Selidiki Genosida Muslim Uighur oleh China, Pengadilan Publik Dibuka di Inggris
loading...
A
A
A
LONDON - Seorang pengacara independen di Inggris menggelar pengadilan publik untuk menyelidiki tuduhan bahwa pemerintah China terlibat dalam kejahatan kemanusiaan atau pun genosida terhadap kelompok etnik minoritas Muslim Uighur di provinsi Xinjiang.
Pengacara bernama Geoffrey Nice akan memimpin penyelidikan dan dengar pendapat selama berhari-hari untuk meninjau bukti dan kesaksian baru mulai tahun depan.
Pengadilan publik tersebut adalah upaya terbaru untuk meminta pertanggungjawaban China atas kekejaman yang dilaporkan, yang dilakukan terhadap etnik Uighur sejak 2017—meskipun pemerintah Inggris belum mendukung inisiatif tersebut. (Baca: Ada Video Penyiksaan Muslim Uighur, China Masih Berkelit )
Nice telah diminta oleh Kongres Uighur Dunia untuk menyelidiki kekejaman yang sedang berlangsung dan kemungkinan genosida terhadap Uighur, karena sejarahnya yang telah menangani kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia internasional.
Pengacara tersebut mendapat perhatian global atas karyanya dengan Pengadilan Kriminal Internasional dalam menyelidiki kekejaman yang dilakukan oleh presiden bekas Yugoslavia, Presiden Slobodan Milosevic, yang dituduh melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Kosovo dan Kroasia, bersama dengan genosida di Bosnia selama Perang Yugoslavia di awal 1990-an. Pengadilan, yang berlangsung di Den Haag, adalah pengadilan internasional berskala besar pertama sejak pengadilan atas kejahatan perang Nazi setelah Perang Dunia II.
"Tuduhan genosida terhadap Uighur, bersama dengan pelanggaran hak asasi manusia lainnya yang dilakukan oleh Republik Rakyat China terhadap kelompok minoritas, adalah pertanyaan yang harus ditanyakan dan dijawab," kata Nice kepada Associated Press, Kamis, yang dilansir Jumat (4/9/2020).
China telah dituduh menciptakan kamp penahanan yang menampung populasi Uighur yang menjadi sasaran penyiksaan dan pelecehan mental. Laporan tentang sterilisasi paksa juga bermunculan.
Pengadilan sedang dalam tahap awal mengumpulkan bukti dan kesaksian dari orang Uighur yang telah diasingkan ke luar negeri. Kesaksian dari penjaga keamanan yang hadir di kamp-kamp penahanan yang didirikan di Xinjiang diperkirakan akan muncul dalam beberapa bulan mendatang. (Baca: China Dilaporkan Berlakukan Wajib Aborsi untuk Muslim Uighur )
"Saat ini, bukti terkuat tampaknya menjadi bukti penahanan dan kemungkinan bukti sterilisasi paksa," kata Nice.
Laporan investigasi tidak hanya mengungkap sterilisasi paksa sebagai metode untuk mengurangi populasi Uighur, tetapi ratusan ribu wanita telah menjalani pemeriksaan rutin dan aborsi paksa. Para ibu dan ayah juga diduga dikirim ke kamp penahanan atau penjara karena memiliki terlalu banyak anak.
Pengacara bernama Geoffrey Nice akan memimpin penyelidikan dan dengar pendapat selama berhari-hari untuk meninjau bukti dan kesaksian baru mulai tahun depan.
Pengadilan publik tersebut adalah upaya terbaru untuk meminta pertanggungjawaban China atas kekejaman yang dilaporkan, yang dilakukan terhadap etnik Uighur sejak 2017—meskipun pemerintah Inggris belum mendukung inisiatif tersebut. (Baca: Ada Video Penyiksaan Muslim Uighur, China Masih Berkelit )
Nice telah diminta oleh Kongres Uighur Dunia untuk menyelidiki kekejaman yang sedang berlangsung dan kemungkinan genosida terhadap Uighur, karena sejarahnya yang telah menangani kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia internasional.
Pengacara tersebut mendapat perhatian global atas karyanya dengan Pengadilan Kriminal Internasional dalam menyelidiki kekejaman yang dilakukan oleh presiden bekas Yugoslavia, Presiden Slobodan Milosevic, yang dituduh melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Kosovo dan Kroasia, bersama dengan genosida di Bosnia selama Perang Yugoslavia di awal 1990-an. Pengadilan, yang berlangsung di Den Haag, adalah pengadilan internasional berskala besar pertama sejak pengadilan atas kejahatan perang Nazi setelah Perang Dunia II.
"Tuduhan genosida terhadap Uighur, bersama dengan pelanggaran hak asasi manusia lainnya yang dilakukan oleh Republik Rakyat China terhadap kelompok minoritas, adalah pertanyaan yang harus ditanyakan dan dijawab," kata Nice kepada Associated Press, Kamis, yang dilansir Jumat (4/9/2020).
China telah dituduh menciptakan kamp penahanan yang menampung populasi Uighur yang menjadi sasaran penyiksaan dan pelecehan mental. Laporan tentang sterilisasi paksa juga bermunculan.
Pengadilan sedang dalam tahap awal mengumpulkan bukti dan kesaksian dari orang Uighur yang telah diasingkan ke luar negeri. Kesaksian dari penjaga keamanan yang hadir di kamp-kamp penahanan yang didirikan di Xinjiang diperkirakan akan muncul dalam beberapa bulan mendatang. (Baca: China Dilaporkan Berlakukan Wajib Aborsi untuk Muslim Uighur )
"Saat ini, bukti terkuat tampaknya menjadi bukti penahanan dan kemungkinan bukti sterilisasi paksa," kata Nice.
Laporan investigasi tidak hanya mengungkap sterilisasi paksa sebagai metode untuk mengurangi populasi Uighur, tetapi ratusan ribu wanita telah menjalani pemeriksaan rutin dan aborsi paksa. Para ibu dan ayah juga diduga dikirim ke kamp penahanan atau penjara karena memiliki terlalu banyak anak.