Pemimpin Tertinggi Druze Suriah Kutuk Invasi Israel
loading...
A
A
A
Menyeimbangkan Kepentingan
Ketika revolusi dan perang saudara Suriah meletus pada tahun 2011, Druze di Sweida dengan hati-hati berusaha menjauhkan diri dari konflik tersebut.
Namun meskipun secara nominal berada di bawah kendali Assad, sejak tahun 2020 warga Suriah di Sweida secara teratur melakukan protes terhadap pemerintahannya.
Hijri adalah pendukung vokal protes tersebut dan karenanya merupakan suara kritis paling senior di wilayah-wilayah negara yang dikuasai pemerintahan Assad. 90% penduduk di provinsi Sweida adalah penganut Druze.
“Penduduk Sweida menderita berbagai pelanggaran berat dan karenanya mereka ingin menekan penguasa. Mereka ingin negara-negara lain melihat Suriah adalah tempat yang baik dan damai,” papar dia.
Setelah Israel merebut kota Hader yang mayoritas penduduknya beragama Druze di provinsi Quneitra awal bulan ini, satu video muncul dari seorang ulama Druze yang berpendapat akan lebih baik jika kota itu dianeksasi Israel daripada diserahkan kepada para pemberontak yang telah merebut Damaskus.
HTS, pasukan pemberontak paling kuat yang dipimpin Sharaa, tumbuh dari faksi yang dulunya merupakan afiliasi al-Qaeda di Suriah.
Para pejuangnya memiliki reputasi sebagai penganut Sunni garis keras, meskipun Sharaa berupaya membangun hubungan dengan Druze di provinsi Idlib utara dalam beberapa tahun terakhir, dengan mengembalikan rumah-rumah yang telah dirampas para pemberontak.
Menteri luar negeri Israel telah menyarankan negaranya menciptakan "aliansi minoritas" dengan Druze di wilayah tersebut.
Di jalan-jalan kota Sweida pada hari Jumat, ratusan orang Druze menyatakan kesetiaan mereka dengan jelas, merayakan revolusi dengan musik dan tarian.
Bendera revolusioner Suriah dikibarkan di samping bendera Druze yang berwarna-warni.