Inggris dan AS Ketir-ketir Rusia-Iran Barter Rahasia Nuklir dengan Pasokan Rudal

Minggu, 15 September 2024 - 11:52 WIB
loading...
A A A
Iran merespons langkah Trump itu dengan melanggar batasan yang disepakati mengenai jumlah uranium yang diperkaya yang dapat ditampungnya.

Kekhawatiran Barat bahwa Iran hampir dapat membuat senjata nuklir telah beredar selama berbulan-bulan, yang berkontribusi terhadap ketegangan di Timur Tengah, yang sudah mencapai puncaknya karena serangan Israel yang terus berlanjut terhadap Gaza.



Iran dan proksinya di Lebanon, Hizbullah, adalah pendukung Hamas—dan oleh karena itu pengembangan nuklir Teheran dipandang sebagai ancaman langsung oleh Israel.

Segera setelah Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina, Iran mulai memasok pesawat nirawak bersayap delta Shahed ke Moskow dan membantu Rusia membangun pabrik untuk membuat lebih banyak lagi pesawat nirawak untuk mengebom target-target di seluruh Ukraina.

Pada bulan April tahun ini, Iran meluncurkan serangan rudal dan pesawat nirawak ala Rusia yang ditujukan ke Israel, meskipun pada dasarnya serangan itu dicegah dan dihentikan dengan bantuan AS dan Inggris.

Rusia dan Iran, meskipun secara historis bukan sekutu, telah semakin bersatu dalam penentangan mereka terhadap Barat, bagian dari "poros pergolakan" yang lebih luas yang juga mencakup China dan Korea Utara dalam berbagai tingkatan, yang mencerminkan kembalinya era persaingan negara yang mengingatkan pada Perang Dingin.

Minggu lalu di London, Blinken mengatakan bahwa intelijen AS telah menyimpulkan bahwa gelombang pertama rudal balistik Fath-360 Iran berkecepatan tinggi, dengan jangkauan hingga 75 mil (120 km), telah dikirim ke Rusia.

Mampu menyerang kota-kota garis depan Ukraina yang telah dibombardir, rudal-rudal itu mendorong penilaian ulang yang dramatis dalam pemikiran barat serta sanksi ekonomi baru.

Starmer terbang ke Washington pada Kamis malam untuk mengadakan pertemuan puncak kebijakan luar negeri khusus dengan Biden di Gedung Putih pada Jumat, dimulai dengan pertemuan singkat “one on one” di Oval Office diikuti dengan pertemuan selama 70 menit dengan tim kebijakan luar negeri teratas kedua belah pihak di Blue Room.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1144 seconds (0.1#10.140)