China Jadi Raja Gedung Pencakar Langit di Dunia

Senin, 16 Desember 2019 - 11:02 WIB
China Jadi Raja Gedung Pencakar Langit di Dunia
China Jadi Raja Gedung Pencakar Langit di Dunia
A A A
BEIJING - China memang sedang menjadi negara yang terus membangun di segala sektor, termasuk gedung pencakar langit. China menjadi raja gedung pencakar langit di dunia mengalahkan negara-negara Barat.

Selama ini, banyaknya gedung pencakar langit tetap menjadi simbol kemajuan pembangunan ekonomi suatu negara. China membuktikan kepada dunia internasional bahwa perekonomian dan masa depan mereka semakin kuat dengan membangun banyak gedung pencakar langit.

Selama 2019, China menyelesaikan pembangunan 57 gedung pencakar langit. Itu mengalami penurunan dibandingkan 2018, ketika 92 gedung pencakar langsit dibangun di China. Gedung pencakar langit merupakan gedung yang memiliki ketinggian 200 meter.

Kota Shenzhen di China menjadi juara dunia karena mampu memecahkan rekor keempat kalinya secara berturut-turut. "Sebanyak 15 gedung pencakar langit atau 11,9% dari pembangunan gedung pencakar langit secara global,"demikian laporan Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH) pada 2019. Peringkat kedua adalah Dubai yang mampu menyelesaikan pembangunan sembilan gedung pencakar.

Tampilnya China yang selalu menjadi juara dalam pembangunan gedung pencakar langit diperngaruh oleh iklim ekonomi dan politik di negara tersebut. Penurunan pembangunan gedung pencakar langit karena berkaitan dengan proyek tersebut sebagai penyumbang polusi udara di negara tersebut.

“Sepanjang tahun 2019, semua orang berbicara mengenai awan badai (polusi) yang terbentuk di Asia, khusus di China,” kata Pemimpin Redaksi CTBUH Daniel Safarik, dilansir CNN. “Beberapa tahun lalu, kita mulai melihat banyak proyek yang dibatalkan,” ujarnya. Tren lain dalam industri properti, menurut Safarik, semakin banyak proyek yang dibangun, maka hutang pun semakin menumpuk sehingga banyak pengusaha memilih menahan diri.

Selain itu, penurunan pembangunan gedung di China juga karena tingkat ketersediaan kantor di rata-rata gedung semakin menurun. Misalnya, di kota Tianjing yang memiliki Tianjin CTF Finance Center, gedung tertinggi ke delapan di dunia dengan 530 meter, hanya 44% dari gedung tersebut yang digunakan untuk perkantoran.

“Banyak variasi tingkat keterpenuhan kantor di gedung-gedung pencakar langit di China,” ungkap Ada Choi, peneliti firma investasi dan properti CBRE. Penurunan pembangunan gedung pencakar langit di China memang telah menurun dalam empat tahun terakhir.

Selain itu, penurunan penggunaan kantor di gedung pencakar langit juga berkaitan dengan perilaku bisnis yang sudah berubah. Menurut Safarik, banyak perusahaan tidak lagi memilih menggunakan kantor di gedung pencakar langit. “Banyak kantor memilih memindahkan kantor ke kota kecil dan menyebar investasinya ke wilayah lain yang menjauhi wilayah kota besar,” papar Safarik.

Selain itu, faktor politik juga berpengaruh. Presiden China Xi Jinping menyatakan pemerintah memberikan perhatian penting untuk mengakhiri gedung yang aneh, besar, dan kebarat-baratan. “Mungkin banyak yang mengatakan ayolah bangun gedung yang relatif pendek,” ungkap Safarik. Faktanya, kebanyakan gedung pencakar langit di China dibangun dan dikembangkan oleh perusahaan milik negara.

Hanya saja, tahun ini China menyelesaikan pembangunan gedung pencakar langit empat kali lebih banyak dibandingkan Amerika Serikat (AS). New York hanya memiliki delapan gedung pencakar langit. Bagaimana dengan negara lain? Ketika China dan AS mengalami penurunan, banyak kota lain yang menunjukkan peningkatan.

Di benu Afrika, gedung pencakar langsit Leonardo setinggi 228 meter di Johannesburg, Afrika Selatan, dan Masjid Agung Aljazair dengan minaret setinggi 265 meter. Untuk Eropa berhasil menyelesaikan Lakhta Center di St Petersburg dan Infinity Coast Tower yang sama-sama setinggi 235 meter.

Pembangunan gedung pencakar langit juga berkaitan dengan risiko tentang penggunaannya. “Terjadinya benturan ketika gedung pencakar langit dijadikan apartemen, hotel atau pun perkantoran,” kata Safarik. Dia mengungkapkan, ekonomi gedung setinggi 200 meter masih terus diperhitungkan.

Skybridge menjadi salah satu gedung pencakar langit di beberapa kota. Raffles City Chongqing, China, proyek delapan gedung pencakar langit di dekat Sungai Yangtze dan Jialing, dihubungan dengan hembatan. Gedung tersebut juga memiliki kolam renang, kebun, restoran, dan kawasan observatorium.

Selain itu, Sky Suites @KLCC di Kuala Lumpur, Malaysia juga memiliki skybridge tiga tingkat yang menghubungkan tiga apartemen. Kemudian, Golden Eagle Tiandi di Nanjing, China, juga memiliki skybridge yang menghubungkan tiga menara. Gedung tersebut menyediakan hotel dan perkantoran dengan jaminan kuat terhadap badai dan gempa bumi.

Tren lain adalah pembangunan berorientasi pada transit. Itu ditunjukkan dengan gedung Huide Tower yang terhubung dengan stasiun utara Shenzhen yakni stasiun kereta cepat yang menghubungkan Hong Kong dan China Daratan. Sebelumnya, Ping An Finance Center juga terhubung dengan stasiun.

Di New York, stasiun Pennsylvania yang dikenal sebagai pusat transit menginspirasi gedung di sekitarnya membangun gedung berorientasi pada pendukung transportasi publik. Gedung seperti One Manhattan West juga terhubung sekitar 200 meter dengan stasiun kereta bawah tanah.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3447 seconds (0.1#10.140)