Apakah Perang Dunia III Akan Terjadi di Timur Tengah?

Senin, 16 September 2024 - 12:27 WIB
loading...
Apakah Perang Dunia...
Timur Tengah berpotensi menjadi medan tempur Perang Dunia III jika perseteruan Iran dan Israel tak terkendali. Foto/MC2 Ikia Walker/US Navy
A A A
JAKARTA - Apakah Perang Dunia III akan terjadi di Timur Tengah? Potensi yang mengarah ke konflik global semacam itu ada, namun tidak bisa diprediksi kapan terjadi.

Perang Gaza saat ini antara Hamas dan Israel pecah sejak 7 Oktober 2023, dimulai oleh serangan Hamas ke Israel selatan dan berlanjut dengan invasi brutal Zionis ke wilayah kantong Palestina. Lebih dari 40.000 warga Palestina tewas di Gaza sejak invasi brutal Zionis dimulai.

Perang tersebut memicu solidaritas Iran dan kelompok proksinya, termasuk Hizbullah Lebanon dan Houthi Yaman, pada Hamas. Sebaliknya, Israel juga disokong Amerika Serikat dan sekutunya dengan pengerahan aset tempur besar-besaran ke Timur Tengah dan sekitarnya—sebuah eskalasi yang bisa memicu perang global.



Analisa Potensi Perang Dunia III di Timur Tengah

Perang Gaza hingga Seteru Iran-Israel


Perang Gaza antara Israel dan Hamas merupakan salah satu titik api utama di Timur Tengah. Perlawanan kelompok milisi Palestina yang tidak ada kata menyerah dan respons brutal militer Zionis sudah menyebabkan kerusakan dan korban jiwa yang signifikan.
"Konflik Gaza adalah manifestasi dari ketegangan yang lebih luas di Timur Tengah, tetapi pada saat yang sama, ini adalah konflik yang sangat terlokalisasi,” kata Yezid Sayigh, seorang peneliti senior di Carnegie Middle East Center.

Penderitaan rakyat Palestina di Gaza sudah memantik solidaritas dari Hizbullah Lebanon dan Houthi Yaman dengan mencoba membuka front baru melawan Israel.

Hizbullah sudah terlibat baku tembak dengan militer Zionis di perbatasan Israel-Lebanon. Korban jiwa dari kedua pihak sudah berjatuhan.

Sedangkan Houthi telah membuat bangkrut salah satu pelabuhan utama Israel dengan menyerang kapal-kapal Israel maupun kapal asing yang hendak menuju pelabuhan Israel.

Serangan Houthi yang nyaris tiada henti terjadi di Laut Merah dan sekitarnya. Aksi mereka telah memaksa Amerika Serikat dan Inggris—sekutu utama Israel—mengerahkan aset-aset tempur utama termasuk kapal induk.



Tak hanya Houthi dan Hizbullah, Iran juga nyaris terseret dalam perang tersebut setelah pemimpin Hamas Ismail Haniyeh tewas dibunuh di Teheran pada akhir Juli, di mana Teheran dan Hamas menuduh Israel sebagai pelaku pembunuhan. Israel tidak mengaku maupun menyangkal keterlibatannya dalam pembunuhan Haniyeh di Teheran.

Iran sejak itu bersumpah akan menyerang Israel sebagai balas dendam—ancaman yang tak kunjung dilaksanakan hingga sekarang.

Ancaman Teheran itulah yang memaksa Amerika semakin menambah pengerahan aset tempur ke Timur Tengah—mencakup kapal induk, kapal selam nuklir dengan rudal Tomahawk, hingga jet tempur siluman F-22 Raptor dan F-35 Lightning II.

Potensi Perang Dunia III


Jika ketegangan antara Israel dan Iran berkembang menjadi aksi militer yang melibatkan kekuatan besar lainnya, seperti Amerika Serikat atau Rusia—dipandang banyak pihak cenderung pro-Iran—, risiko eskalasi bisa meningkat.

Menurut Michael Kofman, seorang pakar tentang Rusia di Center for Naval Analyses (CAN), "Jika Iran memutuskan untuk meningkatkan agresi atau jika Israel melakukan serangan besar terhadap fasilitas nuklir Iran, ada risiko terjadinya reaksi berantai yang dapat melibatkan kekuatan global."

Kendati demikian, kemungkinan keterlibatan Rusia sangat kecil. Sebab, Moskow masih disibukkan dengan perangnya sendiri di Ukraina.

Kekuatan lain, seperti China juga sangat kecil untuk bersedia terlibat. Beijing disibukkan oleh urusannya sendiri seperti masalah Taiwan dan krisis Laut China Selatan. Begitu juga dengan Korea Utara, juga memilih fokus pada perseteruannya dengan Amerika Serikat dan sekutu regionalnya di Semenanjung Korea.

Kekuatan regional Timur Tengah, yakni negara-negara Arab lebih menyerukan pengekangan diri Iran dan Israel—alih-alih bersedia terseret dalam konflik. Negara-negara Arab, terutama Arab Saudi dan Yordania, telah melarang wilayah udara mereka dijadikan area tempur antara Iran dan Israel.

Meski banyak negara menginginkan de-eskalasi, pakar mengkhawatirkan proliferasi senjata dan teknologi, termasuk senjata nuklir dan sistem peluru kendali, justru dapat meningkatkan ketegangan yang mengarah pada perang global.

"Semakin banyak negara yang memiliki akses ke teknologi militer canggih, semakin tinggi risiko terjadinya konflik berskala besar," kata James Hamilton, seorang ekonom energi di University of California.

Iran sejauh ini berkomitmen untuk tidak membuat senjata nuklir, namun beberapa pejabat Teheran mengisyaratkan kebijakan negara Islam itu bisa berubah jika eksistensinya terancam oleh Israel.

Faktor Pencegah Perang Dunia III


Diplomasi internasional berperan penting dalam mengelola ketegangan dan mencegah eskalasi konflik.

Banyak negara dan organisasi internasional, seperti PBB dan Uni Eropa, aktif terlibat dalam upaya mediasi dan penyelesaian konflik.

"Meskipun konflik lokal bisa intens, komunitas internasional memiliki berbagai mekanisme untuk mencegah terjadinya konflik berskala besar," kata Richard Haass, Presiden Council on Foreign Relations.

Kemajuan teknologi pertahanan dan sistem deteksi dini juga membantu mencegah konflik berskala besar.

"Teknologi pertahanan modern dan sistem pertahanan rudal seperti Iron Dome Israel berfungsi untuk mencegah dampak dari serangan yang bisa memperburuk situasi," ujar Michael O'Hanlon, seorang analis di Brookings Institution.

Pakar lain mengatakan kesadaran global akan potensi bencana besar yang disebabkan oleh Perang Dunia III juga bertindak sebagai pencegah.

“Semua pihak besar memahami bahwa terlibat dalam konflik global akan membawa konsekuensi yang sangat serius, baik secara ekonomi maupun kemanusiaan," kata Anne-Marie Slaughter, mantan Direktur Perencanaan Kebijakan di Departemen Luar Negeri AS.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1291 seconds (0.1#10.140)