Antibodi Buatan, Amunisi Lain Ilmuwan Perangi Covid-19

Selasa, 01 September 2020 - 03:00 WIB
loading...
Antibodi Buatan, Amunisi Lain Ilmuwan Perangi Covid-19
Ilustrasi
A A A
WASHINGTON - Saat dunia menunggu vaksin Covid-19, kemajuan besar berikutnya dalam memerangi pandemi dapat datang dari kelas terapi bioteknologi yang banyak digunakan untuk melawan kanker dan gangguan lainnya. Senjata itu adalah antibodi yang dirancang khusus untuk melawan virus baru yang mematikan ini.

Pengembangan antibodi monoklonal untuk menargetkan virus telah didukung oleh para ilmuwan terkemuka. Anthony Fauci, pakar penyakit menular terkemuka Amerika Serikat (AS), menyebut mereka taruhan yang hampir pasti melawan Covid-19.

(Baca: Vaksin Merah Putih Targetkan Uji Klinis Pertengahan 2021 )

Ketika virus melewati pertahanan awal tubuh, respons yang lebih spesifik muncul, memicu produksi sel yang menargetkan penyerang. Ini termasuk antibodi yang mengenali dan mengunci virus, mencegah penyebaran infeksi.

Antibodi monoklonal, yang ditanam dalam tabung bioreaktor, adalah salinan dari protein yang terbentuk secara alami ini.

Para ilmuwan masih mencari tahu peran pasti dari antibodi penawar dalam pemulihan dari Covid-19. Tetapi, pembuat obat yakin bahwa antibodi atau kombinasi yang tepat dapat mengubah perjalanan penyakit yang telah merenggut lebih dari 600 ribu nyawa di seluruh dunia itu.

"Antibodi dapat memblokir infektivitas. Itu adalah fakta," kata eksekutif Regeneron Pharmaceuticals, Christos Kyratsous seperti dilansir Japan Today.

(Baca: BPOM Ungkap Ada 31 Kandidat Vaksin COVID-19 Masuk Uji Klinis )

Regeneron sedang menguji campuran dua antibodi, yang diyakini membatasi kemampuan virus 'untuk melarikan diri lebih baik dari satu, dengan data tentang kemanjurannya diharapkan pada akhir musim panas atau awal musim gugur. "Perlindungan akan berkurang seiring waktu. Dosis adalah sesuatu yang belum kami ketahui," kata Kyratsous.

Pemerintah AS pada bulan Juni memberikan kontrak pasokan senilai USD 450 juta kepada Regeneron. Perusahaan tersebut mengatakan dapat segera memulai produksi di pabriknya di AS jika regulator menyetujui perlakuan tersebut.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1194 seconds (0.1#10.140)