Partai Demokrat Berusaha Jadikan Persidangan Pemakzulan Trump Panggung Drama

Minggu, 26 Januari 2020 - 09:00 WIB
Partai Demokrat Berusaha Jadikan Persidangan Pemakzulan Trump Panggung Drama
Partai Demokrat Berusaha Jadikan Persidangan Pemakzulan Trump Panggung Drama
A A A
WASHINGTON - Sejumlah pengamat di Amerika Serikat (AS) menilai, Partai Demokrat sedang berusaha untuk membawa masalah "kolusi Rusia" ke Senat dan mengubah persidangan pemakzulan menjadi kelanjutan dari drama yang dimulai di DPR pada September tahun lalu. Ini dilakukan untuk menganggu langkah Donald Trump dalam pemilihan presiden.

Scott Bennett, seorang analis politik independen AS mengatakan, manajer pemakzulan DPR, Jerold Nadler dan Adam Schiff sekali lagi mengaitkan kasus pemakzulan dengan Rusia, dengan mengutip narasi kolusi, meskipun hasil penyelidikan Penasihat Khusus Robert Mueller tidak menemukan satu pun bukti adanya kolusi tersebut.

Menurut laporan The Washington Times, Schiff berbicara mengenai Rusia dan peretasan dalam pemilihan umum sebelumnya setidaknya 15 kali selama pernyataan pembukaannya.

"Nadler dan Schiff berusaha untuk memakzulkan presiden, karena keinginan Trump untuk membuat Rusia dan AS lebih ramah terhadap satu sama lain," ucap Bennet, seperti dilansir Sputnik.

Pendapat serupa disampaikan Paul Craig Roberts, seorang ekonom AS. Dia mengatakan, persidangan pemakzulan merupakan kelanjutan dari Russiagate.

"Semua ini bermula ketika Trump, selama kampanye untuk presiden, menyatakan bahwa dia akan menormalkan hubungan dengan Rusia. Apa yang terjadi dengan pernyataan itu mengancam anggaran dan kekuatan kompleks keamanan militer AS," ucapnya.

"Anggaran itu sangat besar, USD 1,5 miliar per tahun dan itu memiliki kekuatan yang sangat besar. Jadi ketika Trump mengatakan dia akan menormalkan hubungan dengan Rusia, maka mereka (Partai Demokrat) mengejarnya," sambungnya.

Sementara itu, Michael Shannon, komentator politik dan kolumnis Newsmax dan Cagle Syndicate, menyoroti bahwa sayap kiri di AS telah berusaha untuk menyingkirkan Trump sejak dari hari pertama masa kepresidenannya.

Shannon mengutip pernyataan Hillary Clinton di akun Twitternya, bahwa prioritas utama pihaknya saat ini adalah memastikan Trump tidak akan lagi terpilih sebagai Presiden AS.

"Ini adalah prioritas nomor satu untuk Hillary Clinton dan sayap kiri, yang telah berusaha untuk membatalkan pemilihan sejak Trump juga berangkat. Faktanya, sejak dia diumumkan sebagai pemenang, itu bukan prioritas nomor satu bagi mayoritas orang Amerika dan tentu saja bukan untuk orang-orang yang memilih Trump. Mereka, sebagian besar, cukup senang dengan penampilannya," ujarnya.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5033 seconds (0.1#10.140)