Lawan Pengaruh China, Palau Desak AS Bangun Pangkalan Militer di Wilayahnya

Jum'at, 04 September 2020 - 09:45 WIB
loading...
A A A
Dia mengatakan pangkalan di Palau tidak hanya akan meningkatkan kesiapan militer AS tetapi juga membantu ekonomi lokal, yang sedang berjuang karena pandemi Covid-19 telah menghentikan pariwisata, industri utamanya.

Palau adalah tempat pertempuran berdarah antara pasukan AS dan Jepang dalam Perang Dunia Kedua, tetapi Washington berfokus pada pangkalan di Filipina dan Guam setelah perang.

Sebuah fasilitas radar militer AS direncanakan untuk Palau tetapi pembangunan telah ditangguhkan karena pandemi Covid-19, di mana negara kepulauan itu ingin mempertahankan statusnya yang bebas Covid-19.

Selain hubungan dekat AS, Palau juga merupakan salah satu dari empat sekutu Taiwan yang tersisa di Pasifik dan bagian dari 15 sekutu Taiwan di seluruh dunia. (Baca juga: Pilot Pesawat Tempur T-50 Golden Eagle yang Tergelincir Meninggal Dunia )

China, yang melihat Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, telah berusaha untuk merayu sekutu Taipei di Pasifik, termasuk membujuk Kepulauan Solomon dan Kiribati untuk berpindah pihak pada tahun lalu.

Palau menolak, dan mendorong balik Beijing termasuk secara efektif melarang turis China mengunjungi negara itu pada 2018.

Meskipun tidak menyebut China secara langsung, Remengesau mengatakan kepada Esper "para pelaku destabilisasi telah melangkah maju untuk mengambil keuntungan" dari krisis ekonomi terkait virus yang dialami negara-negara pulau kecil.

"Menteri (Esper), sangat melegakan mendengar Anda, dan pejabat tinggi AS lainnya, mengenali realitas kompleks keamanan Indo-Pasifik—yang terancam oleh ekonomi predator seperti halnya agresi militer," tulis dia dalam suratnya.

Selama kunjungan Esper pekan lalu, yang berlangsung hampir tiga jam, Remengesau mengatakan China menawarkan pinjaman murah kepada negara-negara kepulauan untuk memenangkan kesetiaan mereka.

"Itu berdampak pada bagaimana orang memandang hubungan dengan orang-orang yang membantu mereka," katanya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1063 seconds (0.1#10.140)