Ledakan Perangkat Elektronik di Lebanon Jadi Sinyal Perang Dunia III Pakai Senjata Tradisional? Ini Penjelasannya
loading...
A
A
A
BEIRUT - Ledakan perangkat elektronik di Lebanon menjadi perhatian dunia belakangan ini. Setelah serangkaian pager meledak pada Selasa, giliran ribuan walkie-talkie milik anggota Hizbullah yang diledakan pada Rabu (18/9/2024).
Meski belum ada yang mengklaim bertanggung jawab, tidak ada keraguan bagi Hizbullah bahwa operasi itu sangat khas dari badan intelijen Israel, Mossad. Maka dari itu, mereka pun bersiap memasuki fase baru dalam konfliknya dengan negara Zionis tersebut.
Berkaca pada kondisi di Lebanon, ada satu fakta menarik yang bisa diketahui. Perangkat canggih seperti apa pun memang punya kelebihan, tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya bebas dari kekurangan.
Sekilas, pager dan walkie-talkie terbilang sebagai perangkat jadul di era modern ini. Namun, tentu tidak ada yang menyangka bahwa perangkat seperti itu juga berpotensi disabotase dan menjadi masalah bagi penggunanya.
Sebelumnya, Hizbullah disebutkan memakai pager dan walkie-talkie sebagai alat komunikasi para anggotanya.
Meski jadul, alasannya jelas karena mereka ingin menghindari peretasan atau pelacakan yang mungkin dilakukan musuh terhadap perangkat modern seperti smartphone.
Masalahnya, musuh-musuh Hizbullah juga sudah mengantisipasi hal tersebut. Meski belum bisa dipastikan secara gamblang, penjelasan yang paling mungkin terkait insiden meledaknya pager dan walkie-talkie di Lebanon adalah karena sabotase di beberapa titik dalam rantai pasokan.
Mengutip Dw, Dinas keamanan Lebanon menyebut sekitar 5.000 pager AR-924 kemungkinan telah dipasangi bahan peledak sebelum dikirim.
Pernyataan tersebut ditanggapi sebagai hal masuk akal oleh Lawrence, seorang mantan Perwira Teknis Amunisi di Angkatan Darat Inggris.
Menurutnya, pager memang bisa dimodifikasi secara khusus dan diisi dengan bahan peledak. Perancangnya sendiri cukup menambahkan sejenis alat pemicu yang dihubungkan ke sumber aktivasinya.
"Yang pasti ada bahan peledak yang dimasukkan ke dalamnya, dan semacam alat pemicu yang kemudian dihubungkan ke aktivasi pager itu sendiri," ungkap Lawrence, dikutip Jumat (20/9/2024).
Kejadian mengejutkan baru-baru ini di Lebanon secara tidak langsung akan membuat banyak pihak di dunia menjadi lebih waspada dengan teknologi.
Hal ini termasuk dalam penggunaannya di perangkat militer canggih semacam rudal hingga akses senjata nuklir.
Sejalan dengan hal tersebut, negara-negara di dunia mungkin akan mengevaluasi penggunaan teknologi canggih dalam perangkat militernya.
Alasannya karena bisa saja ketika dipakai untuk perang, senjatanya itu diretas atau disabotase dan menjadi ‘pedang bermata dua’.
Spekulasi liarnya, mereka akan beralih menuju senjata-senjata tradisional untuk menutupi kemungkinan peretasan atau sabotase terhadap perangkat militer canggihnya.
Dalam hal ini, mereka tidak akan mengambil risiko besar mengingat perangkat jadul seperti pager saja bisa disabotase, apalagi perangkat modern dan canggih seperti senjata nuklir.
Demikian ulasan mengenai dampak ledakan perangkat elektronik di Lebanon yang menjadi sinyal Perang Dunia III menggunakan senjata tradisional.
Meski belum ada yang mengklaim bertanggung jawab, tidak ada keraguan bagi Hizbullah bahwa operasi itu sangat khas dari badan intelijen Israel, Mossad. Maka dari itu, mereka pun bersiap memasuki fase baru dalam konfliknya dengan negara Zionis tersebut.
Berkaca pada kondisi di Lebanon, ada satu fakta menarik yang bisa diketahui. Perangkat canggih seperti apa pun memang punya kelebihan, tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya bebas dari kekurangan.
Sekilas, pager dan walkie-talkie terbilang sebagai perangkat jadul di era modern ini. Namun, tentu tidak ada yang menyangka bahwa perangkat seperti itu juga berpotensi disabotase dan menjadi masalah bagi penggunanya.
Ledakan Perangkat Elektronik di Lebanon Sinyal Perang Dunia III Pakai Senjata Tradisional
Sebelumnya, Hizbullah disebutkan memakai pager dan walkie-talkie sebagai alat komunikasi para anggotanya.
Meski jadul, alasannya jelas karena mereka ingin menghindari peretasan atau pelacakan yang mungkin dilakukan musuh terhadap perangkat modern seperti smartphone.
Masalahnya, musuh-musuh Hizbullah juga sudah mengantisipasi hal tersebut. Meski belum bisa dipastikan secara gamblang, penjelasan yang paling mungkin terkait insiden meledaknya pager dan walkie-talkie di Lebanon adalah karena sabotase di beberapa titik dalam rantai pasokan.
Mengutip Dw, Dinas keamanan Lebanon menyebut sekitar 5.000 pager AR-924 kemungkinan telah dipasangi bahan peledak sebelum dikirim.
Pernyataan tersebut ditanggapi sebagai hal masuk akal oleh Lawrence, seorang mantan Perwira Teknis Amunisi di Angkatan Darat Inggris.
Menurutnya, pager memang bisa dimodifikasi secara khusus dan diisi dengan bahan peledak. Perancangnya sendiri cukup menambahkan sejenis alat pemicu yang dihubungkan ke sumber aktivasinya.
"Yang pasti ada bahan peledak yang dimasukkan ke dalamnya, dan semacam alat pemicu yang kemudian dihubungkan ke aktivasi pager itu sendiri," ungkap Lawrence, dikutip Jumat (20/9/2024).
Kejadian mengejutkan baru-baru ini di Lebanon secara tidak langsung akan membuat banyak pihak di dunia menjadi lebih waspada dengan teknologi.
Hal ini termasuk dalam penggunaannya di perangkat militer canggih semacam rudal hingga akses senjata nuklir.
Sejalan dengan hal tersebut, negara-negara di dunia mungkin akan mengevaluasi penggunaan teknologi canggih dalam perangkat militernya.
Alasannya karena bisa saja ketika dipakai untuk perang, senjatanya itu diretas atau disabotase dan menjadi ‘pedang bermata dua’.
Spekulasi liarnya, mereka akan beralih menuju senjata-senjata tradisional untuk menutupi kemungkinan peretasan atau sabotase terhadap perangkat militer canggihnya.
Dalam hal ini, mereka tidak akan mengambil risiko besar mengingat perangkat jadul seperti pager saja bisa disabotase, apalagi perangkat modern dan canggih seperti senjata nuklir.
Demikian ulasan mengenai dampak ledakan perangkat elektronik di Lebanon yang menjadi sinyal Perang Dunia III menggunakan senjata tradisional.
(sya)