Sukses Tangani Pandemi Corona, Pariwisata China Mulai Bangkit
loading...
A
A
A
BEIJING - China mulai bangkit. Awal Oktober ini, ratusan juta orang China diperkirakan akan memenuhi jalan tol, kereta dan pesawat untuk libur hari nasional. Itu menjadi momen kebangkitan pariwisata di negara terpadat di dunia.
Libur selama delapan hari menjadi hari libur pertama sejak China dinyatakan sukses menangani pandemi corona. Kehidupan yang telah berlangsung normal dalam beberapa bulan terakhir menjadi alasan musim libur akan dipadati banyak warga. (Baca: Berikut Bebetapa Doa Memohon Diberi Kelancaran Rezeki)
“Liburan Emas” tersebut akan menjadi ujian bagi China apakah sukses menangani pandemi secara totalitas dan menuju kebangkitan untuk pemulihan ekonomi.
Tahun lalu, 782 wisatawan domestik berlibur selama musim liburan. Itu mampu menghasilkan 650 miliar yuan. Kementerian Pariwisata dan Budaya China tahun ini memprediksi 550 juta wisatawan domestik akan berlibur tahun ini. Namun, Ctrip, biro wisata online terbesar di China, memperkriakan 600 juta orang akan berlibur.
Skala liburan massal dalam jangka waktu yang pendek tentunya tidak terpikirkan dan tidak mungkin dilaksanakan di berbagai negara di belahan lain. Kenapa? Banyak negara masih berkutat menghadapi pandemi corona di mana jumlah telah mencapai 7 juta kasus. Eropa pun kini menghadapi gelombang kedua infeksi virus corona, sedangkan sebagian besar negara masih berkutat dengan gelombang pertama virus corona.
Untuk saat ini, virus corona justru tidak lagi menjadi perhatian bagi wisatawan China. Kenapa? Penularan lokal virus corona hampir nol dan China menjadi negara yang paling ketat memberlakukan kontrol perbatasan. Dalam penegakan protokol kesehatan, China pun menjadi negara yang terdepan dalam membangun kesadaran warganya.
Chen Qianmei (29) wisatawan asal Guangzhou, China , terbang ke Shanghai untuk berlibur. Dia mengatakan, dia tidak lagi khawatir dengan virus, meskipun dia masih harus ekstra hati-hati.
“Saya pikir virus corona di China telah dikendalikan dengan baik,” katanya, dilansir CNN. Dia juga selalu mengenakan masker dan membawa tisu basah untuk membersihkan tangannya sebelum makan. “Di Shanghai, hanya sedikit orang yang mengenakan masker,” paparnya. (Baca juga: Bantuan Kuota Data Diminta Pakai Sistem Akumulasi)
Virus corona yang dilaporkan pertama kali dideteksi di Wuhan pada akhir Desember lalu sebelum menyebar ke seluruh dunia telah berhasil dikendalikan sejak Maret lalu. Beberapa bulan setelah itu, wabah itu juga menyebar ke Beijing dan Xinjiang. Namun, isolasi yang bersifat lokal dan program pengetesan massal menjadikan wabah itu berhasil dikendalikan.
China dilaporkan tidak mengalami transmisi lokal sejak pertengahan Agustus. Itu menyusul pemeriksaan yang sangat ketat di bandara dan para pekerja yang beresiko terinfeksi virus. Pekan lalu, transmisi lokal terjadi pertama kali dalam satu bulan setelah dua pekerja pelabuhan yang biasa mengani ikan impor di Qindao dilaporkan positif setelah pemeriksaan rutin.
Kontrol yang ketat itu juga tidak membuat kekhawatiran dan ketakutan warga China untuk berlibur. Apalagi, China telah melewatkan melewatkan musim liburan Imlek pada akhir Januari lalu karena wabah corona. Saat itu, dua hari sebelum liburan Imlek, Pemerintah China memerintahkan isolasi total di Wuhan.
Setelah delapan bulan, pembatasan pergerakan dan larangan liburan pun dicabut. Secara resmi, beberapa kota mewajibkan penumpang untuk memberikan kode kesehatan hijau di ponsel mereka di stasiun dan bandara kalau menunjukkan mereka aman.
Menyusul kepercayaan diri pemerintah dalam penanganan virus, Badan Pencegahan dan Kontrol Penyakit China pekan lalu menyatakan perjalanan jarak jauh dan berwisata bisa dinyatakan aman untuk liburan. Mereka juga menyatakan semua kota dinyatakan aman dari resiko penularan virus corona. (Baca juga: Penggunaan Masker Kurangi Risiko Tertular Covid-19)
Namun, Pemerintah China masih merekomendasikan wisatawan untuk mematuhi protekol kesehatan, mengenakan masker di kereta dan pesawat, serta menjaga jarak 1 meter di destinasi wisata. Faktanya, berbagai anjuran itu justru tidak dilaksanakan warga yang umumnya berkerumun di tempat wisata.
Pekan lalu, Kementerian Pariwisata dan Budaya China memerintahkan destinasi wisata membatasi kapasitas hingga 75% pada pekan liburan. Pada bulan sebelumnya diberlakukan hanya 50% dari kapasitas maksimal. Untuk memfasilitas pelacakan kontak, wisatawan diminta melakukan reservasi ke destinasi wisata terlebih dahulu.
Wu Zunyou, kepala epidemologi di Pusat Kontrol dan Pengadilan Penyakit China, mengatakan tidak perlu lagi pembatasan ekstra bagi wisatawna domestik selama libur nasional karena virus corona tidak lagi menyebar di masyarakat. “Saat ini tidak mungkin terjadi infeksi virus corona di lingkungan sosial,” katanya dilansir CCTV.
Yang dihadapi China saat ini, kata Wu, adalah puluhan kasus corona impor yakni orang China baru tiba dari luar negeri. “Kasus corona impor bisa dikelola dengan jaringan tertutup dan tidak akan menyebar ke masyarakat. Itu tidak akan berdampak pada penduduk lokal,” paparnya. (Baca juga: Navalny Sebut Putin Berada di Balik Peracunan Dirinya)
Otoritas China telah meminta penduduk China untuk menghindari perjalanan ke luar negeri karena pandemi itu masih menyebar di berbagai negara. Liburan Pekan Emas merupakan liburan yang disamakan dengan liburan tahun baru Imlek di mana kelas menengah China bisasanya berlibur ke luar negeri. Tahun lalu, lebih dari tujuh juta wisatawan China berlibur ke luar negeri dengan tujuan utama Jepang dan Thailand.
Tapi tahun ini, perjalanan wisatawan ke luar negeri yang dilarang, juga dipengaruhi karena pembatasan visa dan persyaratan karantina selama 14 hari di seluruh dunia, serta keterbatasan jadwal penerbangan internasional. Saat tiba di China, orang China yang baru tiba dari luar negeri juga harus menjalani karantina superketat di hotel yang ditunjuk pemerintah.
Untuk menyambut wisatawan domestik, pemerintah lokal juga berkompetisi menarik kunjungan mereka. Menurut Ctrip, lebih dari 20 provinsi menawarkan kupon perjalanan dan 1.500 destinasi wisata memberikan diskon tiket.
Operator kereta api China , China State Railway Group, memperkirakan 108 juta perjalanan kereta sejak 28 September hingga 8 Oktober mendatang. Untuk memenuhi kenaikan permintaan perjalanan, mereka menyiagakan 1.200 kereta untuk membantu perlayanan ke rute yang destinasi wisata yang populer.
Beberapa maskapai melaporkan tiket penerbangan juga sudah ludes terjual. Qunar, situs reservasi online China, memperkirakan lebih dari 15 juta tiket penerbangan domestik dijual untuk Pekan Emas atau meningkat 10% dibandingkan 2019 lalu. Itu dikarenakan harga tiket kali ini memang mengalami penurunan. (Lihat videonya: Harga Tes Swab akan Segera Dievaluasi)
Kementerian Transportasi melaporkan, kemacetan di jalan tol juga diperkirakan akan terjadi. 51 juta perjalanan akan memadati jalan tol selama liburan delapan hari. Itu mengalami peningkatan 3% dibandingkan tahun lalu.
Wuhan, yang dikenal sebagai episentrum wabah corona, kini juga menjadi destinasi wisata populer bagi wisatawan domestik sejak isolasi wilayah dicabut pada April lalu. Provinsi Hubei mengumumkan 400 destinasi wisata di kawasan tersebut dibuka gratis hingga akhir tahun. The Yellow Crane Tower merupakan destinasi wisata di Wuhan yang paling banyak dikunjungi. (Andika H Mustaqim)
Libur selama delapan hari menjadi hari libur pertama sejak China dinyatakan sukses menangani pandemi corona. Kehidupan yang telah berlangsung normal dalam beberapa bulan terakhir menjadi alasan musim libur akan dipadati banyak warga. (Baca: Berikut Bebetapa Doa Memohon Diberi Kelancaran Rezeki)
“Liburan Emas” tersebut akan menjadi ujian bagi China apakah sukses menangani pandemi secara totalitas dan menuju kebangkitan untuk pemulihan ekonomi.
Tahun lalu, 782 wisatawan domestik berlibur selama musim liburan. Itu mampu menghasilkan 650 miliar yuan. Kementerian Pariwisata dan Budaya China tahun ini memprediksi 550 juta wisatawan domestik akan berlibur tahun ini. Namun, Ctrip, biro wisata online terbesar di China, memperkriakan 600 juta orang akan berlibur.
Skala liburan massal dalam jangka waktu yang pendek tentunya tidak terpikirkan dan tidak mungkin dilaksanakan di berbagai negara di belahan lain. Kenapa? Banyak negara masih berkutat menghadapi pandemi corona di mana jumlah telah mencapai 7 juta kasus. Eropa pun kini menghadapi gelombang kedua infeksi virus corona, sedangkan sebagian besar negara masih berkutat dengan gelombang pertama virus corona.
Untuk saat ini, virus corona justru tidak lagi menjadi perhatian bagi wisatawan China. Kenapa? Penularan lokal virus corona hampir nol dan China menjadi negara yang paling ketat memberlakukan kontrol perbatasan. Dalam penegakan protokol kesehatan, China pun menjadi negara yang terdepan dalam membangun kesadaran warganya.
Chen Qianmei (29) wisatawan asal Guangzhou, China , terbang ke Shanghai untuk berlibur. Dia mengatakan, dia tidak lagi khawatir dengan virus, meskipun dia masih harus ekstra hati-hati.
“Saya pikir virus corona di China telah dikendalikan dengan baik,” katanya, dilansir CNN. Dia juga selalu mengenakan masker dan membawa tisu basah untuk membersihkan tangannya sebelum makan. “Di Shanghai, hanya sedikit orang yang mengenakan masker,” paparnya. (Baca juga: Bantuan Kuota Data Diminta Pakai Sistem Akumulasi)
Virus corona yang dilaporkan pertama kali dideteksi di Wuhan pada akhir Desember lalu sebelum menyebar ke seluruh dunia telah berhasil dikendalikan sejak Maret lalu. Beberapa bulan setelah itu, wabah itu juga menyebar ke Beijing dan Xinjiang. Namun, isolasi yang bersifat lokal dan program pengetesan massal menjadikan wabah itu berhasil dikendalikan.
China dilaporkan tidak mengalami transmisi lokal sejak pertengahan Agustus. Itu menyusul pemeriksaan yang sangat ketat di bandara dan para pekerja yang beresiko terinfeksi virus. Pekan lalu, transmisi lokal terjadi pertama kali dalam satu bulan setelah dua pekerja pelabuhan yang biasa mengani ikan impor di Qindao dilaporkan positif setelah pemeriksaan rutin.
Kontrol yang ketat itu juga tidak membuat kekhawatiran dan ketakutan warga China untuk berlibur. Apalagi, China telah melewatkan melewatkan musim liburan Imlek pada akhir Januari lalu karena wabah corona. Saat itu, dua hari sebelum liburan Imlek, Pemerintah China memerintahkan isolasi total di Wuhan.
Setelah delapan bulan, pembatasan pergerakan dan larangan liburan pun dicabut. Secara resmi, beberapa kota mewajibkan penumpang untuk memberikan kode kesehatan hijau di ponsel mereka di stasiun dan bandara kalau menunjukkan mereka aman.
Menyusul kepercayaan diri pemerintah dalam penanganan virus, Badan Pencegahan dan Kontrol Penyakit China pekan lalu menyatakan perjalanan jarak jauh dan berwisata bisa dinyatakan aman untuk liburan. Mereka juga menyatakan semua kota dinyatakan aman dari resiko penularan virus corona. (Baca juga: Penggunaan Masker Kurangi Risiko Tertular Covid-19)
Namun, Pemerintah China masih merekomendasikan wisatawan untuk mematuhi protekol kesehatan, mengenakan masker di kereta dan pesawat, serta menjaga jarak 1 meter di destinasi wisata. Faktanya, berbagai anjuran itu justru tidak dilaksanakan warga yang umumnya berkerumun di tempat wisata.
Pekan lalu, Kementerian Pariwisata dan Budaya China memerintahkan destinasi wisata membatasi kapasitas hingga 75% pada pekan liburan. Pada bulan sebelumnya diberlakukan hanya 50% dari kapasitas maksimal. Untuk memfasilitas pelacakan kontak, wisatawan diminta melakukan reservasi ke destinasi wisata terlebih dahulu.
Wu Zunyou, kepala epidemologi di Pusat Kontrol dan Pengadilan Penyakit China, mengatakan tidak perlu lagi pembatasan ekstra bagi wisatawna domestik selama libur nasional karena virus corona tidak lagi menyebar di masyarakat. “Saat ini tidak mungkin terjadi infeksi virus corona di lingkungan sosial,” katanya dilansir CCTV.
Yang dihadapi China saat ini, kata Wu, adalah puluhan kasus corona impor yakni orang China baru tiba dari luar negeri. “Kasus corona impor bisa dikelola dengan jaringan tertutup dan tidak akan menyebar ke masyarakat. Itu tidak akan berdampak pada penduduk lokal,” paparnya. (Baca juga: Navalny Sebut Putin Berada di Balik Peracunan Dirinya)
Otoritas China telah meminta penduduk China untuk menghindari perjalanan ke luar negeri karena pandemi itu masih menyebar di berbagai negara. Liburan Pekan Emas merupakan liburan yang disamakan dengan liburan tahun baru Imlek di mana kelas menengah China bisasanya berlibur ke luar negeri. Tahun lalu, lebih dari tujuh juta wisatawan China berlibur ke luar negeri dengan tujuan utama Jepang dan Thailand.
Tapi tahun ini, perjalanan wisatawan ke luar negeri yang dilarang, juga dipengaruhi karena pembatasan visa dan persyaratan karantina selama 14 hari di seluruh dunia, serta keterbatasan jadwal penerbangan internasional. Saat tiba di China, orang China yang baru tiba dari luar negeri juga harus menjalani karantina superketat di hotel yang ditunjuk pemerintah.
Untuk menyambut wisatawan domestik, pemerintah lokal juga berkompetisi menarik kunjungan mereka. Menurut Ctrip, lebih dari 20 provinsi menawarkan kupon perjalanan dan 1.500 destinasi wisata memberikan diskon tiket.
Operator kereta api China , China State Railway Group, memperkirakan 108 juta perjalanan kereta sejak 28 September hingga 8 Oktober mendatang. Untuk memenuhi kenaikan permintaan perjalanan, mereka menyiagakan 1.200 kereta untuk membantu perlayanan ke rute yang destinasi wisata yang populer.
Beberapa maskapai melaporkan tiket penerbangan juga sudah ludes terjual. Qunar, situs reservasi online China, memperkirakan lebih dari 15 juta tiket penerbangan domestik dijual untuk Pekan Emas atau meningkat 10% dibandingkan 2019 lalu. Itu dikarenakan harga tiket kali ini memang mengalami penurunan. (Lihat videonya: Harga Tes Swab akan Segera Dievaluasi)
Kementerian Transportasi melaporkan, kemacetan di jalan tol juga diperkirakan akan terjadi. 51 juta perjalanan akan memadati jalan tol selama liburan delapan hari. Itu mengalami peningkatan 3% dibandingkan tahun lalu.
Wuhan, yang dikenal sebagai episentrum wabah corona, kini juga menjadi destinasi wisata populer bagi wisatawan domestik sejak isolasi wilayah dicabut pada April lalu. Provinsi Hubei mengumumkan 400 destinasi wisata di kawasan tersebut dibuka gratis hingga akhir tahun. The Yellow Crane Tower merupakan destinasi wisata di Wuhan yang paling banyak dikunjungi. (Andika H Mustaqim)
(ysw)