Balas Ukraina, Serangan Rudal Rusia Tewaskan 13 Orang di Zaporizhzhia
loading...
A
A
A
KYIV - Serangan rudal Rusia pada hari Rabu telah menewaskan 13 orang di kota Zaporizhzhia, wilayah Ukraina yang sebagian besar dikuasai Moskow.
Gempuran rudal itu sebagai balasan setelah beberapa jam sebelumnya pesawat nirawak Ukraina menghantam depot minyak yang memasok Angkatan Udara Rusia, ratusan mil di belakang garis depan pertempuran.
Moskow telah meningkatkan serangannya di Ukraina sejak awal musim dingin sebagai pembalasan atas serangan Kyiv ke wilayah Rusia dengan senjata jarak jauh yang dipasok Barat.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pengeboman di Zaporizhzhia adalah serangan kejam dan menyerukan dunia internasional untuk bersatu di sisi Ukraina dengan melawan Rusia untuk mewujudkan perdamaian abadi.
Zelensky mengunggah video yang memperlihatkan beberapa orang tergeletak terluka di jalan, ditutupi puing-puing, dan responden pertama mengangkat korban ke tandu darurat.
"Musuh menghantam lingkungan pemukiman dengan dua bom udara berpemandu. Sejauh ini kami tahu 13 orang tewas," kata Gubernur Zaporizhzhia Ivan Fedorov dalam sebuah video yang dipublikasikan di media lokal.
Sebanyak 29 orang lainnya terluka, imbuh Fedorov.
Dia mengunggah sebuah video yang memperlihatkan kebakaran hebat di sebuah gedung bertingkat, dengan mobil-mobil yang hancur di depannya, dan sebuah foto yang memperlihatkan petugas tanggap darurat membantu seorang warga sipil yang tergeletak di tanah.
Zelensky mengatakan warga sipil menjadi sasaran serangan Rusia dengan sengaja.
"Rusia harus ditekan atas terornya," katanya di media sosial, yang dilansir AFP, Kamis (9/1/2025).
"Tidak ada yang lebih kejam daripada meluncurkan bom udara ke sebuah kota, dengan mengetahui bahwa warga sipil biasa akan menderita,” ujarnya.
Sebelum perang, Zaporizhzhia memiliki populasi sekitar 700.000 jiwa dan terletak sekitar 20 mil dari garis depan di Ukraina selatan.
Rusia menguasai sebagian besar wilayah Zaporizhzhia di sekitarnya dan mengeklaim telah mencaploknya pada tahun 2022.
Rusia telah menuntut agar Ukraina sepenuhnya menarik diri dari Kherson dan Zaporizhzhia di selatan—bersama dengan Donetsk dan Luhansk di timur—sebagai prasyarat untuk setiap perundingan damai.
Gempuran rudal itu sebagai balasan setelah beberapa jam sebelumnya pesawat nirawak Ukraina menghantam depot minyak yang memasok Angkatan Udara Rusia, ratusan mil di belakang garis depan pertempuran.
Moskow telah meningkatkan serangannya di Ukraina sejak awal musim dingin sebagai pembalasan atas serangan Kyiv ke wilayah Rusia dengan senjata jarak jauh yang dipasok Barat.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pengeboman di Zaporizhzhia adalah serangan kejam dan menyerukan dunia internasional untuk bersatu di sisi Ukraina dengan melawan Rusia untuk mewujudkan perdamaian abadi.
Zelensky mengunggah video yang memperlihatkan beberapa orang tergeletak terluka di jalan, ditutupi puing-puing, dan responden pertama mengangkat korban ke tandu darurat.
"Musuh menghantam lingkungan pemukiman dengan dua bom udara berpemandu. Sejauh ini kami tahu 13 orang tewas," kata Gubernur Zaporizhzhia Ivan Fedorov dalam sebuah video yang dipublikasikan di media lokal.
Sebanyak 29 orang lainnya terluka, imbuh Fedorov.
Dia mengunggah sebuah video yang memperlihatkan kebakaran hebat di sebuah gedung bertingkat, dengan mobil-mobil yang hancur di depannya, dan sebuah foto yang memperlihatkan petugas tanggap darurat membantu seorang warga sipil yang tergeletak di tanah.
Zelensky mengatakan warga sipil menjadi sasaran serangan Rusia dengan sengaja.
"Rusia harus ditekan atas terornya," katanya di media sosial, yang dilansir AFP, Kamis (9/1/2025).
"Tidak ada yang lebih kejam daripada meluncurkan bom udara ke sebuah kota, dengan mengetahui bahwa warga sipil biasa akan menderita,” ujarnya.
Sebelum perang, Zaporizhzhia memiliki populasi sekitar 700.000 jiwa dan terletak sekitar 20 mil dari garis depan di Ukraina selatan.
Rusia menguasai sebagian besar wilayah Zaporizhzhia di sekitarnya dan mengeklaim telah mencaploknya pada tahun 2022.
Rusia telah menuntut agar Ukraina sepenuhnya menarik diri dari Kherson dan Zaporizhzhia di selatan—bersama dengan Donetsk dan Luhansk di timur—sebagai prasyarat untuk setiap perundingan damai.
(mas)