3 Negara yang Kelabakan dengan Keruntuhan Rezim Assad di Suriah, Nomor 2 Pemilik Senjata Nuklir

Selasa, 17 Desember 2024 - 19:15 WIB
loading...
3 Negara yang Kelabakan...
Bashar al-Assad saat masih memimpin Suriah bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto/anadolu
A A A
MOSKOW - Sejumlah negara kelabakan dengan keruntuhan rezim Assad di Suriah. Salah satunya adalah pemilik hulu ledak nuklir terbanyak di dunia, yaitu Rusia.

Kekuasaan 54 tahun keluarga al-Assad di Suriah telah berakhir. Pada awal Desember 2024, rezim Bashar al-Assad lengser usai menghadapi pemberontakan yang dipimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

Terjungkalnya rezim Assad di Suriah disambut baik oleh warga sipil dan sejumlah musuh Damaskus, termasuk Israel. Di sisi lain, ada juga sebagian sekutunya yang dirugikan dengan kondisi tersebut.

Negara yang Kelabakan dengan Keruntuhan Rezim Assad di Suriah

1. Iran


Suriah adalah satu dari sedikit negara Arab yang setidaknya berhubungan baik dengan Iran. Relasi keduanya telah berlangsung selama puluhan tahun dan terus langgeng sampai sekarang.

Pada 1979, hubungan Iran dan Suriah semakin kuat setelah permusuhan bersama terhadap rezim Presiden Irak Saddam Hussein.

Invasi Amerika Serikat pada tahun 2003 juga memberi keduanya alasan lagi untuk saling merapatkan barisan guna menghalangi upaya AS mengganggu stabilitas mereka.

Mengutip Al Jazeera, selama ini Iran sudah banyak membantu Suriah. Saat Arab Spring 2011 misalnya, Teheran mendukung Damaskus termasuk mengirim anggota Hizbullah ke sana untuk berperang atas nama al-Assad.

Iran juga memberikan bantuan keuangan dan pinjaman bernilai miliaran dolar untuk mendukung rezim Suriah.
Saat Assad berada di ambang kehancuran pada 2015, Teheran melangkah lebih jauh dan meminta dukungan Rusia.

Namun, jatuhnya rezim al-Assad akan membuat Iran kehilangan pilar utama dalam sebuah istilah bernama "Bulan Sabit Syiah".

Koridor darat yang digunakannya untuk mempersenjatai Hizbullah dan memproyeksikan pengaruhnya di Lebanon serta seluruh Levant telah terputus.

Alhasil, kekuatan regionalnya semakin berkurang. Belum lagi, ada ancaman dari Israel yang sedang berusaha menguasai perbatasan dengan Suriah untuk meminimalisir serangan Hizbullah ke wilayahnya.

2. Rusia


Hubungan Rusia dan Suriah setidaknya sudah terjalin sejak masih berdirinya Uni Soviet. Saat negara-negara Arab lainnya seperti Mesir mulai menjauh dari orbit Soviet pada 1970-an, rezim Hafez al-Assad di Damaskus tetap menjadi sekutu setia.

Kemesraan Rusia dan Suriah masih berlanjut hingga era Vladimir Putin dan Bashar al-Assad berkuasa di masing-masing negara.

Moskow bahkan membuat peran penting pada perang saudara di Damaskus beberapa tahun lalu yang akhirnya memperlama kekuasaan rezim Assad.

Jatuhnya rezim Assad di Suriah cukup berpengaruh bagi Rusia. Terlebih, Moskow selama ini menganggap pertempuran di Damaskus sebagai bagian dari konfliknya dengan "imperialisme Barat".

Suriah adalah sekutu berharga Rusia di Timur Tengah. Keberadaannya telah menjadi kekuatan tersendiri yang ikut memberikan pengaruh dalam urusan regional di sana, khususnya dalam penyebaran kepentingan negara Barat.

Setelah Assad jatuh, Moskow mungkin masih bisa mempertahankan pangkalan udaranya di Hmeimim dan pangkalan lautnya di Tartous. Akan tetapi, kehadirannya yang berkelanjutan di Suriah tidak dapat dipertahankan.

Keterlibatan negara pemilik hulu ledak nuklir terbanyak di dunia ini juga akan melemah di kawasan Timur Tengah.

Padahal, selama ini mereka memanfaatkan Suriah sebagai cara untuk mengimbangi pengaruh Amerika Serikat di kawasan tersebut.

3. Irak


Berbeda dengan Iran atau Rusia, Irak sebenarnya tidak memiliki hubungan ‘langsung’ dengan rezim Assad di Suriah. Kendati begitu, ternyata Baghdad berpotensi mengalami sejumlah dampak buruk dari pergantian kekuasaan di Damaskus.

Mengutip NationalInterest, jatuhnya rezim Assad dan melemahnya pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah akan berdampak pada Irak yang selama ini sudah rapuh.

Seorang juru bicara pemerintah Irak baru-baru ini mencatat bahwa situasi di Suriah secara langsung terkait dengan keamanan nasional Baghdad. Maka dari itu, pemerintah tidak boleh hanya diam dan harus segera memahami perkembangan di sana.

Salah satu ancaman bisa muncul dari Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang sebelumnya terkait dengan Al-Qaeda.

Meski kelompok itu mengklaim tidak memiliki tujuan memperluas operasi di luar perbatasan Suriah, hanya waktu yang akan membuktikan HTS ini menjadi ancaman langsung bagi pemerintahan Irak.

Selain potensi ancaman dari HTS, situasi di Suriah juga dapat merusak stabilitas Irak. Hal ini termasuk memperburuk ketegangan etnis dan sektarian hingga mengancam keamanan perbatasan.

Itulah beberapa negara yang kelabakan dengan keruntuhan rezim Assad di Suriah.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1191 seconds (0.1#10.140)