Kelompok Milisi Irak Ancam Serang Uni Emirat Arab karena Dianggap Sekutu Israel
loading...
A
A
A
BAGHDAD - Kelompok milisi Irak, Kata'ib Sayyid al-Shuhada, mengancam akan menyerang Uni Emirat Arab (UEA) jika perang regional pecah. Alasannya, negara Teluk tersebut dianggap sebagai sekutu Zionis Israel.
Ancaman muncul sejak Israel mengintensifkan serangannya terhadap Lebanon dengan dalih memerangi Hizbullah. Agresi Zionis selama sepekan terakhir tersebut telah menewaskan lebih dari 700 orang, termasuk pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, dan melukai lebih dari 6.000 orang lainnya.
Pemimpin Kataib Sayyid al-Shuhada, Abu Alaa al-Walaei, mengatakan UEA akan menjadi target pertama jika perang regional pecah.
"Serangan semacam itu akan sangat mudah bagi rudal dan pesawat nirawak Perlawanan Islam di Irak," katanya, merujuk pada julukan untuk kelompoknya.
Menurutnya, rudal dan pesawat nirawak Kataib Sayyid al-Shuhada mampu mencapai kedalaman Israel serta "lokasi alternatif" di Timur Tengah, mengacu pada sekutu-sekutu Zionis di wilayah tersebut.
Kelompok milisi itu telah melakukan serangan di beberapa wilayah Israel sejak perang di Gaza dimulai 7 Oktober 2023 dan setelah serangan Israel terhadap Lebanon meningkat sepekan terakhir.
UEA diketahui telah menormalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 2020 di bawah Perjanjian Abraham yang kontroversial yang ditengahi Amerika Serikat.
Sebelumnya, Kata'ib Sayyid al-Shuhada atau Kata'ib Hizbullah Irak juga berjanji untuk mengirim 100.000 milisinya ke Lebanon untuk mendukung Hizbullah Lebanon melawan serangan Israel.
Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah (jauh hari sebelum serangan Israel menewaskan Nasrallah), al-Walai mengatakan bahwa dia siap untuk mengerahkan pasukan untuk mendukung kelompok Lebanon tersebut.
"Nasrallah pernah mengatakan kepada saya bahwa Irak adalah sumber kekuatan terbesar dan urat nadi perlawanan yang vital," katanya.
Dia mengatakan para milisinya "menunggu sinyal" untuk bertindak. "Setelah itu banjir manusia akan membanjiri perbatasan dan parit Lebanon," paparnya.
"Jika Hizbullah telah kehilangan seribu martir, maka kami akan membantunya dengan 100.000 pahlawan," paparnya, seperti dikutip dari The New Arab, Senin (30/9/2024).
Ancaman muncul sejak Israel mengintensifkan serangannya terhadap Lebanon dengan dalih memerangi Hizbullah. Agresi Zionis selama sepekan terakhir tersebut telah menewaskan lebih dari 700 orang, termasuk pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, dan melukai lebih dari 6.000 orang lainnya.
Pemimpin Kataib Sayyid al-Shuhada, Abu Alaa al-Walaei, mengatakan UEA akan menjadi target pertama jika perang regional pecah.
"Serangan semacam itu akan sangat mudah bagi rudal dan pesawat nirawak Perlawanan Islam di Irak," katanya, merujuk pada julukan untuk kelompoknya.
Menurutnya, rudal dan pesawat nirawak Kataib Sayyid al-Shuhada mampu mencapai kedalaman Israel serta "lokasi alternatif" di Timur Tengah, mengacu pada sekutu-sekutu Zionis di wilayah tersebut.
Kelompok milisi itu telah melakukan serangan di beberapa wilayah Israel sejak perang di Gaza dimulai 7 Oktober 2023 dan setelah serangan Israel terhadap Lebanon meningkat sepekan terakhir.
UEA diketahui telah menormalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 2020 di bawah Perjanjian Abraham yang kontroversial yang ditengahi Amerika Serikat.
Sebelumnya, Kata'ib Sayyid al-Shuhada atau Kata'ib Hizbullah Irak juga berjanji untuk mengirim 100.000 milisinya ke Lebanon untuk mendukung Hizbullah Lebanon melawan serangan Israel.
Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah (jauh hari sebelum serangan Israel menewaskan Nasrallah), al-Walai mengatakan bahwa dia siap untuk mengerahkan pasukan untuk mendukung kelompok Lebanon tersebut.
"Nasrallah pernah mengatakan kepada saya bahwa Irak adalah sumber kekuatan terbesar dan urat nadi perlawanan yang vital," katanya.
Dia mengatakan para milisinya "menunggu sinyal" untuk bertindak. "Setelah itu banjir manusia akan membanjiri perbatasan dan parit Lebanon," paparnya.
"Jika Hizbullah telah kehilangan seribu martir, maka kami akan membantunya dengan 100.000 pahlawan," paparnya, seperti dikutip dari The New Arab, Senin (30/9/2024).
(mas)