Warga Sri Lanka Pilih Pemimpin Baru untuk Atasi Krisis Ekonomi dan Politik

Sabtu, 21 September 2024 - 11:37 WIB
loading...
Warga Sri Lanka Pilih...
Warga Sri Lanka memilih pemimpin baru pada pemilu presiden. Foto/AP
A A A
COLOMBO - Warga Sri Lanka mulai memberikan suara pada Sabtu dalam pemilihan presiden yang akan menentukan arah pemulihan negara itu dari krisis ekonomi terburuk dan pergolakan politik yang diakibatkannya.

Pemilihan tersebut, yang diikuti oleh 38 kandidat, sebagian besar merupakan persaingan tiga arah antara Presiden liberal petahana Ranil Wickremesinghe, anggota parlemen yang condong ke Marxis Anura Kumara Dissanayake, dan pemimpin oposisi Sajith Premadasa.

Ada 17 juta pemilih yang memenuhi syarat, dan hasil akhir diharapkan akan diumumkan pada hari Minggu.

Hasilnya akan menunjukkan apakah warga Sri Lanka menyetujui kepemimpinan Wickremesinghe atas pemulihan negara yang rapuh, termasuk merestrukturisasi utangnya di bawah program Dana Moneter Internasional setelah gagal bayar pada tahun 2022.

Pemerintah mengumumkan pada hari Kamis bahwa mereka telah melewati rintangan terakhir dalam restrukturisasi utang dengan mencapai kesepakatan pada prinsipnya dengan pemegang obligasi swasta.

Utang lokal dan luar negeri Sri Lanka berjumlah USD83 miliar pada saat gagal bayar, dan pemerintah mengatakan sekarang telah merestrukturisasi lebih dari USD17 miliar.



Meskipun ada peningkatan signifikan dalam angka-angka ekonomi utama, warga Sri Lanka berjuang di bawah pajak dan biaya hidup yang tinggi.

Baik Premadasa maupun Dissanayake mengatakan mereka akan merundingkan kembali kesepakatan IMF untuk membuat langkah-langkah penghematan lebih dapat ditanggung. Wickremesinghe telah memperingatkan bahwa setiap langkah untuk mengubah dasar-dasar perjanjian dapat menunda pencairan tahap keempat dari hampir USD3 miliar bantuan yang dijanjikan oleh IMF yang penting untuk menjaga stabilitas.

Krisis ekonomi Sri Lanka sebagian besar disebabkan oleh pinjaman yang berlebihan pada proyek-proyek yang tidak menghasilkan pendapatan. Dampak pandemi COVID-19 dan desakan pemerintah untuk menggunakan cadangan devisa yang langka guna menopang mata uang rupee, turut menyebabkan jatuhnya perekonomian.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2433 seconds (0.1#10.140)