Beijing: Tuduhan Perwira Polisi New York Agen Mata-mata China Murni Palsu
loading...
A
A
A
BEIJING - Perwira polisi New York City, Baimadajie Angwang , ditangkap Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) atas tuduhan jadi agen mata-mata China . Namun, Beijing menolak tuduhan tersebut dengan menyebutnya sebagai tuduhan yang murni palsu.
Baimadajie Angwang, 33, yang lahir di wilayah Tibet, China, dan dinaturalisasi menjadi warga negara AS bekerja sebagai perwira polisi New York City. Dia juga bertugas menjadi tentara cadangan Angkatan Darat AS. (Baca: Jadi Agen Mata-mata China, Perwira Polisi New York Ditangkap FBI )
Pengaduan pidana yang diajukan jaksa di pengadilan federal Brooklyn pada hari Senin menyatakan Angwang terlibat spionase di wilayah komunitas etnis Tibet di New York untuk Konsulat China. Dia, lanjut dokumen pengaduan, juga ditugaskan untuk merekrut aset intelijen potensial di antara komunitas Tibet.
Tetapi juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada hari Selasa (21/9/2020) mengatakan dakwaan terhadap Angwang penuh dengan istilah "tampaknya" dan "mungkin" yang memberikan kesan bahwa jaksa penuntut berusaha keras untuk membuat kasus tersebut.
"Tuduhan relevan yang dibuat oleh pihak AS adalah murni palsu," kata Wang kepada wartawan pada briefing harian, seperti dikutip Fox News, Rabu (23/9/2020). "Rencana AS untuk mendiskreditkan Konsulat China dan personelnya di Amerika Serikat tidak akan berhasil." (Baca: Kian Panas, FBI Tangkap 3 Tentara China yang Menyamar Jadi Peneliti di AS )
Tidak ada tuduhan bahwa Angwang membahayakan keamanan nasional atau operasi Departemen Kepolisian New York (NYPD). "Tetap saja, dia dianggap sebagai definisi ancaman orang dalam," kata William Sweeney, kepala kantor FBI di New York, dalam sebuah pernyataan.
Tuduhan terhadap Angwang termasuk bertindak sebagai agen pemerintah asing tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada Jaksa Agung, membuat pernyataan palsu tentang kontaknya, menghalangi proses resmi, dan penipuan.
Pasukan yang dikirim oleh rezim komunis yang berkuasa di China menduduki Tibet pada tahun 1950 dan Beijing mengklaim wilayah Himalaya telah menjadi wilayah China selama berabad-abad. Banyak orang Tibet mengatakan bahwa mereka secara efektif merdeka untuk sebagian besar waktu itu dan menuduh China berusaha menghapus budaya dan bahasa Buddha Tibet yang unik sambil mengeksploitasi sumber daya alamnya dan mendorong orang China untuk pindah ke sana dari bagian lain negara itu.
Dokumen pengadilan mengatakan tugas Angwang sebagai mata-mata untuk China adalah untuk menemukan sumber intelijen potensial dan mengidentifikasi potensi ancaman terhadap Republik Rakyat China di wilayah metropolitan New York. "Dia juga diharapkan memberi pejabat konsulat akses ke pejabat senior NYPD melalui undangan ke acara resmi NYPD," bunyi dokumen tersebut. (Baca juga: Tentara Ke-4 China yang Dikejar FBI Lari ke Konsulat Beijing di San Francisco )
Sebuah kelompok advokasi, Kampanye Internasional untuk Tibet, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penangkapan tersebut menunjukkan bahwa Partai Komunis China terlibat dalam operasi jahat untuk menekan perbedaan pendapat."Tidak hanya di Tibet...tetapi di tempat manapun di dunia di mana orang Tibet bebas untuk mengekspresikan diri mereka sendiri," kata kelompok tersebut.
Baimadajie Angwang, 33, yang lahir di wilayah Tibet, China, dan dinaturalisasi menjadi warga negara AS bekerja sebagai perwira polisi New York City. Dia juga bertugas menjadi tentara cadangan Angkatan Darat AS. (Baca: Jadi Agen Mata-mata China, Perwira Polisi New York Ditangkap FBI )
Pengaduan pidana yang diajukan jaksa di pengadilan federal Brooklyn pada hari Senin menyatakan Angwang terlibat spionase di wilayah komunitas etnis Tibet di New York untuk Konsulat China. Dia, lanjut dokumen pengaduan, juga ditugaskan untuk merekrut aset intelijen potensial di antara komunitas Tibet.
Tetapi juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada hari Selasa (21/9/2020) mengatakan dakwaan terhadap Angwang penuh dengan istilah "tampaknya" dan "mungkin" yang memberikan kesan bahwa jaksa penuntut berusaha keras untuk membuat kasus tersebut.
"Tuduhan relevan yang dibuat oleh pihak AS adalah murni palsu," kata Wang kepada wartawan pada briefing harian, seperti dikutip Fox News, Rabu (23/9/2020). "Rencana AS untuk mendiskreditkan Konsulat China dan personelnya di Amerika Serikat tidak akan berhasil." (Baca: Kian Panas, FBI Tangkap 3 Tentara China yang Menyamar Jadi Peneliti di AS )
Tidak ada tuduhan bahwa Angwang membahayakan keamanan nasional atau operasi Departemen Kepolisian New York (NYPD). "Tetap saja, dia dianggap sebagai definisi ancaman orang dalam," kata William Sweeney, kepala kantor FBI di New York, dalam sebuah pernyataan.
Tuduhan terhadap Angwang termasuk bertindak sebagai agen pemerintah asing tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada Jaksa Agung, membuat pernyataan palsu tentang kontaknya, menghalangi proses resmi, dan penipuan.
Pasukan yang dikirim oleh rezim komunis yang berkuasa di China menduduki Tibet pada tahun 1950 dan Beijing mengklaim wilayah Himalaya telah menjadi wilayah China selama berabad-abad. Banyak orang Tibet mengatakan bahwa mereka secara efektif merdeka untuk sebagian besar waktu itu dan menuduh China berusaha menghapus budaya dan bahasa Buddha Tibet yang unik sambil mengeksploitasi sumber daya alamnya dan mendorong orang China untuk pindah ke sana dari bagian lain negara itu.
Dokumen pengadilan mengatakan tugas Angwang sebagai mata-mata untuk China adalah untuk menemukan sumber intelijen potensial dan mengidentifikasi potensi ancaman terhadap Republik Rakyat China di wilayah metropolitan New York. "Dia juga diharapkan memberi pejabat konsulat akses ke pejabat senior NYPD melalui undangan ke acara resmi NYPD," bunyi dokumen tersebut. (Baca juga: Tentara Ke-4 China yang Dikejar FBI Lari ke Konsulat Beijing di San Francisco )
Sebuah kelompok advokasi, Kampanye Internasional untuk Tibet, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penangkapan tersebut menunjukkan bahwa Partai Komunis China terlibat dalam operasi jahat untuk menekan perbedaan pendapat."Tidak hanya di Tibet...tetapi di tempat manapun di dunia di mana orang Tibet bebas untuk mengekspresikan diri mereka sendiri," kata kelompok tersebut.