Juru Bicara AS dan Taliban 'Berperang' di Media Sosial
loading...
A
A
A
KABUL - Perwakilan pasukan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan dan juru bicara Taliban terlibat dalam perang kata-kata di Twitter. Keduanya "berperang" tentang meningkatnya kekerasan di Afghanistan.
Dalam tuduhan terselubung terhadap Taliban, juru bicara pasukan AS di Afghanistan, Kolonel Sonny Leggett memperingatkan bahwa serangan akan menghasilkan pembalasan.
"Mengurangi kekerasan adalah kebutuhan mutlak dan ini tergantung pada para pemimpin semua kekuatan militer, baik ANDSF, Taliban dan Koalisi. Serangan menghasilkan serangan, sementara menahan menghasilkan menahan diri. Semua pihak harus memilih menahan diri untuk mencegah lebih banyak pembunuhan dan kekerasan," ucap Sonny.
Dalam unggah lain, di mana dia menandai juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, Sonny mengatakan bahwa masyarakat Afghanistan ingin perdamaian dan dunia telah mendesak Taliban untuk menghentikan kekerasan.
"Mari kita perjelas, orang-orang Afghanistan menginginkan perdamaian dunia telah meminta Taliban untuk menghentikan kekerasan dan fokus pada Covid-19. Sekarang saatnya untuk Hentikan Kekerasan," ujarnya.
Mujahid kemudian merespon dengan memperingatkan Sonny untuk tidak mengeluarkan pernyataan provokatif dan mencatat bahwa Taliban berkomitmen pada perjanjian yang ditandatangani kedua pihak pada 29 Februari.
"Jalan menuju resolusi terletak pada implementasi perjanjian Doha. Jangan merusak lingkungan saat ini dengan pernyataan tidak berguna dan provokatif. Kami berkomitmen untuk tujuan kami, menghormati kewajiban Anda sendiri," ucap Mujahid.
Sejak penandatanganan kesepakatan untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung selama 19 tahun, kedua belah pihak saling menuduh telah melanggar perjanjian.
Taliban mengatakan bahwa pasukan AS telah melakukan serangan terhadap kelompok itu di zona-zona non-tempur, sebuah klaim yang dibantah Washington. Sementara itu, pejabat Afghanistan menuduh Taliban menculik dan membunuh warga sipil.
Dalam tuduhan terselubung terhadap Taliban, juru bicara pasukan AS di Afghanistan, Kolonel Sonny Leggett memperingatkan bahwa serangan akan menghasilkan pembalasan.
"Mengurangi kekerasan adalah kebutuhan mutlak dan ini tergantung pada para pemimpin semua kekuatan militer, baik ANDSF, Taliban dan Koalisi. Serangan menghasilkan serangan, sementara menahan menghasilkan menahan diri. Semua pihak harus memilih menahan diri untuk mencegah lebih banyak pembunuhan dan kekerasan," ucap Sonny.
Dalam unggah lain, di mana dia menandai juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, Sonny mengatakan bahwa masyarakat Afghanistan ingin perdamaian dan dunia telah mendesak Taliban untuk menghentikan kekerasan.
"Mari kita perjelas, orang-orang Afghanistan menginginkan perdamaian dunia telah meminta Taliban untuk menghentikan kekerasan dan fokus pada Covid-19. Sekarang saatnya untuk Hentikan Kekerasan," ujarnya.
Mujahid kemudian merespon dengan memperingatkan Sonny untuk tidak mengeluarkan pernyataan provokatif dan mencatat bahwa Taliban berkomitmen pada perjanjian yang ditandatangani kedua pihak pada 29 Februari.
"Jalan menuju resolusi terletak pada implementasi perjanjian Doha. Jangan merusak lingkungan saat ini dengan pernyataan tidak berguna dan provokatif. Kami berkomitmen untuk tujuan kami, menghormati kewajiban Anda sendiri," ucap Mujahid.
Sejak penandatanganan kesepakatan untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung selama 19 tahun, kedua belah pihak saling menuduh telah melanggar perjanjian.
Taliban mengatakan bahwa pasukan AS telah melakukan serangan terhadap kelompok itu di zona-zona non-tempur, sebuah klaim yang dibantah Washington. Sementara itu, pejabat Afghanistan menuduh Taliban menculik dan membunuh warga sipil.
(esn)