Pasukan Israel Mundur dari Jenin, Serang Wilayah Tepi Barat Lainnya
loading...
A
A
A
JENIN - Militer Israel telah mundur dari kota Jenin di Tepi Barat dan kamp pengungsinya setelah serangan militer yang menewaskan banyak orang dan menghancurkan infrastruktur penting.
Kantor berita Palestina Wafa mengonfirmasi pada Jumat (6/9/2024) bahwa pasukan Israel telah mundur dari kota tersebut setelah pengepungan selama 10 hari, tetapi penduduk khawatir tentara akan kembali setelah pindah sementara ke pos pemeriksaan militer di sekitarnya.
Sebanyak 21 warga Palestina, termasuk anak-anak dan orang tua, telah tewas di Jenin selama beberapa hari terakhir, menurut Kementerian Kesehatan Palestina pada Jumat, dan 130 orang lainnya terluka.
Militer Israel mengatakan pada Jumat bahwa pasukannya telah "melakukan aktivitas kontraterorisme di wilayah Jenin", tanpa mengonfirmasi penarikan tersebut.
Dalam pernyataan tertulisnya, disebutkan mereka telah menewaskan 14 orang dan menangkap lebih dari 30 "tersangka" di Jenin selama pengepungan tersebut.
Militer Israel mengklaim menghancurkan sekitar 30 bahan peledak, serta gudang senjata bawah tanah yang terletak di bawah satu masjid dan satu laboratorium untuk produksi bahan peledak.
Militer Israel melancarkan serangan di wilayah utara Tepi Barat pada tanggal 28 Agustus yang menargetkan Jenin dan Tulkarem di antara wilayah lainnya dalam serangan terbesarnya di wilayah yang diduduki tersebut sejak Intifada kedua pada awal tahun 2000-an.
"Warga Palestina di Jenin akhirnya dapat keluar dari rumah mereka dan melihat serta menilai tingkat kerusakan, sementara mereka yang harus meninggalkan kota akhirnya kembali," ujar jurnalis Leila Warah, yang melaporkan dari Ramallah.
Dia mencatat militer Israel masih hadir di wilayah lain di Tepi Barat, dengan serangan di kamp pengungsi Nablus dan Balata serta penggerebekan di wilayah Betlehem, Hebron, dan Ramallah.
Warga Jenin memanfaatkan jeda kekerasan itu untuk mencari-cari di antara puing-puing bangunan yang hancur dan mendata kerusakannya.
Wafa melaporkan pos pemeriksaan militer di sekitar Jenin tetap aktif, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan serangan di masa mendatang.
Sebelum penarikan pasukan yang dilaporkan, lima warga Palestina "dipukuli habis-habisan" pada Kamis malam oleh pasukan Israel di pos pemeriksaan militer al-Jalama di utara Jenin, menurut Wafa.
Aziz Taleb, seorang ayah tujuh anak berusia 48 tahun, mengetahui rumah keluarganya yang telah ditinggalinya selama 20 tahun di Jenin telah digerebek.
"Alhamdulillah (anak-anak) sudah pergi sehari sebelumnya. Mereka pergi untuk tinggal bersama tetangga kami," ujar Taleb kepada kantor berita AFP saat dia meninjau kerusakan.
Imra Itisadeh, seorang warga Jenin berusia 60 tahun, mengatakan, "Awalnya, kami tidak ingin pergi. Kemudian, (tentara Israel) menekan kami, dan kami harus meninggalkan rumah kami. Saya pergi bersama suami saya (dengan berjalan kaki)."
Kantor berita Palestina Wafa mengonfirmasi pada Jumat (6/9/2024) bahwa pasukan Israel telah mundur dari kota tersebut setelah pengepungan selama 10 hari, tetapi penduduk khawatir tentara akan kembali setelah pindah sementara ke pos pemeriksaan militer di sekitarnya.
Sebanyak 21 warga Palestina, termasuk anak-anak dan orang tua, telah tewas di Jenin selama beberapa hari terakhir, menurut Kementerian Kesehatan Palestina pada Jumat, dan 130 orang lainnya terluka.
Militer Israel mengatakan pada Jumat bahwa pasukannya telah "melakukan aktivitas kontraterorisme di wilayah Jenin", tanpa mengonfirmasi penarikan tersebut.
Dalam pernyataan tertulisnya, disebutkan mereka telah menewaskan 14 orang dan menangkap lebih dari 30 "tersangka" di Jenin selama pengepungan tersebut.
Militer Israel mengklaim menghancurkan sekitar 30 bahan peledak, serta gudang senjata bawah tanah yang terletak di bawah satu masjid dan satu laboratorium untuk produksi bahan peledak.
Militer Israel melancarkan serangan di wilayah utara Tepi Barat pada tanggal 28 Agustus yang menargetkan Jenin dan Tulkarem di antara wilayah lainnya dalam serangan terbesarnya di wilayah yang diduduki tersebut sejak Intifada kedua pada awal tahun 2000-an.
"Warga Palestina di Jenin akhirnya dapat keluar dari rumah mereka dan melihat serta menilai tingkat kerusakan, sementara mereka yang harus meninggalkan kota akhirnya kembali," ujar jurnalis Leila Warah, yang melaporkan dari Ramallah.
Dia mencatat militer Israel masih hadir di wilayah lain di Tepi Barat, dengan serangan di kamp pengungsi Nablus dan Balata serta penggerebekan di wilayah Betlehem, Hebron, dan Ramallah.
Warga Jenin memanfaatkan jeda kekerasan itu untuk mencari-cari di antara puing-puing bangunan yang hancur dan mendata kerusakannya.
Wafa melaporkan pos pemeriksaan militer di sekitar Jenin tetap aktif, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan serangan di masa mendatang.
Sebelum penarikan pasukan yang dilaporkan, lima warga Palestina "dipukuli habis-habisan" pada Kamis malam oleh pasukan Israel di pos pemeriksaan militer al-Jalama di utara Jenin, menurut Wafa.
Aziz Taleb, seorang ayah tujuh anak berusia 48 tahun, mengetahui rumah keluarganya yang telah ditinggalinya selama 20 tahun di Jenin telah digerebek.
"Alhamdulillah (anak-anak) sudah pergi sehari sebelumnya. Mereka pergi untuk tinggal bersama tetangga kami," ujar Taleb kepada kantor berita AFP saat dia meninjau kerusakan.
Imra Itisadeh, seorang warga Jenin berusia 60 tahun, mengatakan, "Awalnya, kami tidak ingin pergi. Kemudian, (tentara Israel) menekan kami, dan kami harus meninggalkan rumah kami. Saya pergi bersama suami saya (dengan berjalan kaki)."
(sya)