Rezim Iran Dituduh Siksa Demonstran, Cabut Kuku hingga Setrum Kelamin

Kamis, 03 September 2020 - 16:26 WIB
loading...
Rezim Iran Dituduh Siksa Demonstran, Cabut Kuku hingga Setrum Kelamin
Para warga Iran melintas di depan kantor bank yang dibakar saat demo rusuh anti-rezim tahun lalu. Foto/REUTERS
A A A
TEHERAN - Otoritas keamanan dari rezim yang berkuasa di Iran dituduh menggunakan metode mengerikan untuk menyiksa para pengunjuk rasa . Penyiksaan itu termasuk mencabut kuku secara paksa hingga menyetrum alat kelamin.

Tuduhan itu muncul dalam laporan Amnesty International. Laporan kelompok hak asasi manusia (HAM) itu berdasarkan rekaman video dan wawancara dengan lebih dari 75 orang termasuk korban dan kerabat korban.

Menurut laporan tersebut, para warga Iran yang baru-baru ini ditangkap sehubungan denganprotes anti-rezim pemerintah telah disiksa secara fisik, seksual dan psikologis.

Protes pecah di seluruh Iran pada November lalu sebagai respons atas kenaikan harga bensin dan demonstran meneriakkan "Matilah Diktator" serta membakar gedung-gedung termasuk bank. (Baca: Demo Anti-Rezim, Juara Gulat 'Pahlawan Nasional' Iran Dihukum Mati )

Laporan Amnesty mengatakan otoritas negara menerapkan tindakan keras brutal, menangkaplebih dari 7.000 pria, wanita, dan anak-anak berusia 10 tahun. Kelompok HAM itu pada Mei lalu melaporkan bahwa 304 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan selama protes anti-rezim.

"Para pengunjuk rasa ditangkap dengan tuduhan berbeda termasuk partisipasi dalam protes ilegal dan berbagi video protes dengan keluarga, teman dan outlet media atau di media sosial," bunyi laporan tersebut, yang menambahkan penangkapan terjadi di 28 dari 31 provinsi di Iran.

"Beberapa agen keamanan dan petugas penegak hukum menggunakan penyiksaan luas pada pengunjuk rasa selama penangkapan dan penahanan mereka di penjara di seluruh Iran," lanjut Amnesty yang dikutip Al Arabiya, Rabu (2/9/2020).

"Para tahanan menjadi sasaran pencabutan paksa kuku dari jari tangan atau kaki, penyemprotan merica, pemberian paksa zat kimia, sengatan listrik, waterboarding, dan eksekusi pura-pura," imbuh Amnesty. (Baca juga: Iran Gunakan Radar Rusia Lacak Jet F-35 AS usai Soleimani Dibunuh )

"Korban laki-laki mengungkapkan kepada Amnesty bahwa interogator dan petugas penjara melakukan pelecehan seksual berkelanjutan secara verbal, penyemprotan merica ke area genital, dan...sengatan listrik ke testis," papar laporan Amnesty.

Seorang pengunjuk rasa memberi tahu Amnesty bahwa selama berada di tahanan, dia dibawa ke ruang penyiksaan dua kali sehari.

"Mereka memberi saya banyak sengatan listrik, termasuk ke testis saya," katanya kepada Amnesty, yang identitasnya dilindungi.

Pengunjuk rasa lainnya mengatakan bahwa para interogatornya memerintahkan otoritas penjara untuk "menggelitiknya sedikit", yang berarti sengatan listrik tegangan rendah.

“Jika saya menolak untuk menjawab pertanyaan mereka, mereka akan menaikkan level tegangan dan memberi saya sengatan listrik yang lebih kuat,” kata korban dalam wawancara dengan Amnesty.

“Penyiksaan itu berdampak lama pada kesehatan mental dan fisik saya. Sampai hari ini, saya masih tidak bisa tidur di malam hari," katanya.

Pencambukan dan pemukulan dengan tongkat juga di antara metode yang digunakan dalam penyiksaan. Seorang pengunjuk rasa yang ditahan di Teheran mengatakan kepada Amnesty bahwa agen-agen menyiksanya dua kali. Dia dipaksa berdiri di atas bangku di mana agen Iran mengikatkan tali di lehernya, dan kemudian mendorong bangku itu dari bawah kakinya.

"Beberapa malam kemudian, agen membawanya ke halaman saat fajar, memaksanya berlutut, melepas penutup matanya, menodongkan pistol ke dahinya dan menarik pelatuknya, menembakkan peluru kosong daripada peluru tajam," imbuh laporan Amnesty.

Pengunjuk rasa lain memberi tahu Amnesty bahwa pada satu titik selama penahanannya, dia ingin mati agar bebas dari rasa sakit dan penyiksaan.

“Interogator saya menyiksa saya dengan berbagai cara...Mereka mengatakan kepada saya 'Jika Anda mati, itu akan seperti anjing sekarat. Tidak penting bagi kami jika Anda hidup atau mati'. Rasa sakitnya mengerikan," kata seorang pengunjuk rasa yang ditahan di provinsi Khorasan Razavi.

"Pelecehan psikologis termasuk ancaman pembunuhan dan ancaman untuk menangkap, menyiksa,membunuh atau melukai anggota keluarga tahanan, termasuk orang tua dan pasangan yang lanjut usia," kata sumber lain kepada Amnesty.

Masih menurut laporan itu, pihak berwenang termasuk interogator Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mencabut perawatan medis tahanan dan obat untuk luka yang diderita selama protes, termasuk akibat tembakan dan pemukulan.

Laporan Amnesty bukanlah pengungkapan pertama pelanggaran hak asasi manusia yang diderita tahanan Iran di tangan para pejabat.

Pada bulan Agustus, sebuah film dokumenter Al Arabiya mengungkapkan kejahatan terhadap wanita yang ditahan di penjara Iran termasuk penyiksaan dan pemerkosaan. Wawancaradengan mantan narapidana merinci penyiksaan brutal, serta perempuan yang belum menikah diperkosa sebelum dieksekusi.

Amnesty mengaku telah menghubungi Presiden Iran Hassan Rouhani dan kepala kehakiman Iran Ebrahim Raisi pada 19 Agustus untuk meminta komentar atas pengungkapan tersebut. Namun, sejauh ini belum ada tanggapan.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1760 seconds (0.1#10.140)