ketika sebagian besar komunitas menjadi kebal terhadap virus dan dapat melindungi mereka yang rentan terhadap infeksi.
Terkait hal tersebut Tedros menjelaskan istilah itu menyangkut kekebalan yang dicapai melalui vaksinasi dan bukan dari infeksi yang tidak dapat dikurangi.(Baca juga: WHO: Hentikan Lockdown, Itu Tidak Bantu Perang Lawan Covid-19 )
"Kekebalan kawanan dicapai dengan melindungi orang dari virus, bukan dengan membuat mereka terpapar virus," jelasnya.
Tedros mengatakan masih banyak yang belum diketahui tentang Covid-19 dan sementara banyak yang telah terinfeksi menunjukkan kekebalan, tidak jelas apakah kekebalan itu akan bertahan lama. Ia menambahkan bahwa ada laporan orang jatuh sakit untuk kedua kalinya dan ada kekurangan data mengenai efek jangka panjang dari infeksi.
"Membiarkan virus bersirkulasi tanpa terkendali, oleh karena itu, berarti membiarkan infeksi, penderitaan, dan kematian yang tidak perlu," ujarnya.
"Membiarkan virus berbahaya yang tidak sepenuhnya kami pahami untuk bebas adalah tidak etis. Itu bukan pilihan," imbuhnya.
Tedros mengeluarkan pernyataan ini karena kasus Covid-19 terus meroket di Eropa dan Amerika, dengan masing-masing wilayah mencatat rekor tertinggi harian dunia dalam empat hari terakhir.
Namun, pandemi tidak merata, katanya, menjelaskan bahwa hampir 70% kasus yang dilaporkan dalam seminggu terakhir berasal dari 10 negara dengan hampir setengahnya berasal dari tiga negara.
"Tidak pernah dalam sejarah kesehatan masyarakat, kekebalan kawanan telah digunakan sebagai strategi untuk merespon wabah, apalagi pandemi. Ini bermasalah secara ilmiah dan etis," tegas Tedros dalam sambutan pembukaannya di sebuah pengarahan media WHO terkait Covid-19.
Menurut Mayo Clinic, kekebalan kelompok dicapai ketika sebagian besar komunitas menjadi kebal terhadap virus dan dapat melindungi mereka yang rentan terhadap infeksi.
Terkait hal tersebut Tedros menjelaskan istilah itu menyangkut kekebalan yang dicapai melalui vaksinasi dan bukan dari infeksi yang tidak dapat dikurangi.(Baca juga: WHO: Hentikan Lockdown, Itu Tidak Bantu Perang Lawan Covid-19 )
"Kekebalan kawanan dicapai dengan melindungi orang dari virus, bukan dengan membuat mereka terpapar virus," jelasnya.
Tedros mengatakan masih banyak yang belum diketahui tentang Covid-19 dan sementara banyak yang telah terinfeksi menunjukkan kekebalan, tidak jelas apakah kekebalan itu akan bertahan lama. Ia menambahkan bahwa ada laporan orang jatuh sakit untuk kedua kalinya dan ada kekurangan data mengenai efek jangka panjang dari infeksi.
"Membiarkan virus bersirkulasi tanpa terkendali, oleh karena itu, berarti membiarkan infeksi, penderitaan, dan kematian yang tidak perlu," ujarnya.
"Membiarkan virus berbahaya yang tidak sepenuhnya kami pahami untuk bebas adalah tidak etis. Itu bukan pilihan," imbuhnya.
Tedros mengeluarkan pernyataan ini karena kasus Covid-19 terus meroket di Eropa dan Amerika, dengan masing-masing wilayah mencatat rekor tertinggi harian dunia dalam empat hari terakhir.
Namun, pandemi tidak merata, katanya, menjelaskan bahwa hampir 70% kasus yang dilaporkan dalam seminggu terakhir berasal dari 10 negara dengan hampir setengahnya berasal dari tiga negara.