Apakah Perang Dunia III Akan Terjadi di Timur Tengah?

Senin, 16 September 2024 - 12:27 WIB
loading...
A A A


Tak hanya Houthi dan Hizbullah, Iran juga nyaris terseret dalam perang tersebut setelah pemimpin Hamas Ismail Haniyeh tewas dibunuh di Teheran pada akhir Juli, di mana Teheran dan Hamas menuduh Israel sebagai pelaku pembunuhan. Israel tidak mengaku maupun menyangkal keterlibatannya dalam pembunuhan Haniyeh di Teheran.

Iran sejak itu bersumpah akan menyerang Israel sebagai balas dendam—ancaman yang tak kunjung dilaksanakan hingga sekarang.

Ancaman Teheran itulah yang memaksa Amerika semakin menambah pengerahan aset tempur ke Timur Tengah—mencakup kapal induk, kapal selam nuklir dengan rudal Tomahawk, hingga jet tempur siluman F-22 Raptor dan F-35 Lightning II.

Potensi Perang Dunia III


Jika ketegangan antara Israel dan Iran berkembang menjadi aksi militer yang melibatkan kekuatan besar lainnya, seperti Amerika Serikat atau Rusia—dipandang banyak pihak cenderung pro-Iran—, risiko eskalasi bisa meningkat.

Menurut Michael Kofman, seorang pakar tentang Rusia di Center for Naval Analyses (CAN), "Jika Iran memutuskan untuk meningkatkan agresi atau jika Israel melakukan serangan besar terhadap fasilitas nuklir Iran, ada risiko terjadinya reaksi berantai yang dapat melibatkan kekuatan global."

Kendati demikian, kemungkinan keterlibatan Rusia sangat kecil. Sebab, Moskow masih disibukkan dengan perangnya sendiri di Ukraina.

Kekuatan lain, seperti China juga sangat kecil untuk bersedia terlibat. Beijing disibukkan oleh urusannya sendiri seperti masalah Taiwan dan krisis Laut China Selatan. Begitu juga dengan Korea Utara, juga memilih fokus pada perseteruannya dengan Amerika Serikat dan sekutu regionalnya di Semenanjung Korea.

Kekuatan regional Timur Tengah, yakni negara-negara Arab lebih menyerukan pengekangan diri Iran dan Israel—alih-alih bersedia terseret dalam konflik. Negara-negara Arab, terutama Arab Saudi dan Yordania, telah melarang wilayah udara mereka dijadikan area tempur antara Iran dan Israel.

Meski banyak negara menginginkan de-eskalasi, pakar mengkhawatirkan proliferasi senjata dan teknologi, termasuk senjata nuklir dan sistem peluru kendali, justru dapat meningkatkan ketegangan yang mengarah pada perang global.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1458 seconds (0.1#10.140)