Negara-negara Arab Kecam Turki dan Iran karena Terlalu Ikut Campur
loading...
A
A
A
Bulan lalu, pejabat Irak membatalkan kunjungan Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar sebagai protes atas pembunuhan dua perwira Irak oleh pesawat tak berawak Turki. (Baca juga: Liga Arab: Aneksasi Israel atas Tanah Palestina Bisa Picu Perang Besar )
Asisten Sekretaris Liga Arab Hussam Zaki mengatakan Iran dan Turki berusaha mencampuri urusan Arab dan mencari peluang dengan mengorbankan negara-negara Arab.
Pertemuan di Kairo pada Rabu digelar dari jarak jauh karena pandemi COVID-19.
Zaki mengatakan, dalam jumpa pers usai pertemuan, delegasi Palestina menyampaikan rancangan resolusi ke pertemuan yang tidak mendapat persetujuan anggota lainnya.
Draf tersebut menegaskan hak-hak Palestina dan secara khusus merujuk pada perjanjian damai 13 Agustus antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel, tetapi Liga Arab tidak mendukungnya.
Rancangan resolusi yang diamandemen, yang berfokus pada hak-hak Palestina dan kebutuhan untuk membangun solusi dua negara yang didukung oleh sejumlah negara Arab, juga tidak lolos.
Kesepakatan yang ditengahi AS antara UEA dan Israel berusaha untuk membangun hubungan yang dinormalisasi dengan imbalan penghentian aneksasi Israel atas wilayah Palestina.
Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash mengatakan perjanjian UEA-Israel menciptakan momentum baru untuk perdamaian dan menegaskan kembali dukungan negaranya untuk solusi dua negara.
Gargash menambahkan posisi UEA dalam mendukung perjuangan Palestina adalah ciri khas kebijakan negara sejak didirikan dan akan tetap demikian di masa depan.
Menteri tersebut juga mengutuk aktivitas Turki di wilayah tersebut, dengan mengatakan aktivitas baru-baru ini di Mediterania Timur merusak keamanan dan keselamatan lalu lintas maritim di perairan Mediterania, yang jelas melanggar hukum dan konvensi internasional yang relevan dan pelanggaran terhadap kedaulatan negara.
Asisten Sekretaris Liga Arab Hussam Zaki mengatakan Iran dan Turki berusaha mencampuri urusan Arab dan mencari peluang dengan mengorbankan negara-negara Arab.
Pertemuan di Kairo pada Rabu digelar dari jarak jauh karena pandemi COVID-19.
Zaki mengatakan, dalam jumpa pers usai pertemuan, delegasi Palestina menyampaikan rancangan resolusi ke pertemuan yang tidak mendapat persetujuan anggota lainnya.
Draf tersebut menegaskan hak-hak Palestina dan secara khusus merujuk pada perjanjian damai 13 Agustus antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel, tetapi Liga Arab tidak mendukungnya.
Rancangan resolusi yang diamandemen, yang berfokus pada hak-hak Palestina dan kebutuhan untuk membangun solusi dua negara yang didukung oleh sejumlah negara Arab, juga tidak lolos.
Kesepakatan yang ditengahi AS antara UEA dan Israel berusaha untuk membangun hubungan yang dinormalisasi dengan imbalan penghentian aneksasi Israel atas wilayah Palestina.
Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash mengatakan perjanjian UEA-Israel menciptakan momentum baru untuk perdamaian dan menegaskan kembali dukungan negaranya untuk solusi dua negara.
Gargash menambahkan posisi UEA dalam mendukung perjuangan Palestina adalah ciri khas kebijakan negara sejak didirikan dan akan tetap demikian di masa depan.
Menteri tersebut juga mengutuk aktivitas Turki di wilayah tersebut, dengan mengatakan aktivitas baru-baru ini di Mediterania Timur merusak keamanan dan keselamatan lalu lintas maritim di perairan Mediterania, yang jelas melanggar hukum dan konvensi internasional yang relevan dan pelanggaran terhadap kedaulatan negara.