Produksi Berlebih Kendaraan Listrik China Berisiko Picu Perang Dagang Baru

Rabu, 04 September 2024 - 16:03 WIB
loading...
Produksi Berlebih Kendaraan...
Produksi berlebih kendaraan listrik China berisiko picu perang dagang baru. Foto/China Daily
A A A
WASHINGTON - China dinilai sejumlah pihak sedang berusaha menggunakan produksi kendaraan listrik (EV) dalam jumlah besar sebagai “Kuda Troya” baru untuk menghancurkan persaingan di level global.

Laporan European Times, Rabu (4/9/2024), mengulas upaya Beijing tersebut. Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan Kanada mencoba melawannya dengan meningkatkan bea masuk atas impor China.

Ketika dunia melihat dominasi kemampuan manufaktur kendaraan listrik China, banyak negara bangkit untuk melawan kegilaan di mana produksi EV China sangat berlebihan dengan harga murah yang membunuh persaingan sehat di sektor tersebut.

Taktik bisnis China yang tidak adil ini telah menarik perhatian dunia dan banyak negara sekarang mengutuk Beijing karena tidak mengikuti aturan main yang benar.

Setelah AS, kini Kanada yang telah mengenakan tarif 100 persen pada EV buatan China. Alasan mengenakan tarif pada EV China sederhana, yaitu untuk menghalangi mereka menciptakan persaingan yang tidak memiliki etika bisnis.



Ottawa telah memutuskan untuk bekerja sama dengan sekutu, terutama Washington, untuk memastikan pembeli mobil tidak akan menderita karena praktik nonpasar negara-negara seperti China.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau baru-baru ini mengungkapkan bahwa negaranya akan mengenakan tarif 100 persen pada kendaraan listrik China, dan juga mengumumkan tarif 25 persen pada baja dan aluminium yang diimpor dari China.

"Saya pikir kita semua tahu bahwa China tidak bermain dengan aturan yang sama," kata Trudeau kepada awak media. Tarif akan berlaku mulai 1 Oktober 2024.

"Yang penting tentang ini adalah kita melakukannya secara selaras dan paralel dengan ekonomi lain di seluruh dunia," sebut Trudeau di sela-sela rapat kabinet tertutup selama tiga hari di Halifax, Nova Scotia.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1970 seconds (0.1#10.140)