Kisah Penyintas Bom Atom Toshiyuki Mimaki Tangisi Nobel, Anggap Warga Gaza Lebih Layak
loading...
A
A
A
"Saya yakin (pemenang Hadiah Nobel Perdamaian) akan menjadi orang-orang yang bekerja keras di Gaza, seperti yang telah kita lihat," katanya kepada wartawan di Tokyo.
“Di Gaza, anak-anak yang berdarah-darah digendong oleh orang tua mereka. Seperti di Jepang 80 tahun yang lalu,” imbuh Mimaki.
Menanggapi ungkapan itu, Israel marah. Sebagai tanggapan, Duta Besar Israel untuk Jepang Gilad Cohen menyebut perbandingan itu sebagai "keterlaluan dan tidak berdasar".
Dia mengatakan perbandingan tersebut hanya mendistorsi sejarah dan mempermalukan para korban.
Gilad Cohen juga menuding bahwa Gaza sekarang diperintah oleh Hamas, organisasi yang dia sebut “teroris pembunuh” yang melakukan kejahatan perang ganda, termasuk menargetkan warga sipil Israel dan menggunakan rakyatnya sendiri sebagai tameng manusia.
Di sisi lain, Terumi Tanaka, perwakilan yang menyampaikan sambutan penerimaan Hadiah Nobel Perdamaian 2024 atas nama Nihon Hidankyo juga mengemukakan keprihatinan tentang perang yang sedang berlangsung di Palestina.
Dalam pidatonya, Tanaka mengenang “cahaya putih terang” saat jet pengebom Amerika menjatuhkan bom atom di Nagasaki pada 9 Agustus 1945, tiga hari setelah bom pertama dijatuhkan di Hiroshima.
"Banyak orang yang terluka parah atau terbakar, tetapi masih hidup, ditinggalkan begitu saja, tanpa bantuan apa pun. Saya hampir tidak memiliki emosi, entah bagaimana menutup rasa kemanusiaan saya, dan hanya berjalan dengan tegap menuju tujuan saya," katanya.
Itulah kisah Toshiyuki Mimaki menangisi Hadiah Nobel Nobel Perdamaian 2024 untuk para penyintas bom atom Jepang karena merasa warga Gaza lebih layak mendapatkannya.
“Di Gaza, anak-anak yang berdarah-darah digendong oleh orang tua mereka. Seperti di Jepang 80 tahun yang lalu,” imbuh Mimaki.
Menanggapi ungkapan itu, Israel marah. Sebagai tanggapan, Duta Besar Israel untuk Jepang Gilad Cohen menyebut perbandingan itu sebagai "keterlaluan dan tidak berdasar".
Dia mengatakan perbandingan tersebut hanya mendistorsi sejarah dan mempermalukan para korban.
Gilad Cohen juga menuding bahwa Gaza sekarang diperintah oleh Hamas, organisasi yang dia sebut “teroris pembunuh” yang melakukan kejahatan perang ganda, termasuk menargetkan warga sipil Israel dan menggunakan rakyatnya sendiri sebagai tameng manusia.
Di sisi lain, Terumi Tanaka, perwakilan yang menyampaikan sambutan penerimaan Hadiah Nobel Perdamaian 2024 atas nama Nihon Hidankyo juga mengemukakan keprihatinan tentang perang yang sedang berlangsung di Palestina.
Dalam pidatonya, Tanaka mengenang “cahaya putih terang” saat jet pengebom Amerika menjatuhkan bom atom di Nagasaki pada 9 Agustus 1945, tiga hari setelah bom pertama dijatuhkan di Hiroshima.
"Banyak orang yang terluka parah atau terbakar, tetapi masih hidup, ditinggalkan begitu saja, tanpa bantuan apa pun. Saya hampir tidak memiliki emosi, entah bagaimana menutup rasa kemanusiaan saya, dan hanya berjalan dengan tegap menuju tujuan saya," katanya.
Itulah kisah Toshiyuki Mimaki menangisi Hadiah Nobel Nobel Perdamaian 2024 untuk para penyintas bom atom Jepang karena merasa warga Gaza lebih layak mendapatkannya.
(mas)